TERJEMAH I’ANATUT THALIBIN part 5


TERJEMAH I’ANATUT THALIBIN part 5

Keterangan Fathul Mu’in :

(صلاة الجماعة في أداء مكتوبة) لا جمعة (سنة مؤكدة) للخبر المتفق عليه: صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة.

(Shalat Jama’ah pada [shalat] ada’ maktubah) [shalat ada’ maktubah yaitu shalat 5 waktu yang dilakukan didalam waktunya, yakni tidak sampai keluar waktu. Kebalikan dari ada’ adalah qodzo’, yakni shalat yang dilakukan diluar waktunya] tidak [shalat] Jum’at (hukumnya adalah sunah muakkadah) [sunah muakkadah adalah suatu kesunahan yang sangat dianjurkan] karena adanya hadits yang disepakati [kesahihannya oleh Imam Bukhari Muslim] : “Shalat Jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”

والافضلية تقتضي الندبية فقط.

Dan adanya keutamaan ini hanya memberi konsekuensi hukum sunah [tidak sampai taraf wajib].

~~~~~~~~~~

Penjelasan I’anatut Thalibin:

(قوله: صلاة الجماعة) أي الصلاة من حيث الجماعة، وبما ذكر اندفع ما قيل إن الصلاة واجبة مطلقا، سواء وقعت في جماعة أم لا، فلا يصح الإخبار بأنها سنة

وحاصل الدفع أن المراد أنها سنة من حيث الجماعة، لا من حيث ذاتها.

(Ucapan beliau : Shalat Jama’ah) yakni shalat dari segi jama’ah. Dan karena perkara yang telah disebutkan [yaitu shalat “dari segi jama’ah”] tertolaklah apa yang dikatakan bahwa shalat itu pastinya wajib secara mutlak, baik itu terjadi secara jama’ah atau tidak, maka ya tidak sah [atau tidak boleh] mengkanarkan bahwa shalat itu sunah.

Dan [jawaban] hasil penolakan [terhadap apa yang dikatakan itu] bahwa yang dimaksud shalat [hukumnya] sunah [itu shalat] dari segi jama’ah[nya], tidak kok dari segi dzat shalat itu sendiri. [Kalau shalat dari segi dzatnya atau dari sananya memang wajib mutlak bagi orang berakal].

(قوله: في أداء مكتوبة) سيذكر محترز قوله في أداء، وقوله: مكتوبة.

(Ucapan beliau : didalam ada’ maktubah) akan disebutkan pengecualian ucapan beliau yang berupa “didalam ada'”, dan [pengecualian] ucapan beliau yang berupa “maktubah”.

وإنما قيد بالثاني، مع أن الجماعة تسن في غيرها أيضا كالعيدين، والتروايح، لأجل الخلاف الذي سيذكره، فإنه لا يجرى إلا فيها.

وأما في غيرها فهي سنة بالاتفاق.

Penulis membatasi dengan yang kedua [yaitu kenapa hanya pada shalat maktubah secara khusus], padahal jama’ah juga disunahkan diselainnya seperti dua shalat id dan shalat tarawih, tujuannya tidak lain dan tidak bukan hanya karena adanya perbedaan pendapat yang akan beliau sebutkan nantinya, karena perbedaan pendapat masalah jama’ah, itu tidak berlaku kecuali didalam shalat maktubah.

Adapun diselainnya [selain shalat maktubah] maka jama’ah hukumnya sunah secara kesepakatan ulama’.

(قوله: لا جمعة) أما الجماعة فيها ففرض عين، كما يعلم من بابها.

(Ucapan beliau : tidak Jum’at) adapun [hukum shalat] jama’ah didalamnya [didalam shalat Jum’at] maka fardhu ain [wajib bagi setiap individu] seperti yang nantinya diketahui dibabnya.

(قوله: سنة) أي سنة عين حتى على النساء، إلا أنها لا تتأكد في حقهن كتأكدها على الرجال، كما سيأتي.

(Ucapan beliau : sunah) yakni sunah ain [sunah bagi setiap individu] bahkan juga bagi wanita. Akan tetapi kesunahan jama’ah pada wanita tidak sekuat kesunahan jama’ah pada laki-laki, seperti keterangan yang akan datang.

(قوله: للخبر المتفق عليه) دليل للسنية.

(Ucapan beliau : karena hadits yang disepakati) [hadits ini menjadi] dalil kesunahan.

(قوله: من صلاة الفذ) بالفاء والذال المعجمة، أي المنفرد.

(Ucapan beliau : daripada shalat sendiri) [lafadz al-fadz] dengan fa’ dan dzal yang di titik satu, [artinya] yaitu sendiri.

(قوله: بسبع وعشرين) في رواية: بخمس وعشرين.

(Ucapan beliau) dengan dua puluh tujuh) didalam satu riwayat lain [dikatakan] : dengan dua puluh lima.

قال في شرح الروض: ولا منافاة، لأن القليل لا ينفي الكثير، أي الإخبار بالقليل لا ينافي الإخبار بالكثير، أو أنه أخبر أولا بالقليل. ثم أخبره الله بزيادة الفضل فأخبر بها، أو أن ذلك يختلف باختلاف أحوال المصلين.

[Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari] berkata didalam [kitab] Syarh Ar-Roudh [nama kitab lengkapnya : Asnal Matholib fi Syarhi Roudhit Tholib. Penulis kitab Raoudhut Tholib sendiri adalah Syaikh Syarofuddin Ismail Al-Muqri Al-Yamani] :

Dan tidak ada kontradiksi sama sekali, karena sedikit itu tidak menafikan banyak, yakni pemberitahuan kabar dengan sesuatu yang sedikit itu tidak menafikan pemberian kabar dengan sesuatu yang banyak, atau bahwasanya Allah memberi kabar [kepada Rasulullah] awalnya dengan yang sedikit. Kemudian Allah mengkhabari beliau dengan adanya tambahan keutamaan, kemudian akhirnya Rasulullah menkhabarkannya. Atau bahwasanya hal itu berbeda-beda sebab berbedanya kondisi orang yang shalat.

(قوله: درجة) قال ابن دقيق العيد : الأظهر أن المراد بالدرجة الصلاة، لأنه ورد كذلك في بعض الروايات.

وفي بعضها التعبير بالضعف، وهو مشعر بذلك أيضا.

(Ucapan beliau : derajat) Ibnu Daqiq Al-Id berkata : Yang lebih dzahir bahwasanya yang dimaksud dengan derajat adalah shalat. Karena telah ada hadits demikian disebagian riwayat.

Dan disebagian riwayat lagi menggunakan ungkapan “kali lipat”, dan itu juga memberi isyarat sama dengan tadi.

(قوله: تقتضي الندبية فقط) أي ولا تقتضي الفرضية.

(Ucapan beliau : memberi konsekuensi hukum sunah saja) yakni tidak memberi konsekuensi hukum wajib.

_____________

Ringkasan keterangan ini :

1- Shalat Jama’ah pada ada’ maktubah hukumnya Sunnah Muakkadah.

2- Shalat Jama’ah pada shalat Jum’at tidak sunah muakkadah. Melainkan Fardhu Ain atau wajib bagi setiap individu yang memenuhi syarat.

3- Hadits “Shalat Jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian” memberi konsekuensi hukum bahwa shalat jama’ah itu sunah.

Karena yang namanya “lebih utama” pastinya berkenaan dua hal yang sama-sama boleh, dan yang satu lebih baik untuk dilakukan daripada yang satunya lagi. Seperti “Sarapan lebih utama daripada tidak sarapan”. Kalimat ini menunjukkan sarapan sekedar lebih baik daripada tidak sarapan. Bukan dalam artian sarapan itu harus/wajib. Dan bukan berarti tidak sarapan itu dilarang/haram.

Leave a comment