JAWABAN TERHADAP WAHABI YANG MENGUTIP PERKATAAN IMAM ABU AL HASAN AL ASY’ARI UNTUK MEMBUAT FITNAH


JAWABAN TERHADAP WAHABI YANG MENGUTIP PERKATAAN IMAM ABU AL HASAN AL ASY’ARI UNTUK MEMBUAT FITNAH

Jika menetapkan sifat yad secara hakikat tidak wajib meyakini jarihah (jisim). Maka sama halnya menetapkan istawa secara hakikat tidak wajib meyakini berada di atas. Karena jarihah dan berada di atas adalah sama sama tanda baru bagi dzat Allah.

Imam Abu al Hasan al Asy’ari berkata :

ﺇﺛﺒﺎﺕ ﻳﺪﻳﻦ ﻟﻴﺴﺘﺎ ﻧﻌﻤﺘﻴﻦ ﻭﻻ ﺟﺎﺭﺣﺘﻴﻦ

Penetapan 2 yad bukan bermakna 2 nikmat dan bukan 2 jarihah.

Sumber : Kitab al Ibanah. 137/1.

Imam Ibnu Hajar al Asqalani mengutip perkataan Imam Ibnu Bathal ;

أن اﻟﺠﺴﻢ ﺣﺎﺩﺙ ﻭﻫﻮ ﻗﺪﻳﻢ

Sesungguhnya jisim itu tanda baru, sedangkan Allah qadim.

Sumber : Kitab Fathul Baari. 389/13.

Dari situ bisa difahami bahwa perkataan Imam Abu al Hasan al Asy’ari :

ﺣﻜﻢ ﻛﻼﻡ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻩ ﻭﺣﻘﻴﻘﺘﻪ، ﻭﻻ ﻳﺨﺮﺝ اﻟﺸﻲء ﻋﻦ ﻇﺎﻫﺮﻩ ﺇﻟﻰ اﻟﻤﺠﺎﺯ ﺇﻻ ﺑﺤﺠﺔ.

“Ketetapan firman Allah ta’ala berdasarkan dzahirnya dan hakikatnya, tidak bisa keluar dari dzahirnya kepada majaz kecuali dengan hujjah”.

Sumber : Kitab al Ibanah. 139/1.

Na’am, menetapkan secara hakikat tidak wajib meyakini tanda baru bagi dzat Allah seperti jarihah dan berada di atas, karena dzat Allah qodim.

Imam Abu al Hasan al Asy’ari pernah berkata :

ﺃﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻔﺎﺕ ﻻ ﻳﺼﺢ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺤﺪﺛﺎ

“Sesuatu dari sifat sifat ini tidak sah dengan makna yang mewajibkan tanda baru”.

Sumber : Kitab Risalah ilaa Ahli Tsaghr. 121/1.

Maka dari itu Imam Abu al Hasan al Asy’ari menyerahkan makna hakikatnya kepada Allah. Itulah yang dimaksud dengan tafwidh makna madzhab salaf, yaitu mentafwidh makna hakikat.

Ini adalah jawaban terhadap Wahabi yang sering mengutip perkataan Imam Abu al Hasan al Asy’ari di dalam menetapkan sifat secara hakikat.

Abdurrachman asy Syafi’iy

Leave a comment