KEKUATAN PERSUASI


Setelah lulus taman bermain (play group) yang ternyata biayanya sangat mahal. Semahal biaya kuliah saya jaman dulu di universitas negeri penuh subsidi. Farhan Wegig Pramudito, anak kedua saya harus meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menjanjikan bagi masa depannya yaitu ke taman kanak-kanak (TK). Yang sekali lagi ternyata juga sangat mahal. Sebesar take home pay saya sebelum sistem renumerasi baru. Untung take home pay saya sudah berlipat jadi tidak masalah biaya mahal. Demi anak.

Tahukah anda bahwa masuk TK ternyata ada seleksinya. Walah. Ternyata tidak hanya mahal, juga sulit. Berdasarkan informasi materi seleksinya seputar pertanyaan tentang warna dan bernyanyi. Tidak masalah. Tapi bagaimana jika ternyata karena daya tampung yang terbatas, trus tidak diterima karena tidak hafal menyebutkan warna yang ditunjuk bunda guru atau lupa syair lagu yang harus dinyanyikan. Bayangkan jika sejarah akan mencatat, anak saya tidak diterima masuk TK. Maka siang itu seharian di rumah kami mengalun lagu Taman Kanak-Kanak paling Populer Vol. 1 dari DVD player. Maksudnya biar secara tidak langsung Farhan mendengarkan.

Ternyata si oknum sasaran kayaknya tidak peduli, justru menunjukkan tanda-tanda bosan. Brabat lari main sepeda begitu kita lenggah. Si Maemunnah justru yang senang, mengikuti semua nyanyian bahkan sambil menari-nari. Maemunnah adalah adiknya Farhan yang sudah ikut PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di pendopo kelurahan Dukuh Menanggal. Saya rasa tidak masalah masih ada waktu nanti malam.

Malam harinya Farhan kita briefing bahwa besok akan menjalani seleksi masuk TK dan harus lulus. Simulasi seleksi kita lakukan dimulai dari menyebut semua warna, lulus dengan sempurna. Hanya untuk nyanyian kurang semangat dan setengah hati. Justru Maemunnah yang menyanyikan semua nyanyian yang kita minta, tentu saja dengan suara cedal dan tidak jelasnya itu. Tapi dari semangatnya ketahuan kayaknya Maemunnah kelak bakal jadi penyanyi dengan suara sangat khas. Serak-serak. Karena suaranya memang agak cempreng. Kedengarannya seperti teriak-teriak tapi dengan nada dasar sebuah nyanyian.

Ketakutan bahwa sejarah akan mencatat Farhan pernah tidak lolos seleksi masuk TK menghantui kami. Maka saya harus mengambil jalan pintas, waktu sudah habis. Kami jelaskan bahwa untuk masuk TK harus bisa nyanyi dan menyebutkan warna. Farhan hanya tersenyum penuh percaya diri. Melihat bahasa tubuhnya kami yakin sebenarnya tidak ada masalah. Farhan akan melewati semua itu. Kami saja yang terlalu kawatir. Untuk lebih menyakinkan kami lakukan persuasi dengan metode kontras. “Lihat adeknya aja bisa menyanyikan semua lagu taman kanak-kanak, tentunya kakaknya lebih hebat dong…” Farhan melihat Maemunnah adiknya yang masih nyanyi (teriak) dari satu lagu ke lagu berikutnya hanya tersenyum. Mencurigakan.

Hari yang dikawatirkan tiba. Seperti biasa anak-anak tidak membedakan hari biasa dengan hari penting. Semua hari adalah penting untuk bermain. Begitu nyampe sekolah TK Farhan lari ke tempat mainan. Lupa bahwa tujuan ke sekolah adalah ikut seleksi masuk TK. Ketika dipanggil tiba giliran belum mau meninggalkan tempat bermain. Bunda guru memberi kelonggaran nanti saja setelah puas bermain. Namanya juga baru lulus play group, jadi masih senang-senangnya bermain. Jika masa kecil kurang bermain nanti akan ditebus saat gede, sudah kerja masih senang main-main. Game misalnya.

Setengah jam kemudian seleksipun dimulai. Semua warna disebutkan dengan sempurna. Apa ku bilang tidak ada masalah, lagian Farhan ini pinternya nurun dari bapaknya, kataku dalam hati. Sampai pada tahap harus menyanyi, bunda guru minta menyanyikan lagu balonku. Farhan diam aja kemudian geleng-geleng kepala. Waduh. Bunda guru yang ramah kemudian minta menyanyikan lagu satu satu aku sayang ibu. Farhan diam aja kemudian geleng-geleng kepala. Gawat. Sekali lagi bunda guru minta menyanyi lagu cicak di dinding. Farhan diam aja kemudian geleng-geleng kepala. Waduh gawat, nurun siapa seeh anak ini. Apa kata sejarah jika sampai gagal masuk TK. Bagaimana saya harus menjelaskan kepada dunia jika anakku gagal seleksi masuk TK.

Bunda guru yang baik hati sambil tersenyum teduh dan terlihat sangat berpengalaman momog anak-anak menawarkan “Mas Farhan boleh nyanyi lagu yang paling disenangi..? Farhan tersenyum, mengambil sikap sempurna ambil nafas, tampaknya sebuah lagu andalan sudah lama disiapkan “Ibu…ibu…bapak…bapak…siapa yang punya anak……” ternyata pilihan lagunya group band wali mencari jodoh jadi pilihannya. Halah. Satu ruangan meledak tertawa. Setelah semua reda kita tanya kenapa memilih lagu tersebut. Alasannya jelas dan tegas. Lagu balonku, satu-
satu dan cicak adalah lagunya Maemunnah adiknya, lagunya anak kecil. Padahal Farhan kan sudah besar dan pinter.

Itulah kekuatan persuasi. Jika kita beri persuasi kepada seorang anak, maka ia akan memberikan lebih dari harapan kita. Kekuatan persuasi ini saya rasa juga akan berlaku dalam situasi kantor. Bukankah para pegawai itu pada dasarnya juga seorang anak dari ibunya, berapapun umurnya sekarang. Jadi jika seorang kepala seksi di persuasi untuk berfikir seperti kepala kantor, saya yakin kerjasama dan komunikasi akan lebih mudah dilakukan. Selain jika suatu saat ia jadi kepala kantor beneran sudah siap dan terbiasa. Bukan sebaliknya menjadi kepala kantor yang berfikir seperti kepala seksi.

(diambil dari http:kitsda)

8 thoughts on “KEKUATAN PERSUASI

  1. mujitrisno said: lebih tahu lagunya wali dan mbah surip

    Bener tu.. Anak-anak jaman sekarang sudah “terdidik” oleh ajaran yang seharusnya belum waktunya bagi mereka untuk menerimanya.Sinetron, lagu-lagu “ga jelas”, dll.

    Like

  2. hahahahahaha so cute and lovely send cium peluk ku mas dari jauh untuk anak sampean……jadi ingin cepat cepat nikah and punya anak kekekekeke,,,,,,,tapi lamaran belum masuk mas

    Like

  3. ibu ibu bapak bapak……….siapa yang punya anak jejaka atau duda bilang akuuuuuuuuu aku yang lagi……………………………hahahaha jane ndang ndang di lamar yo langsung gelem aku mas tapi kok sing nglamar kok masih,,,,,,,,,,,,,,,,,

    Like

Leave a comment