MASJID SEBAGAI PUSAT KEBANGKITAN ILMIAH UMAT ISLAM DI MASA DEPAN


Sepuluh tahun ke depan, generasi kita sudah berganti. Anak-anak kita yang hari ini masih menghafal Al-Qur’an, sudah dewasa. Banyak di antara mereka sudah hafal Al-Qur’an. Bacaannya bagus, bertajwid, dan mutqin.

Selain itu, anak-anak kita yang hari ini belajar agama secara mulazamah atau belajar di perguruan tinggi di Timur Tengah sudah selesai belajar. Mereka sudah mengkhatamkan banyak kitab, yang dulu bahkan tidak pernah disentuh atau didengar namanya oleh orang tua mereka.

Jelas, akan ada perbedaan level tafaquh fiddin antara generasi sekarang dengan generasi akan datang. Di sini, perlu kebijaksanaan generasi tua untuk menghadapi masa tersebut. Sebagai generasi tua, kita perlu menyiapkan lahan yang baik untuk tumbuhnya keilmuan anak-anak kita.

Jika saat ini, banyak masjid kita dalam pelaksanaan salat jamaah dipimpin oleh para imam yang tidak cukup fasih membaca Al-Qur’an dan tidak cukup faham tentang fikih salat, sepuluh tahun ke depan banyak anak-anak kita sudah siap untuk menjadi imam salat yang lebih baik. Bukan saja dari aspek bacaan dan hafalan Al-Qur’an semata, tapi juga dari aspek pemahaman agama, fikih salat, dan sebagainya.

Tidak ada salahnya, mulai sekarang kita berfikir tentang estafet kepemimpinan salat di masjid-masjid kita. Yang tua legawa jika suatu saat harus lengser dari status imam salat. Juga dalam berbagai urusan kemasjidan. Justru, para generasi tua selayaknya berfikir untuk menyiapkan proses soft landing dan alih generasi, tanpa keributan dan kericuhan. Yang muda pun juga perlu bersiap, bukan semata dengan hafalan dan ilmu yang dimiliki, tapi juga perlu mempersiapkan diri dalam aspek mentalitas dan moralitas, juga aspek lainnya.

Masjid-masjid kita hari ini sudah ramai dengan kajian, pengajian, tablig akbar, dan berbagai kegiatan dakwah dan transfer ilmu. Jika saat ini, pengajian-pengajian lebih banyak mengambil tema-tema aktual dan situasional, ke depan perlu lebih banyak forum kajian yang lebih fokus pada pendalaman ilmu.

Sebagai contoh, di Cemani ada 35 masjid dan musala. Secara umum, bangunan masjid bagus, ber-AC, nyaman untuk salat jamaah maupun kajian. Masjid bisa difungsikan sebagai tempat pendalaman ilmu.

Masjid Al-Muhtadin misalnya. Fokus menyelenggarakan kajian tafsir secara intensif. Siapa yang ingin belajar tafsir, rajin-rajinlah salat jamaah dan menghadiri kajian tafsir di Masjid Al-Muhtadin. Dari Al-Fatihah sampai tamat Surah An-Nas. Selesai satu kitab tafsir, bisa beralih ke kitab tafsir lain.

Masjid lainnya, Al-Huda, misalnya, mengadakan kajian hadis. Kitab hadis yang muktabar dikaji secara urut, runtut, dan mendalam. Dari Sahih Bukhari, Sahih Muslim, lalu berlanjut kepada kitab-kitab hadis lainnya. Siapa yang mau memperdalam pengetahuannya di bidang hadis, rajin-rajinlah salat jamaah di Masjid Al-Huda dan menghadiri kajian-kajiannya.

Lalu, Masjid Baiturrohman menyelenggarakan kajian fikih, Baitul Amin kajian Akidah, An-Nahl kajian Sirah, Al-Muttaqin kajian Bahasa Arab, Nurul Jadid kajian Ushul Fiqih, dan seterusnya. Setiap masjid menyelenggarakan kajian dengan spesialisasi berbeda. Siapa yang mau belajar dalam setiap bidang, tinggal rajin hadir salat berjamaah, lalu mengikuti kajian di sana. Dia bisa pindah dari satu masjid ke masjid lainnya, jika ingin mendalami bidang ilmu yang berbeda.

Dengan begitu, umat Islam di Cemani semakin paham agama dengan baik. Diskusi dan perdebatan di medsos atau di forum lain biar saja tetap ada, tapi dengan kualitas yang lebih baik. Karena debatnya pakai ilmu. Bekal ilmu masyarakat kita sudah lebih baik.

Ikhtilaf ulama wajar terjadi. Tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Akan ada solusinya. Yang menyedihkan adalah ikhtilaful juhala, karena sering kali kita kesulitan mencari penyelesaiannya. Jika bukan ilmu yang jadi bekal, maka senjata yang digunakan dalam perdebatan adalah hawa nafsu. Saat itu, setan akan mudah membonceng di belakangnya.

Saat ini orang semakin berbondong ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah. Sebagian orang pada awalnya melakukan itu karena disediakan makan gratis atau door prize dari takmir. Biar saja. Suatu saat nanti, masyarakat berbondong ke masjid, selain karena ingin menunaikan salat berjamaah, juga karena ingin menghilangkan dahaganya terhadap ilmu.

Meningkatnya pemahaman agama di tengah masyarakat adalah indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan pada masyarakat tersebut. Ingat sabda Nabi SAW:

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Siapa yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan kebaikan, niscaya Allah memahamkannya secara mendalam ilmu agama.”

Juga sabda Nabi SAW:

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Yang terbaik di antara kalian adalah siapa yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.”

Wallahu a’lam bishawab.

HMB

Leave a comment