𝐄𝐅𝐄𝐊 𝐁𝐔𝐑𝐔𝐊 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐄𝐆𝐄𝐑𝐀 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐈𝐍𝐀 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 𝐓𝐀𝐍𝐏𝐀 𝐁𝐄𝐊𝐀𝐋 𝐈𝐋𝐌𝐔 𝐀𝐆𝐀𝐌𝐀


𝐄𝐅𝐄𝐊 𝐁𝐔𝐑𝐔𝐊 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐄𝐆𝐄𝐑𝐀 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐈𝐍𝐀 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 𝐓𝐀𝐍𝐏𝐀 𝐁𝐄𝐊𝐀𝐋 𝐈𝐋𝐌𝐔 𝐀𝐆𝐀𝐌𝐀

𝐄𝐅𝐄𝐊 𝐁𝐔𝐑𝐔𝐊 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐄𝐆𝐄𝐑𝐀 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐈𝐍𝐀 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 𝐓𝐀𝐍𝐏𝐀 𝐁𝐄𝐊𝐀𝐋 𝐈𝐋𝐌𝐔 𝐀𝐆𝐀𝐌𝐀

Istri tidak mau taat kepada suaminya, suami tidak menafkahi istrinya, orang tua ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya, suami dan istri saling lempar tanggung jawab dalam masalah pendidikan anak, istri sangat susah diajak untuk berhubungan intim, terjadinya perselingkuhan, perselisihan dalam penggunaan uang rumah tangga, suami poligami diam-diam, dan yang selainnya adalah di antara pemicu konflik yang sering terjadi dalam sebuah rumah tangga. Semua konflik ini tidak akan bisa diselesaikan dengan baik dan bijaksana apabila pasangan suami istri tak mau memakai tuntunan syariat dalam menyelesaikannya.

Karenanya, ketahuilah, bahwa efek buruk bersegera membina rumah tangga tanpa bekal ilmu agama itu sangat nyata. Dan hal ini sangat sering sekali kita jumpai informasinya muncul di beranda-beranda medsos kita. Ada suami yang melakukan KDRT hingga istrinya mengalami trauma. Ada juga seorang istri yang memotong alat vital suaminya karena ditahu dia menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Sungguh, demikianlah jika ilmu agama tiada, yang terlahir hanyalah kezaliman-kezaliman yang tak pernah terbayangkan, baik dari pihak suami maupun istri, walaupun pemicunya terkadang sangat sering diremehkan.

Ingat, konflik rumah tangga itu niscaya. Dan ia pasti akan terjadi pada setiap pasangan di mana pun mereka berada. Yang membedakan antara rumah tangga yang satu dengan yang lainnya hanyalah kadar konfliknya saja dan bagaimana mereka menyikapi kemudian menyelesaikannya. Namun, jika seseorang telah berbekal ilmu agama yang memadai pada dirinya, maka konflik-konflik itu akan terselesaikan dengan sangat sederhana tanpa harus berseteru berkepanjangan dengan pasangannya.

Ketika kita marah atau sangat emosi kepada pasangan, maka bagi mereka yang telah memiliki bekal ilmu agama, setidaknya mereka akan takut untuk berbuat sesuatu yang melampaui batas ketika kondisi menuntutnya untuk berkonflik dengan pasangan. Sebab, Rasulullah ﷺ telah bersabda,

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ.

“Orang yang hebat bukahlah orang yang sering menang dalam perkelahian. Namun orang hebat adalah orang yang bisa menahan emosi ketika marah.” (𝐇.𝐫. 𝐀𝐥-𝐁𝐮𝐤𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐌𝐮𝐬𝐥𝐢𝐦)

Dalam hadis yang lainnya, ibunda kita, ‘Aisyah 𝑟𝑎𝑑ℎ𝑖𝑦𝑎𝑙𝑙𝑎̂ℎ𝑢 ‘𝑎𝑛ℎ𝑎̂ mengisahkan,

مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا خَادِمًا، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللهِ.

“Rasulullah ﷺ tidak pernah memukul wanita maupun budak dengan tangan beliau sedikit pun. Padahal beliau berjihad di jalan Allah. (𝐇.𝐫. 𝐌𝐮𝐬𝐥𝐢𝐦)

Terakhir, berikut ini saya kutipkan nasihat menarik dari buku 𝐵𝑖𝑘𝑖𝑛 𝑁𝑖𝑘𝑎ℎ 𝑇𝑎𝑘 𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ karya Teh Rini Kartini yang diterbitkan oleh Penerbit Pro-U Media Yogyakarta. Di halaman 105 dari bukunya tersebut, beliau mengatakan, “Dalam pernikahan, suami dan istri harus memiliki bekal ilmu yang memadai. Nah, salah satu ilmu yang harus dimiliki adalah ilmu untuk memahami bahwa suami dan istri itu adalah makhluk Allah yang berbeda karakteristiknya. Karena itu, ketika ada permasalahan, akan berbeda pula cara menghadapi dan menyelesaikannya. Saat ada masalah, sebagai laki-laki, seorang suami biasanya akan menyelesaikannya terlebih dahulu, baru kemudian bercerita kepada sang istri. Sementara seorang istri -sebagai perempuan- ketika menghadapi masalah, dia akan cenderung mencari teman curhat, bercerita, dan menemukan solusi.”

________________________

𝐃𝐢𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐨𝐥𝐞𝐡: 𝐴𝑙-𝐹𝑎𝑞𝑖̂𝑟𝑢 𝑖𝑙𝑎̂ 𝑅𝑎𝑏𝑏𝑖ℎ𝑖, Abu Maryam Setiawan As-Sasaki (أبو مريم ستياوان السسكي)

Selesai ditulis pada hari Selasa, 08 Syawal 1445 H/ 16 April 2024, pukul 09.19 WITA, bertempat di kampung istri tercinta; Dusun Balin Gagak, Desa Sengkerang, Kec. Praya Timur, Kab. Lombok Tengah, NTB.

________________________

Leave a comment