BERZINA ITU MENINGGALKAN BEKAS KEPADA KETURUNAN KITA, NA’UDZUBILLAH


Hutang zina

Siapa berani berzina dengan seorang wanita, maka perzinahan itu adalah hutang yang harus ia bayar, cepat atau lambat anda akan merasakan tebusan perzinahan anda.

Dahulu dalam pepatah arab dikatakan:

ومن يزني يزنى به ولو بجداره

Siapapun berzina niscaya ia akan merasakan sebagai korban perzinahan (pada keluarganya), sampaipun dinding rumahnya akan turut menjadi korban tebusan perzihanannya itu.

Ini pepatah orang arab kuno dahulu, semoga menjadi peringatan bagi kita semua.

Siapapun wanita yang engkau zinahi, maka ia adalah putri atau ibu atau saudari orang lain yang merasakan sakit hati atas perbuatan anda menodai kesucian keluarga mereka.

Dan telah menjadi bagian dari keadilan ilahi bahwa balasan tindak kejelekan adalah imbalan yang setimpal dengan perbuatan.

ust m arifin badri

Allah Ta’ala berfirman : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dari hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman itu disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman,” (QS al-Nûr : 2). Melalui hadisnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyatakan, “Tidak ada dosa yang lebih besar di sisi Allah, setelah syirik, kecuali dosa seorang lelaki yang menumpahkan spermanya pada rahim wanita yang tidak halal baginya,” (Ibnu Abi al-Dunya).

Dalam suatu kisah, seseorang datang dan bertanya kepada Imam Syafi’i, “Mengapa hukuman bagi para pezina sedemikian beratnya?”

Maka wajah Imam Syafi’i pun memerah, pipinya merona delima. Lalu beliau berkata, “Karena zina adalah dosa yang bala’ (besar resikonya). Akibatnya akan mengenai keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus dirumahnya dan semut di liang sekitar rumahnya.”

Orang itu kembali bertanya, “Mengapa pelaksanaan hukumannya dengan itu? Sebagaimana Allah berfirman, ” Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama.”

Maka Imam Syafi’i pun terdiam, ia menunduk lalu menangis. Setelah tangisnya berhenti, beliau berkata, “Sebab zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat seseorang menjadi iba. Kemudian setan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya.”

Lalu orang itu bertanya kembali, ” Dan mengapa Allah berfirman, “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka (pezina) disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman? Bukankah hukuman bagi pembunuh, orang murtad dan pencuri, Allah tidak mensyaratkan menjadikannya tontonan?”

Seketika janggut imam Syafi’i basah, ia terguncang. Lalu beliau berkata, “Agar menjadi pelajaran.” Ucapnya sambil terisak.

“Agar menjadi pelajaran,” Beliau tersedu.

“Agar menjadi pelajaran,” Beliau kembali terisak.

Kemudian ia bangkit dari duduknya dan matanya kembali menyala, ia kembali bersemangat dan berkata, “Sebab ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya zina adalah utang. Dan sungguh utang tetaplah utang. Salah seorang dalam nasab/keturunan pelakunya pasti harus membayarnya.”

Dalam Bait Syairnya beliau mengatakan,

عفوا تعف نساءكم في المحْرَمِ ****وتجنبـوا مـا لايليق بمسلـم

إن الزنـا دين إذا أقرضــته **** كان الوفا من أهل بيتك فاعلم

من يزنِ في قوم بألفي درهم **** في أهله يُـزنى بربـع الدرهم

من يزنِ يُزنَ به ولو بجـداره **** إن كنت يا هذا لبيباً فـافهـم

ياهاتكا حُـرَمَ الرجال وتابعـا**** طرق الفسـاد عشت غيرَ مكرم

لو كنت حُراً من سلالة ماجـدٍ**** ما كنت هتـّـاكاً لحرمة مسلمِ

Maaf, jaga kehormatan para wanita yang menjadi mahram kalian *** Hindari segala yang tidak layak dilakukan seorang muslim.

Sesungguhnya zina adalah utang. Jika kamu sampai berani berutang *** Tebusannya ada pada anggota keluargamu, pahami.

Siapa yang berzina dengan wanita lain dan membayar 2000 dirham *** bisa jadi di keluarganya akan dizinai dengan harga ¼ dirham

Siapa yang berzina akan dibalas dizinai, meskipun dengan tebusan tembok *** jika anda orang cerdas, pahamilah hal ini.

Wahai mereka yang merampas kehormatan keluarga seorang *** dan menyusuri jalan maksiat. Anda hidup tanpa dimuliakan.

Jika anda benar-benar bebas dari belenggu pengikat *** tak selayaknya engkau mencabik kehormatan seorang muslim.


Menurut ust Oemar Mita

Wakodo uhu fi ahlihi, dan kamu akan membayar lewat keturunanmu kalaupun kamu bertaubat.

“Dan kemudian akan ada keturunannya yang akan dizinai persis seperti kamu menzinai seorang wanita Kenapa? Karena saking besarnya (dosa) itu. Makanya sampai sampai tidak ada dosa yang meninggalkan impact sampai bekas kecuali dosa zina, Pak,” kata Ustadz Oemar Mita.

Menurut dia, semua dosa akan hilang atau dihapus oleh Allah SWT jika sudah bertaubat dengan taubatan nasuha. Tapi, lanjut dia, khusus dosa zina, masih akan terus menempel pengaruhnya walaupun bertaubat.

Semoga dapat menjadi pengingat bagi kita untuk menjauhi zina. []

KISAH HUTANG ZINA

Hari ini, Rabu, 14 Oktober 2105 pukul 09:43, saya membuka fb saya, dan menemukan sebuah video yang di-share oleh group kisah teladan dan sejarah Islam. Video ini berisi kisah nyata yang dipublikasikan oleh koran-koran Arab. Kisah ini menegaskan satu hal, al-jaza’ min jinsil ‘amal, balasan itu sesuai dengan perbuatan.

Mari kita sedikit merenungi kisah yang memiliki banyak pelajaran ini:

Sebuah kisah nyata, dan ini dipublikasikan dalam koran-koran Arab. Aku tidak akan menyebutkan namanya. Yang menceritakan kisah ini adalah orang yang melakukannya sendiri. Dan dia meminta agar pihak koran tidak menyebutkan namanya. Dia hanya ingin agar orang-orang mengetahui kisahnya.

Dia mengisahkan, “Ketika sedang di kampus dengan teman-teman, dan punya banyak hubungan dengan gadis-gadis. Pada suatu waktu, aku bertemu seorang gadis dan melakukan hubungan terlarang dengannya. Dan aku tetap melakukannya hingga dia hamil karena berhubungan denganku. Ketika pihak keluarganya mengetahui hal ini, dan gadis tersebut menceritakan kepada kakaknya, dia menghajarku.

Setelah itu, aku berkata kepadanya, “Aku tidak mengenal adikmu. Carilah orang lain yang menghamilinya!”

Aku kemudian meninggalkannya, dan pergi.

Karena memang tidak memiliki bukti untuk membuktikan kesalahanku, mereka meninggalkanku.

Aku melupakan kejadian ini.

Tahun-tahun berlalu.

Pada suatu hari, aku pulang ke rumah dan menemukan ibuku pingsan di lantai. Aku mencoba untuk menyadarkannya. Setiap kali tersadar, ibu berteriak dan pingsan lagi.  Aku menyadarkannya untuk kedua kalinya, tapi lagi-lagi ia berteriak dan pingsan. Aku mencoba untuk menyadarkannya tiga kali sampai aku berkata, “Wahai ibu, apa yang terjadi?”

Ibu berteriak dan berkata, “Saudarimu!”

“Apa yang terjadi dengan saudariku?” tanyaku.

“Saudarimu dihamili tetangga.” Jawab ibu.

Aku pung langsung menemui tetanggaku, dan mulai menyerangnya sampai dia berkata kepadaku dengan kata-kata yang seolah seperti anak panah yang menghunjam hatiku.

Tahukah kalian apa yang ia katakan kepadaku?

Dia mengatakan, “Aku tidak mengenal adikmu. Coba tanyakan orang lain yang menghamilinya!”

Subhanallah!

Hal yang sama seperti yang kuucapkan kepada keluarga gadis di kampus bertahun-tahun yang lalu.

Balasan tergantung pada amal perbuatannya.

Demikianlah.

Apakah kisah ini selesai? Belum.

Aku mengalami depresi yang berat setelahnya. Kemudian setelah berlalu beberapa tahun, aku memutuskan untuk menikah. Setelah bertunangan dan akad nikah, kami siap untuk pesta pernikahan.

Pada pesta pernikahan, aku mendapatkan kejutan. Calon istriku mengatakan bahwa ia pernah melakukan perbuatan zina sebelumnya. Dia berkata kepadaku, “Tolong tutupi keburukanku, semoga Allah juga menutupi keburukanmu.”

Lalu aku berkata kepada diriku sendiri, “Sudah cukup ya Allah! Cukup! Cukup! Aku sudah menjalani cukup hukuman!”

Aku menghela nafas –mencoba menelan cobaan ini. Dan aku menghabiskan banyak waktu dengan istriku hingga dia melahirkan seorang bayi perempuan yang bagaikan rembulan. Kemudian ketika dia berusia 6 tahun, anakku datang dari luar dengan menangis.

Apa yang telah terjadi?

Penjaga rumah telah memperkosanya.

Tidak ada perubahan, atau kekuatan kecuali atas kehendak Allah, Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.

Allah berfirman, “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu, dan Alalh sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Al-Anfal: 30).

Saudara-saudariku tercinta…,

Jangan katakan bahwa ini sering terjadi pada orang yang tidak taat. Jangan!

Gadis dari kampus yang berzina dengannya di awal cerita memiliki seorang saudara yang sedih ketika tahu saudarinya diziniai. Lalu Allah memberikannya hukuman kepada saudari si pemuda, ya! Dan dia akan mempunyai seorang suami, yang akan Allah ujia melalui istrinya.

Gadis itu juga mempunyai seorang ayah yang hatinya hancur karenanya, sehingga Allah mengujinya melalui putrinya!

Balasan tergantung dari amal perbuatannya. Jadi dia harus membawa hukuman atas perbuatannya.

Dan untuk orang-orang yang tidak bersalah dalam kisah ini, maka ini menjadi cobaan bagi mereka. Allah ingin mengangkat derajat mereka, dan menghapus dosa-dosa mereka karenanya.

Saudara-saudariku, Allah cemburu untuk para wanita –yang dinodai kehormatannya. Mahasuci Dia! Dan Dia akan membalaskan dendam untuk mereka.

Maka, berhati-hatilah! –Kisah ini selesai sampai di sini.

Ya Allah, alangkah beratnya balasan bagi pelaku zina.

Membaca kisah di atas, sungguh kita teringat dengan tangisan Imam Asy-Syafi’i tentang dosa zina sebagaimana yang diceritakan oleh Salim A. Fillah, penulis buku-buku best-seller.

Satu saat Asy Syafi’i ditanya mengapa hukum bagi pezina sedemikian beratnya?

Wajah Asy Syafi’i memerah, pipinya rona delima.

“Karena,” jawabnya dengan mata menyala, “Zina adalah dosa yang bala’ akibatnya mengenai semesta keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus di rumahnya dan semut di liangnya.”

Ia ditanya lagi: Dan mengapa tentang pelaksanaan hukuman itu? Allah berfirman, “Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama!”

Asy Syafi’i terdiam… Ia menunduk, Ia menangis.

Setelah sesak sesaat, ia berkata…, “Karena zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat kita iba .. Dan syaitan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya.”

Ia ditanya lagi, “Dan mengapa, Allah berfirman pula, “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” Bukankah untuk pembunuh, si murtad, pencuri Allah tak pernah mensyaratkan menjadikannya tontonan?

Janggut Asy-Syafi’i telah basah, bahunya terguncang-guncang.

“Agar menjadi pelajaran…”

Ia terisak…

“Agar menjadi pelajaran…”

Ia tersedu…

“Agar menjadi pelajaran…”

Ia terisak…

Lalu ia bangkit dari duduknya, matanya kembali menyala, “Karena ketahuilah oleh kalian.. sesungguhnya zina adalah hutang. Hutang, sungguh hutang… dan.. salah seorang dalam nasab pelakunya pasti harus membayarnya!”

Ya, hindarilah segala yang tidak pantas untuk dilakukan oleh seorang muslim. Zina adalah hutang, hutang, hutang. Jika engkau berhutang, maka ketahuilah bahwa tebusannya adalah anggota keluargamu. Barangsiapa berzina, maka akan ada yang dizinai, meskipun di dalam rumahnya. Camkanlah hal ini jika engkau termasuk orang yang berakal.

Semoga bermanfaat.

Sumber : Ustadz Ibnu Abdil Bari

Leave a comment