Ketika kakinya menginjak SURGA


Imam Ahmad bin Hambal ditanya, “Kapan seorang hamba bisa istirahat?”Beliau menjawab, “Ketika kakinya menginjak syurga.”

Allah menciptakan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan.

Dengan ketidaksempurnaannya itu, manusia memang wajar melakukan alpa dan kesalahan. Allah tidak mungkin membebani seseorang di luar kadar dan batas kemampuannya yang tidak sempurna itu. Setiap orang pasti akan merasa lemah dan lelah ketika ia telah melakukan banyak aktifitas. Setiap orang pasti akan merasa sakit manakala dizalimi.

Setiap orang pasti merasa kecewa, resah dan gundah bila mengalami keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya. Setiap orang pasti merasa khawatir dan takut terhadap bahaya yang akan mengancamnya. Begitu seterusnya.

Dr. Muhammad bin Hasan bin Aqil ketika membahas jatuh dan lemahnya orang-orang kokoh, memasukkan uraian di atas sebagai sebab yang tidak mungkin hilang dair manusia. Sebagaimana sahabat Rasulullah dahulu merasa tertekan, kecewa, sakit, ketika menghadapai tekanan orang-orang kafir Quraisy di Makkah. Sebagaimana Khabbab bin Art terseok-seok di hadapan Rasulullah saw dan memohon kepadanya untuk berdo’a kepada
Allah, agar Allah segera menurunkan pertolongan-Nya. Bahkan sebagaimana Rasulullah melaporkan ketidakberdayaan di hadapan Allah saat menghadapi pasukan kafir dalam perang Badar. Allah takkan membebani seseorang melebihi kadar kemampuannya, dan karenanya Allah memaafkan keadaan-keadaan tersebut.

Tapi Saudaraku,

Tingkat kelemahan, lelehan, kesakitan, kekecewaan, keresahan, kekhawatiran, dan ketakutan orang itu berbeda-beda. Ada yang masih berada dalam pagar toleransi, ada pula yang menerabas batas yang wajar. Hanya keimanan yang membedakannya. Suatu ujian yang sama berat kesulitannya, bila dihadapi oleh dua orang yang berbeda, maka reaksi kedua orang itupun akan berbeda. Kurang lebih seperti itu kesimpulan yang dipaparkan Muhammad Ghazali rahimahullah. 

(Tarbawi)

Leave a comment