MENUKIL PERKATAAN IMAM ABU AL HASAN AL ASY’ARI YAA SAKINAS SAMA


SYUBHAT RECEH WAHABI YANG MENUKIL PERKATAAN IMAM ABU AL HASAN AL ASY’ARI YAA SAKINAS SAMA

Sakinun adalah isim fa’il dari lafadz sakana yaskunu sukunan (sukun) yang artinya tidak bergerak, mendiami suatu tempat.

Lafadz yaa sakinas sama itu musykil jika difahami secara tekstualis.

Pertama
Karena membatalkan perkataan Imam Abu Al Hasan Al Asy’ari yang berkata
ليس بجسم ولا محدود ولا ذي نهاية
Allah bukan jisim, bukan yang dibatasi dan bukan yang memiliki ujung.
Maqolat al islamiyyin. 207/1.

Sedangkan sukun itu mewajibkan dzat Allah memiliki batas dan ada ujungnya. Sehingga termasuk sifat jisim. Sebagaimana perkataan Imam Baihaqi
ﻓﺈﻥ اﻟﺤﺮﻛﺔ ﻭاﻟﺴﻜﻮﻥ ﻭاﻻﺳﺘﻘﺮاﺭ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ اﻷﺟﺴﺎﻡ،
Sesungguhnya bergerak, tidak bergerak mendiami suatu tempat (sukun), dan menetap adalah sebagian dari sifat sifat jisim.
Kitab Al Asma Wa Shifat. 370/2.

Selain itu membatalkan perkataan Imam Abu Al Hasan Al Asy’ari yang lain :
ﻻ ﻳﺠﺐ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻧﻔﺲ اﻟﺒﺎﺭﻱ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ …ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﺩﻭﻥ ﻣﻜﺎﻥ، ﺃﻭ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ
Tidak wajib dzat Allah azza wa jalla mendiami satu tempat (khusus), bukan tempat mahluk atau berada di selain yang demikian.
Kitab Risalah ilaa ahli tsaghr. 124/1.

Sedangkan makna tekstualis yaa sakinas sama yaitu ” Wahai yang mendiami (satu tempat, yaitu) langit”.

kedua
Ya sakina sama bagi kaum tekstualis juga musykil karena makna tekstualisnya menyatu dengan langit, lafadz sukun itu tidak menunjukkan adanya keterpisahan. Sedangkan kaum tekstualis meyakini dzat Allah berada di atas langit secara terpisah dengan jarak.
Jika kaum tekstualis menukil perkataan yaa sakinas sama dan mewajibkan memahaminya secara tekstualis sama saja dengan membatalkan keyakinan mereka juga.

Kesimpulannya :
Mengatakan ya sakinas sama tidak wajib meyakini dzat Allah berada di dalam langit. Sebagaimana berkata nuzul ke langit dunia, tidak wajib meyakini berada di dalam langit dunia.

Yang demikian hanyalah isyarat kepada sifat fauqiyah dengan makna yang layak bagi dzat Allah yang suci dari batas, tempat dan tidak ada ujungnya.

Saya tidak menjawab bahwa kalimat itu dipalsukan. Karena saya tidak memiliki manuskrip aslinya. Sedangkan ahli ilmu itu harus berbicara dengan fakta.

Abdurrachman Asy Syafi’iy.

Leave a comment