Beramallah


Oleh: Dr. Usman Jakfar

 وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ  

(التوبة: 105)

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-Taubah:105)

Allah minta kita untuk beramal, sementara hasil itu adalah urusan Allah. Allah perintahkan Nabi Musa `alaihissalam untuk memukulkan tongkanya ke batu, masalah terpancarnya itu adalah urusan Allah. Allah perintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, masalah laut terbelah itu adalah urusan Allah. Allah perintahkan Maryam untuk menggoyang pokok korma, masalah ruthab itu jatuh, itu adalah urusan Allah. Apa yang dilakukan manusia itu disebut dengan ruang ikhtiyar yang diberikan Allah, adapun hasil itu adalah adalah taqdir.

Manusia juga diberikan pahala dan dosa oleh Allah atas pilihannya, jika pilihannya sesuai dengan syariat yang Allah turunkan maka ia akan mendapatkan pahala, jika tidak, maka ia akan mendapatkan dosa.

Ayat di atas bisa difahami sebagai perintah untuk melakukan amal sholeh, atau juga sebagai ancaman bagi orang yang melakukan amal tholeh. Maksudnya; wahai manusia jika kamu buat amal sholeh, maka yakinlah sekecil apapun Allah akan melihat amal kamu. Akan tetapi jika kamu buat amal tholeh, hati-hati, sebab Allah juga akan melihat amal kamu. (al-Sa`di)

Kenapa kita disuruh beramal sholeh? Karena akan memberikan semangat (تثبيت) bagi orang yang melihatnya. Jika ada 100 orang, 99 orangnya semua beramal, tentu yang 1 orang akan terdorong semangatnya untuk beramal, akan tetapi jika ada 100 orang, 99 tidak beramal, tentu 1 orangnya akan mengatakan: “tengok mereka aja nggak buat, untuk apa saya buat”(تثبيط) . Jadi, kita diperintahkan untuk senantiasa memberikan تثبيت (peneguhan) bukan تثبيط (penggembosan).

Hakikatnya kita diperintahkan Allah untuk mengumpulkan poin kebaikan sebanyak-banyak, sebelum datangnya malaikat maut. Hidup dunia ini sangat singkat, apalagi tidak ada yang akan kekal diatasnya. Mari jadikan setiap hari-hari yang kita lalui selalu ada nilai pahala di dalamnya.

Alangkah malunya kita, saat di akhirat kelak, amal-amal tholeh itu diceritakan kembali kepada kita, tidak ada sedikitpun yang tertinggal, walaupun sekecil apapun. Allah berfirman:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

(الكهف:49)

Dan “Kitab-kitab Amal” juga tetap akan dibentangkan, maka engkau akan melihat orang-orang yang berdosa itu, merasa takut akan apa yang tersurat di dalamnya; dan mereka akan berkata:” Aduhai celakanya kami, mengapa kitab ini demikian keadaannya? Ia tidak meninggalkan yang kecil atau yang besar, melainkan semua dihitungnya!” Dan mereka dapati segala yang mereka kerjakan itu sedia (tertulis di dalamnya); dan (ingatlah) Tuhanmu tidak berlaku zalim kepada seseorangpun. (al-Kahfi:49).

Leave a comment