Dicari Wanita shalihah di Sepertiga Malam Terakhir (1)


MENGINGAT kisah Nabiullah Yusuf ‘Alaihissalam, siapapun pasti akan terkesima.  Pertama, ia sosok yang diberi Allah ketampanan yang tiada duanya, hingga mampu membuat siapapun wanita tak menyadari hingga melukai tangannya saat memandangnya. Hal yang sampai kini tak pernah terjadi lagi di belahan bumi manapun.

Sekaligus menunjukkan bahwa setelah Nabi Yusuf tak lagi ada pria yang diciptakan Allah serupawan dengannya.

Kedua, keimanan seteguh baja yang sangat terjaga meski digoda dan dicintai wanita teramat cantik seperti Zulaikha. Hal yang amat jarang dijumpai pria zaman sekarang.

Pria zaman ini digoda wanita cantik, kaya pula langsung “klepek-klepek” tak peduli meski nilai sosial melarangnya. Bahkan menjadi angkuh dan merasa hebat dengan sedikit ketampanan yang dianugerahi Allah walau tak ada apa-apanya dibandingkan kerupawanan nabi Yusuf. Maka jadilah wajah tampan dimanfaatkan untuk menjerat wanita, tak peduli meski mungkin sang wanita sudah bersuami.

Demikian juga dengan para wanita, khususnya yang berstatus istri, banyak yang akhirnya meniru perilaku Zulaikha. Jatuh cinta pada pria yang bukan suaminya lalu tergoda dan menggoda. Maka menjadi hal yang lumrah ketika angka perselingkuhan menjadi begitu tinggi di negeri kita yang mayoritas muslim. Perselingkuhan apa pun latar belakang penyebabnya, baik masalah ekonomi, tergoda pasangan idaman lain, atau pergaulan bebas semua hanya bermuara pada satu hal, yaitu memperturutkan hawa nafsu. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya.

Andai masing-masing individu mengekang syahwatnya, memastikan segala hal tetap pada relNya, maka mustahil perselingkuhan terjadi. Andai setiap pribadi setia padaNya, maka tak mungkin akan pernah ada yang namanya selingkuh. Tidak akan pernah ada istri yang mengkhianati suaminya. Pun tidak akan pernah ada seorang laki-laki yang bercinta bukan dengan istrinya.

Belum lagi dengan perilaku berpakaiannya. Sudah bukan pemandangan yang asing lagi, berbaju ketat, terang, pendek, mini, menutup aurat tapi seperti telanjang telah menjadi pilihan mayoritas cara berpakaian wanita. Begitu kuatnya pengaruh budaya di luar Islam merasuki gaya hidup. Mulai dari serbuan Amerika style, Eropa style hingga yang lagi booming-booming nya sekarang Korea style.

Aturan Islam yang indah tentang tata cara berpakaian sirna, menguap entah ke mana. Mengaku Islam tapi tak mau menjalankan aturan dalam Islam. Mengaku cinta Allah, tapi ogah mengikuti aturanNya.

Padahal dalam Islam sudah sangat jelas tentang tata cara berpakaian di luar rumah atau kala ada pria non muhrim yaitu :

Pertama, menutupi seluruh tubuh, selain yang dikecualikan, yaitu muka dan telapak tangan.

Kedua, memakai jilbab dan kerudung sampai dada. Al-Qur’an surat An Nuur ayat 31: وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ  “Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung hingga ke dadanya.”

Demikian juga  Allah berfirman; يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al Ahzab : 59)

Ketiga, tidak tipis sehingga terlihat kulit dan bayangan tubuh dibaliknya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah pernah memberi Usamah bin Zaid Qubthiyyah (pakaian dari katun yang tipis) yang kasar. Tetapi Usamah tidak memakai dan ia memberikan pada istrinya. Nabi bersabda, “Suruhlah ia memakai baju rangkapan  didalamnya, agar tidak terlihat lekuk-lekuk tulangnya.”

Keempat, tidak ketat sehingga tergambar jelas bentuk tubuhnya. Busana ketat walau tidak tipis akan memperlihatkan lekuk tubuh wanita, misalnya bentuk pinggul, dada, bokong dan sebagainya. Meskipun berpakaian dan menutup rambut, sebenarnya ia tetap saja telanjang. Busana mode ini akan lebih membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah.

Nabi bersabda, ” Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).

Kelima, tidak menyerupai pakaian laki-laki, yang dimaksud adalah larangan menyerupai laki-laki secara keseluruhan. Bukan hanya kesamaan dalam satu potongan pakaian saja misalnya celana panjang yang bisa dikenakan oleh pria atau wanita.

Keenam, tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, misalnya busana muslimah yang menyerupai baju biarawati.

Ketujuh, tidak dimaksudkan untuk pamer atau menarik perhatian laki-laki, agar tujuannya untuk melindungi muslimah dari gangguan dapat tercapai.

Jika muslimah mengabaikan ketentuan Islam dalam berpakaian sehari-hari, maka pria yang secara fitrahnya tertarik dengan keindahan wanita lah yang akan menjadi ” korban pertama” andai tak maksimal ghodul bashar.

Padahal sedikit sekali pria yang bisa seperti nabi Yusuf dalam menjaga keimanan. Teramat sedikit pria istimewa yang cintaNya tulus pada Sang Maha Perkasa. Amat langka pria yang tidak mempan tergoda wanita. Amat jarang pria yang memilih naunganNya disaat tak ada naungan selainNya.

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 1. Pemimpin yang adil 2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya 3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah 5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’ 6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya 7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712).*/Naila Ridla, MSi. Penulis adalah pegiat CIIA Devisi Kajian Sosial Budaya

bersambung ke ARTIKEL “Susahnya mencari Pria Sekuat Nabi Yusuf”

Leave a comment