Rekan saya Steve Sudjatmiko, Managing Partner Red Piramid Consulting pernah
menuturkan pengalamannya ketika kuliah dahulu di Amerika Serikat jurusan
Psikologi. Dalam perkuliahan, sang dosen memberikan tugas akhir kepada para
mahasiswa. Tugasnya mensurvei para pengemis di jalanan dengan pertanyaan
yang sudah ditentukan. Maka bergeraklah mereka menuju perempatan jalan atau
daerah-daerah kumuh.
Pertanyaan yang diajukan kepada para pengemis tersebut adalah, “Apakah dahulu
Bapak/Ibu bercita-cita ingin menjadi pengemis?” Seluruh responden 100%
menjawab, “Tentu tidak”. Pertanyaan kedua, “Kalau begitu, apa cita-cita
Bapak/Ibu sebelum menjadi pengemis?” Atau sebelumnya ditanyakan, “Apakah
sebelum menjadi pengemis, Bapak/Ibu punya cita-cita?” Sebagian menjawab
tidak punya cita-cita, sebagian lagi –dan ini yang menarik mereka
sesungguhnya mempunyai cita-cita. Ketika ditanyakan apakah cita-citanya, di
antara jawabannya adalah, “Ingin sukses”, “Ingin berhasil”, “Ingin kaya”,
“Ingin berguna bagi negara”, dan seterusnya.
Adakah yang salah dari cita-cita “mulia” mereka? Tentu tidak ada, semuanya
bagus-bagus. Hanya saja cita-cita mereka tidak fokus. Ketika menyebutkan
”ingin sukses”, seperti apa kesuksesan itu menurut mereka? Mereka sendiri
tidak mengerti sehingga tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Walhasil,
karena cita-cita yang diinginkannya tidak jelas hidup mereka menjadi tidak
menentu –salah satu akibatnya mereka menjadi pengemis seperti nasib sekarang
ini.
Seringkali kita tidak memperhatikan cita-cita anak-anak kita. Begitu mereka
menyebutkan sesuatu yang bagus, kita sudah cukup puas. Padahal cita-cita
mereka harus jelas, harus fokus. Dan kemudian kita berupaya sekuat tenaga
membantu mereka untuk menggapai cita-citanya itu. Kalau tidak jelas,
bagaimana kita bisa membantu. Ada juga orang yang berfilsafat, hidup seperti
air. Mengalir sajalah. Toh sifat air mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Pastilah menuju ke laut. Eh, belum tentu. Coba lihat di sekeliling kita,
banyak air yang mengalir dan terhenti di parit, di got, di septitank, dll
bukan ke laut lepas. Artinya, aliran air pun meskipun mengalir ke tempat
yang lebih rendah harus diarahkan ke tempat-tempat yang benar agar tidak
banjir atau bau busuk dan akhirnya tiba di laut lepas.
Kita sering mendengar jargon sebuah produk iklan minuman di televisi, ”Kutahu
yang kumau”. Ada benarnya juga jargon seperti ini ditanamkan kepada
anak-anak kita. Anak saya Fadlan waktu masih umur 5 setengah tahun kalau
ditanya apa cita-citanya selalu menjawab, ”Pengen jadi pilot pesawat tempur,
biar bisa perang melawan Israel !” katanya lantang. Sepertinya cita-citanya
terbawa peristiwa beberapa tahun lalu ketika Israel membombardir
saudara-saudara kita di Palestina. Saya pun mengamininya sembari mengatakan,
”Kalau mau jadi pilot apalagi pilot pesawat tempur giginya harus bagus dan
kuat, tidak boleh ada lobang. Maka Fadlan harus rajin sikat gigi ya.” Kita
bisa membenarkan cita-citanya sekaligus membangun sikap dan kebiasaan
positif menuju ke arah sana.
Sudah seharusnya kita tahu apa yang kita mau. Untuk anak-anak kita yang
masih di bawah umur, tentu saja kitalah yang mengarahkan apa yang dimauinya
itu menjadi sesuatu yang baik dan sejalan dengan kehendak Allah. Dengan
demikian kita telah mendidik anak kita menjadi anak yang visioner, mampu
memandang jauh ke depan. Nabi Muhammad saw pun adalah seorang yang sangat
visioner. Dalam sabdanya, dari Tsauban beliau Saw. Berkata :
”Sesungguhnya Allah mengkerutkan bumi bagiku sehingga aku melihat timur dan
baratnya. Sesungguhnya kerajaan umatku akan sampai ke wilayah yang
dikerutkan padaku, dan aku diberi (Allah) dua simpanan (pemerintahan Kisro
dan kaisar di Irak dan Syam) merah dan dan putih (emas dan perak)….” (Hadits
Riwayat Muslim).
Sebuah visi yang jauh ke depan dan kita pun menyaksikan sejarah sudah
membuktikan
kebenaran sabda Nabi saw tersebut.
Sebelum terlambat, mari kita ajari anak-anak kita untuk mempunyai cita-cita
yang baik dan jelas. Lalu kita bimbing, dampingi dan dukung mereka untuk
menggapainya.
Wallahu a’lam.
Oleh : Ir. Budi Handrianto MPd.I*
kalo penulisny (kang ervan red) cita2nya ap???hihihii
Cita citaku…???!!! 🙂
jadi orang bermanfaat saja
pasti jadi ibu rt yang baik dan sholehah
Insya Allah..:)