Khutbah : Lima Hal Ini Diperintahkan Bersegera


Lima Hal Ini Diperintahkan Bersegera

Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita
kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana
disebutkan dalam ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan dalam kitab
tafsirnya tentang ayat di atas, “Ini adalah perintah Allah kepada hamba-Nya
yang beriman untuk bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa. Ia
diperintahkan untuk terus bertakwa dan istiqamah hingga maut menjemput. Karena
ingatlah, man ‘aasyaa ‘alasy syai’, maata ‘alaih, artinya siapa yang hidup
dalam suatu keadaan, maka ia akan mati dalam keadaan seperti itu pula.

Berarti siapa yang istiqamah, maka ia akan
dibangkitkan dalam keadaan sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا
اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا
وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَنَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖوَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami
ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula)
di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fussilat: 30-31)
 Kemudian
shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang
syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan
sempurna. Semoga shalawat dari Allah tercurah kepada beliau, kepada istri-istri
beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut keluarga beliau karena menjadi
pengikut beliau yang sejati hingga akhir zaman.
 Agama Islam juga merupakan agama yang indah.
Syariatnya mengajarkan kedamaian kepada umatnya dan memotivasi pemeluknya untuk
memperindah akhlaknya. Tidak ada satu akhlak baik pun di muka bumi ini, kecuali
pasti telah diperintahkan dan dicontohkan langsung oleh manusia terbaik di muka
bumi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan tidak ada satu akhlak buruk
pun di muka bumi ini, kecuali pasti telah diperingatkan dan dijauhi oleh
kekasih kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Itulah agama Islam. Agama yang umatnya tidak
akan merugi selama-selamanya jika bisa melaksanakan segala perintah dan
menjauhi larangan Sang Pemilik Syariat ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Dan salah satu akhlak tercela yang ada di muka bumi ini, yang telah diperingatkan
oleh suri teladan umat Islam, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, adalah
tergesa-gesa.
Tergesa-gesa dalam bahasa
Arab adalah isti’jal, ‘ajalah, dan tasarru’. Yang keseluruhannya memiliki makna
yang sama. Dan lawan kata dari isti’jal adalah anaah dan tatsabbut. Yang
artinya adalah pelan-pelan, dan tidak terburu-buru.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam
kitabnya Ar-Ruh bahwa tergesa-gesa adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu
sebelum tiba waktunya yang disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap
sesuatu tersebut, seperti halnya orang yang memanen buah sebelum datang waktu
panennya.
Di dalam Alquran terdapat peringatan dari
Allah Ta’ala kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar tidak
terburu-buru dalam membaca Alquran. Yaitu yang terdapat dalam surat Al-Qiyamah
ayat 16-19:
{ لَا تُحَرِّكْ بِهِ
لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17)
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
(19
)
}
 “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk
(membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas
tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya”.
Pada waktu
itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersemangat untuk menghafal
ayat yang diturunkan melalui malaikat Jibril ‘alaihissalam kepadanya, sehingga
beliau saling mendahului bacaannya Jibril ‘alaihissalam. Oleh karena itu, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
memperhatikan dan mendengarkan apa yang dibacakan Jibril kepadanya. Karena
Allah ‘Azza wa Jalla telah menjanjikan kepadanya bahwa beliau akan dimudahkan
dalam menghafal dan mengamalkannya. Dan Allah ‘Azza wa Jalla berjanji
memberikan penjelasan terhadap apa yang dibacakan Jibril untuknya tersebut.
Di dalam
Alquran juga terdapat ayat yang menyifati manusia dengan sifat tergesa-gesa,
sehingga menyebabkan manusia itu mendoakan keburukan bagi dirinya sendiri di
saat kondisi marah sebagaimana dia mendoakan kebaikan untuk dirinya sendiri.
Yaitu yang terdapat pada surat Al-Isra’ ayat 11:
وَيَدْعُ
الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
 “Dan manusia berdoa untuk kejahatan
sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.”
Faktor
penyebab manusia melakukan hal tersebut adalah kekhawatiran, ketergesa-gesaan,
dan sedikitnya kesabaran yang ada padanya. Atau bisa juga makna dari ayat di
atas adalah manusia yang berlebih-lebihan dalam meminta sesuatu dalam doa yang
dia yakini merupakan yang terbaik untuknya. Sedangkan pada hakikatnya hal itu
adalah sebab kebinasaan dan keburukan baginya dikarenakan kebodohannya akan
keadaan yang sebenarnya. Hal ini hanyalah terjadi karena sifat ketergesa-gesaan
dan sudut pandangnya yang sempit terhadap sesuatu.
Sesungguhnya
lemahnya jiwa ketika menghadapi musibah dan ketika harus bersabar di dalamnya,
serta terburu-buru untuk segera mendapatkan kebaikan, itu semua dapat
menyebabkan seseorang tertimpa keputusasaan. Terlebih lagi jika hal itu semua
terjadi dalam jangka waktu yang lama dan beratnya ujian yang menimpa.
1. Tergesa-Gesa Dalam Berdoa Dengan Mengatakan
Bahwa Allâh Belum Menerima Doanya, Sehingga Dia Tidak Berdoa Lagi Kepada Allâh
.
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ,
مَالَمْ يَسْتَعْجِلْ, قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ
يَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي
فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
“Senantiasa
(doa) seorang hamba dikabulkan selama dia tidak memohon suatu dosa, memutus
silaturahmi dan tidak tergesa-gesa.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ditanya, “Apa arti tergesa-gesa (dalam berdoa)?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Orang yang berdoa tersebut mengatakan, ‘Saya telah berdoa.
Dan saya benar-benar telah berdoa, tetapi Allâh Azza wa Jalla tidak mengabulkan
doaku.’ Kemudian dia berhenti berdoa dan meninggalkannya[HR Muslim].
2. Tergesa-Gesa Ketika Iqâmah Sudah Dikumandangkan
Untuk Mendatangi Masjid
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا
ثُوِّبَ لِلصَّلَاةِ فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْنَ وَأْتُوهَا
وَعَلَيْكُمْ السَّكِينَةُ, فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ
فَأَتِمُّوا, فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ يَعْمِدُ إِلَى الصَّلَاةِ فَهُوَ
فِي صَلَاةٍ
Jika telah
dikumandangkan iqâmah shalat, jangankan kalian mendatanginya dengan berlari,
tetapi datangilah dengan tenang. Gerakan apa yang kalian dapatkan, maka
shalat-lah (mengikuti gerakan itu). Apabila ada gerakan yang terlewat, maka
sempurnakanlah. Sesungguhnya seorang dari kalian jika dia bermaksud untuk
shalat, maka sesungguhnya dia dalam keadaan shalat [HR Muslim].
Perkataan
para ulama
ذو
النون يقول: (أربع خلال لها ثمرة: العجلة، والعجب، واللجاجة، والشره، فثمرة العجلة
الندامة، وثمرة العجب البغض، وثمرة اللجاجة الحيرة، وثمرة الشره الفاقة
(
Dzun Nun
(Tsauban bin Ibrahim) rahimahullahu berkata, “Ada empat perkara buruk yang
menghasilkan buah: tergesa-gesa yang buahnya adalah penyesalan, kagum pada
dirinya sendiri yang buahnya adalah kebencian, keras kepala yang buahnya adalah
kebingungan, dan rakus yang buahnya adalah kemiskinan”.
Ibnul
Qayyim rahimahullahu berkata, “Sifat tergesa-gesa adalah dari setan. Sejatinya
sifat tergesa-gesa juga merupakan sikap gegabah, kurang berpikir dan
berhati-hati dalam bertindak. Yang mana sifat ini menghalangi pelakunya dari
ketenangan dan kewibawaan. Dan menjadikan pelakunya memiliki sifat menempatkan
sesuatu tidak pada tempatnya. Dan mendekatkan pelakunya kepada berbagai macam
keburukan, dan menjauhkannya dari berbagai macam kebaikan. Dia adalah temannya
penyesalan. Dan katakanlah, bahwa siapa saja yang tergesa-gesa maka dia akan
menyesal”.
Ada perkataan dari Hatim Al-Asham yang patut
direnungkan pada jumat kali ini, perkataan ini dinukil dalam kitab Hilyah
Al-Auliya’ karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani, pada jilid kedelapan, halaman 78.
Hatim Al-Asham berkata,
كَانَ يُقَالُ العَجَلَةُ مِنَ
الشَّيْطَانِ إِلاَّ فِي خَمْسٍ إِطْعَامِ الطَّعَامِ إِذَا حَضَرَ الضَّيْفُ وَتَجْهِيْزِ
المَيِّتِ إِذَا مَاتَ وَتَزْوِيْجِ البِكْرِ إِذَا أَدْرَكَتْ وَقَضَاءِ الدَّيْنِ
إِذَا وَجَبَ وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذَّنْبِ إِذَا أَذْنَبَ
“Ketergesa-gesaan biasa dikatakan dari setan kecuali
dalam lima perkara:
1- menyajikan makanan ketika ada tamu
2- mengurus mayit ketika ia mati
3- menikahkan seorang gadis jika sudah bertemu
jodohnya
4- melunasi utang ketika sudah jatuh tempo
5- segera bertaubat jika berbuat dosa.”
Segera
menyajikan makanan ketika ada tamu
 Ini dapat kita
lihat dari contoh Nabi Ibrahim ‘alaihis salamdalam ayat,
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ
إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ
سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ (25) فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ
(26) فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
(27)
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang
tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika
mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaama”. Ibrahim menjawab:
“Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” Maka dia pergi dengan
diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk.  Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim
lalu berkata: “Silahkan anda makan.” (QS. Adz Dzariyat: 24-27)
Yang dimaksud dengan kalimat “faroogo ila ahlihi”
adalah segera pergi menemui keluarganya diam-diam untuk meminta disajikan
makanan pada tamu.
 Segera mengurus jenazah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَسْرِعُوا بِالْجَنَازَةِ
، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ ، وَإِنْ تَكُ غَيْرَ ذَلِكَ
فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
“Segerakanlah pengurusan jenazah. Jika dia orang baik,
berarti kalian menyegerahkan dia untuk mendapat kebaikan. Jika dia bukan orang
baik, berarti kalian segera melepaskan keburukan dari tanggungjawab kalian.”
(HR. Bukhari, no. 1315 dan Muslim, no. 944).
Mengurus jenazah itu mencakup empat hal yang dihukumi
fardhu kifayah:
·        
Memandikan
jenazah.
·        
Mengafani
jenazah.
·        
Memandikan
jenazah.
·        
Menguburkan jenazah.
Namun yang dimaksud dengan menyegerakan di sini bukan
berarti cepat-cepat yang dapat mencelakai jenazah.
Hadits di atas juga dapat menjadi pelajaran
sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim
bahwa maksud “berarti kalian segera melepaskan keburukan dari tanggungjawab
kalian” adalah:
    pelaku
maksiat itu jauh dari rahmat, maka tidak manfaat berteman dengan ahli maksiat.
    kita
diperintahkan untuk menjauhi pelaku maksiat, yang jauh dari kesalehan.
Segera menikahkan
gadis apalagi sudah mendapatkan jodoh yang saleh
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ
تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى
الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Jika ada yang engkau ridhai agama dan akhlaknya
datang untuk melamar, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, maka akan terjadi
musibah di muka bumi dan mafsadat yang besar.” (HR. Tirmidzi, no. 1084 dan Ibnu
Majah, no. 1967. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil, no. 1868 menyatakan
bahwa hadits ini hasan).
Segera
melunasi utang apalagi sudah jatuh tempo
Cukup dua dalil berikut mengingatkan kita yang
berutang.
Dari ‘Abdullah bin Ja’far radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ
حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ
“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang
yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang
tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2400. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).
Dari Shuhaib Al-Khair radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ
دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau
melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status
sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah, no. 2410. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih).
Imam Al-Munawi rahimahullah mengatakan, “Orang seperti
ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan
sebagaimana mereka.” (Faid Al-Qadir, 3:181)
 Segera Bertaubat
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba
melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk
melakukan shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah
akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135) (HR. Tirmidzi, no. 406; Abu
Daud, no. 1521; Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
Ini jadi dalil disunnahkan shalat sunnah taubat dua
rakaat.
Dan kalau dosa masih berlanjut, yang terjadi adalah
akan dihukum dengan dosa selanjutnya.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
أَنَّ مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ
الْحَسَنَةَ بَعْدَهَا وَأَنَّ مِنْ عُقُوبَةِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا
.
“Sesungguhnya balasan dari kebaikan adalah kebaikan
sleanjutnya. Sedangkan hukuman dari kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
(Majmu’ah Al-Fatawa, 18:177)
Maka hati-hati jika mau terus melanjutkan dosa dan
kita tidak tahu kapan maut datang menjemput kita.


GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment