CONTOH KRITIK HADIS PADA MASA RASULULLAH MASIH HIDUP


CONTOH KRITIK HADIS PADA MASA RASULULLAH MASIH HIDUP

Suatu malam ketika Umar bin Khattab sedang ngobrol tentang adanya kabar bahwa Ratu Ghassan sedang mempersiapkan pasukan untuk menyerbu kaum muslimin, tiba-tiba pintu rumah beliau diketuk keras oleh seorang yang belum diketahui identitasnya. “Apakah Umar sudah tidur?” begitu terdengar suara lantang dari luar pintu.

Maka dengan penuh tanda tanya, Umar berjalan untuk membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, beliau terkejut karena yang mengetuk pintu keras-keras dan berteriak tadi adalah tetangganya sendiri, seorang Anshar dari keluarga Umayah bin Zeid. Ia baru pulang dari mengikuti pengajian yang Rasulullah ampu. “Ada apa, apakah pasukan Ghassan sudah datang?” tanya Umar memburu. “Tidak,” jawabnya. “Ada peristiwa yang lebih gawat dari itu,” tambahnya. “Apakah itu?” tanya Umar penasaran. “Rasulullah telah menceraikan istri-istrinya,” jawabnya. Tercengang Umar mendengar jawaban itu. Bukan lantaran salah seorang istri Rasulullah itu kebetulan putri Umar sendiri yang bernama Hafshah, melainkan benarkah Rasulullah melakukan hal itu?

Untuk meyakinkan kebenaran berita itu, esok harinya pagi-pagi benar Umar menghadap Rasulullah dan setelah diijinkan masuk, Umar bertanya kepada beliau, “Apakah Anda telah menceraikan istri-istri Anda?” Sambil menegakkan kepalanya dan memandangi Umar, Rasulullah menjawab, “Tidak.” Begitulah, akhirnya Umar mengetahui bahwa Rasulullah hanya bersumpah untuk tidak menggauli istri-istrinya selama satu bulan.

Kisah di atas yang selengkapnya dituturkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bukhari, merupakan salah satu contoh bahwa Umar bin Khattab telah melakukan pengecekan terhadap kebenaran suatu berita yang bersumber dari Rasulullah. Pengecekan ini langsung kepada sumber berita yang pertama yaitu Rasulullah sendiri. Selain Umar, ada beberapa sahabat Nabi yang melakukan pengecekan seperti itu, antara lain Abu Bakar al-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq, dan lain-lain. Bahkan Abu Bakar terkadang minta didatangkan saksi bahwa Rasulullah pernah mengatakan sesuatu.

Pengecekan hadis yang dilakukan para sahabat itu bukan karena mereka curiga terhadap pembawa berita (rawi) bahwa ia berdusta. Melainkan semata-mata untuk meyakinkan bahwa berita atau hadis yang berasal dari Rasulullah itu benar-benar ada. Karenanya pengecekan seperti itu jumlahnya sangat sedikit dan lingkupnya terbatas. Namun demikian, hal itu diakui sebagai cikal-bakal timbulnya ilmu kritik hadis (‘Ilm Naqd al-Hadits) yang belakangan berkembang menjadi salah satu cabang ilmu-ilmu hadis yang berjumlah 93 cabang.

Sumber:

Yaqub, Ali Mustafa. 2020. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Leave a comment