KARTINIKU : WANITA RENTA PERKASA


Shubuh itu, ketika langkah-langkah kakiku beranjak pulang dari surau, aku melihat seorang wanita tua yang ringkih. Tertatih tatih jalannya dengan membawa gendongan. Sudah berulangkali aku berpapasan dengan dia, tapi entah baru kali ini aku memperhatikan dia. Yang kutahu bahwa dia pergi ke pasar yang dari rumahku masih sekitar 5 kilometer lagi. Sejenak kulihat dia bersandar di ‘lincak’ tempat kami dan tetangga bercengkerama. Kulihat keriput diwajahnya, hmm tua, sudah sangat tua. Sekitar 80 tahun. Napasnya tersengal sengal….mungkin kelelahan yang menghinggapinya tidak bisa dia lawan dengan usianya. Dan belum sempat kusapa dia, dia berdiri dari ‘lincak’ itu dan meneruskan ke pasar dengan membawa gendongan yang kelihatannya cukup berat. Yaah aku cuma bisa berdoa semoga dia dimudahkan rizkinya.

Pagi itu, matahari mulai menyeruak dibalik pohon-pohon yang rindang. Kududuk bersama istri sambil bercanda di depan kontrakan kami. Tak berapa lama, lewat wanita tua yang shubuh tadi aku bertemu dengannya. Kami lontarkan senyum padanya, ia pun membalas dengan anggukan yang sangat pelan. Sesaat dia berhenti lagi di tempat yang sama waktu dia berangkat.

Istriku berjalan mendekatinya, sambil mengucapkan salam hangat dia pun menjawab dengan suara bergetar.

“Nunut ngaso neng?” kata dia.

“Oh, monggo bu, dari mana bu?”

“Dari pasar, neng?”

“Jualan apa bu?”

“Jualan daun pisang neng, buat makan sehari hari.”

“Lha, punopo mboten gadhah putro, tho bu?”

“Nggih gadhah, tapi kulo mboten pengin ngrepoti putro kulo. Sampun keluargo sedanthen.”

“Oooh.” Kata istriku

Kudengar percakapan itu dari jauh…hmmm sungguh wanita yang hebat…entah berapa jauh rumahnya ke pasar. Dengan usia yang sangat tua, dia masih berusaha menghidupi diri dari tangannya sendiri. Entah berapa yang dia dapat. Kuteringat sebuah riwayat dimana seorang lelaki tua yang menanam pohon kurma, padahal pohon kurma agar dapat tumbuh perlu waktu yang lama. Ketika ditanya seseorang kenapa dia menanam kurma sedangkan belum tentu dia dapat menikmatinya. Dia menjawab demi keturunanku nanti. Sungguh mereka adalah orang orang yang hebat.

Setahun telah berlalu, sudah lama aku tidak pernah bertemu dengan wanita tua tersebut. Rasa penasaran yang menghinggapiku membawaku untuk bertanya kepada istriku, tentang kabar wanita tua penjual daun tersebut. Dengan wajah sedih, istriku menjawab bahwa dia sekarang sudah tidak mampu berjalan jauh.

Ah aku berpikir..bagaimana dia menghidupi dirinya. Pengin sekali kami menengoknya.

Sayang….hingga aku pindah ke kota baru…belum sempat menemuinya…

Yaah kuberdoa semoga Allah selalu melindungi, dan merahmati beliau

2 thoughts on “KARTINIKU : WANITA RENTA PERKASA

  1. Subahanallah…wanita yg hebat. Aku jd iba membacanya. Smg Allah sll m’berikan perlindungan dan rezeki pada wanita tua itu. Smua bisa kita jadikan hikmah bahwa bekerja dgn cara yg halal, ikhlas dan tanpa minta belas kasihan org lain merupakan jihad dijalan-Nya. Allahualam.

    Like

Leave a comment