Khutbah Idul Fitri Kisah Musa dan Firaun; Saat Kebenaran Berhadapan dengan Penguasa Tiran


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri  Kisah Musa dan
Firaun; Saat Kebenaran Berhadapan dengan Penguasa Tiran
Ust. Miftahul Ihsan, Lc.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ
.
فَإِنَّ خَيْرَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللّهِ وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هُدَي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ
الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلةَ ٌوَكُلَّ ضَلاَلةٍ فِي النَّارِ
.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿
102﴾ ) آل عمران .
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿
1﴾ ) النساء .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿
70
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴿
71﴾ ) الأحزاب .
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ
وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Tepat pagi ini, kita
semua telah selesai melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh lamanya.
Puasa yang insya Allah mengantarkan kita semua kepada derajat taqwa. Sehingga
kita semua layak diberi gelar muttaqin.

Di antara janji Allah
kepada orang-orang bertakwa adalah janji kemenangan di akhir episode
pertarungan antara haq dan bathil. Allah 
bersabda :
قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ
وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Musa berkata kepada
kaumnya, “Mintalah tolong kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini
milik Allah dan Allah akan mewariskannya kepada siapa saja yang Allah kehendaki
dari hamba-hamba-Nya. Dan hasil akhir yang baik hanyalah milik orang-orang
bertakwa.” (Al-A’raf : 128)
Ayat ini menceritakan
sebuah episode dari perjalanan Nabi Musa. Beliau dan kaumnya yang membawa panji
kebenaran sedang didominasi oleh kekuatan kufur Fir’aun. Di dalam ayat ini Musa
meningkatkan maknawiyat dan moral pengikutnya, dengan mengatakan bahwa, hasil
akhir yang baik hanyalah milik orang-orang bertakwa. Dan terbukti, di akhir
episode, Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Hal ini menandakan
kemenangan ahlul haq dan orang-orang bertakwa.
Sementara hari ini,
orang-orang bertakwa masih berada pada fase memperjuangkan haq melawan
kebathilan. Episode baru ini dimulai ketika syariat Islam mulai direduksi
sedikit demi sedikit oleh para pemimpin Islam dan diacuhkan oleh sebagian
rakyatnya di akhir masa kepemimpinan Utsmaniyah di Turki, perpecahan para
pemimpinnya tidak bisa dielakkan.
Hedonisme sudah menjadi
model kehidupan masyarakat Muslim, carut marut kehidupan politik yang kacau
sampai Khilafah diretas oleh para pengkhianat dipimpin oleh Kamal Attaturk yang
mengabdi untuk kepentingan Barat. Sehingga musuh yang sudah mengambil
ancang-ancang dengan taring dan cakarnya untuk menerkam mangsa Khilafah Turki
Utsmani akhirnya mampu mencabik-cabik dan mengoyaknya sehingga nyaris tak
tersisa sedikit pun darinya kecuali sejarah masa lalu.
Ketika Islam tidak tampil
sebagai raja di menara tertinggi kekuasaan dunia, lalu Barat mengambil alih
tampuk kekuasaan dunia Islam. Maka terlahir kembali politik neo-Fir’aun,
penguasa tiran yang menjadi predator bagi kesatuan umat yang diikat oleh wahyu
(Al-Qur`an dan As-Sunnah) dan ketaqwaan, tanpa mengenal ras, suku dan bangsa.
Umat tercerai berai dalam bentuk bangsa-bangsa yang tersekat oleh tapal batas
wilayah atau yang dikenal dengan nation state, dalam bentuk suku dan ras, dalam
bentuk partai-partai politik dsb. Penguasa tiran yang menindas kaum lemah,
melibas setiap lawan yang dianggap mengancam eksistensinya, dengan cara yang
kejam, tidak etis dan manusiawi sebagaimana yang ditunjukkan oleh Barat di
dunia Islam atas nama perang melawan terorisme. Bentuk politik tiran ini sudah
Allah gambarkan dalam
narasi Al-Qur`an tentang Fir’aun :
طسم (1) تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (2)
نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ (3) إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا
يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي
نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
(4)
Thaa Siin Miim (1) Ini
adalah ayat-ayat Kitab (Al Qur›an) yang nyata (dari Allah). (2) Kami membacakan
kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang
yang beriman. (3) Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka
bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari
mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan. (4) [Al-Qashash: 1-4]
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Klaim Rububiyah
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Tidak cukup itu penguasa
tiran ini sangat angkuh, anti terhadap Rabb. Mereka berkata “Jangan bawa aturan
Allah dalam politik dan kekuasaan, negara ini miliki kita, maka yang berhak
mengatur adalah kita, ideologinya bersumber dari kita bukan dari Islam. Kalau
Islam yang mengatur rusak negara ini.”
Mereka lupa bahwa bumi
ini milik Allah, Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Rabb pemilik, penguasa,
pengatur seluruh negeri dari ujung timur hingga barat. Apalagi sekedar satu
negara, wilayah bahkan sejengkal tanah semuanya milik Allah, Dia yang
menciptakan, yang mengatur, yang membuat ada dan tidak ada, maka sudah
sepantasnya aturan yang berkuasa adalah aturan-Nya. Tidak sadarkah keangkuhan
semacam ini adalah keangkuhan Fir’aun yang mengaku bahwa dirinya adalah Rabb
tertinggi yang paling berhak mengatur mesir dengan ideologinya yang berangkat
dari hawa nafsu,
Allah berfirman :
(فَحَشَرَ فَنَادَى
(23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24
Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (23) (Seraya) berkata:
«Akulah tuhanmu yang paling tinggi» (24) [An-Nazi’at : 23-24]
Padahal Fir’aun sendiri
tidak yakin atas apa yang dia klaim, tidak bisa membuktikan bawa dirinya Rabb.
Buktinya, dia tidak berkutik saat Nabi Musa n memberikan penjelasan tentang
siapa sebenarnya Rabb? Maka dia berusaha mengalihkan esensi pembicaraan hingga
kemudian kalap dan bertindak brutal, seperti yang Allah narasikan dalam
firman-Nya :
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (24)
قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ (25) قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ
آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (26) قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ
إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ (27) قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا
بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (28) قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا
غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ
(29)
Firaun bertanya: “Siapa
Tuhan semesta alam itu? (23) Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan
apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian
(orang-orang) mempercayai-Nya”. (24) Berkata Firaun kepada orang-orang
sekelilingnya: “Apakah kamu tidak mendengarkan?” (25) Musa berkata (pula):
“Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”. (26) Firaun
berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila”. (27) Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa
yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”.
(28) Firaun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar
aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (29) [As-Syu’ara` :
23-29]
Fir’aun mengklaim sebagai
Rabb tertinggi bukan berarti dia mengklaim sebagai Tuhan yang memerintahkan
rakyatnya untuk beribadah kepadanya dengan cara bersujud kepadanya. Tetapi
makna klaim Fir’aun sebagai Rabb tertinggi adalah “Dia mengklaim sebagai
penguasa tertinggi yang berhak membuat aturan sendiri dan berhak ditaati secara
mutlak.” Semua rakyatnya harus patuh kepadanya secara mutlak tanpa peduli
aturan tersebut zalim atau tidak, rusak atau tidak, bertentangan dengan syariat
atau tidak.
Sesungguhnya Rabb hanyalah
Allah, karena Dialah Penguasa langit dan bumi, Dia Yang menciptakan dan Dia
yang mengatur, maka hanya aturan (syariat) Allah yang berhak ditaati secara
mutlak, sementara ketaatan kepada manusia diukur dengan ketaatan kepada-Nya dan
Rasul-Nya yang membawa pesan-Nya.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Mengklaim
Uluhiyah
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Tidak cukup itu, penguasa
tiran ini berusaha mencerabut makna Tauhid Uluhiyah hingga akarnya. Artinya
mereka mengklaim bahwa mereka adalah yang paling berhak ditaati dan dipatuhi
karena mereka adalah penguasa sejati, sehingga tanpa sadar mereka sudah
memperbudak manusia dengan kesewenangannya, membelenggu kemerdekaan orang lain
yang hanya ingin menghamba kepada Allah dalam setiap urusannya, memperbudak
mereka dalam aturan mainnya. Inilah kesombongan Fir’aun yang mengklaim Uluhiyah
Allah sebagaimana yang Allah narasikan dalam firman-Nya :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ
لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي
Dan berkata Firaun: “Hai
pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku….” [Al-Qashash :
38]
Makanya dia marah saat
Nabi Musa memiliki ilah yang ditaati selain dirinya :
قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي
لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ
Firaun berkata: “Sungguh
jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu
salah seorang yang dipenjarakan”. [As-Syu’ara` : 29]
Lalu bagaimana cara
penguasa tiran mencerabut makna Tauhid Uluhiyah? Bagamana cara mereka membangun
narasi bahwa mereka yang paling pantas berkuasa dan dipatuhi secara mutlak
selain Allah Ta’ala?
Jika berkaca pada politik
Fir’aun maka mereka akan meningkatkan kepercayaan dan sandaran yang lebih pada kehidupan
materialistik daripada keimanan kepada Allah dan wahyu-Nya. Maknanya mereka
menampilkan kekuasaannya dengan meningkatkan kemajuan infrastruktur,
kecanggihan teknologi, budaya dan lain sebagainya sehingga memaksa manusia
percaya dengan ideologi mereka karena terbukti bisa menampilkan kemajuan dunia.
Sementara agama, syariat
dan Tuhan tidak perlu dibawa dalam urusan kekuasaan karena dianggap tidak
membawa pada kemajuan.
Hal ini persis dengan apa
yang Allah gambarkan dalam firman-Nya :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ
لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل
لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأَظُنُّهُ مِنَ
الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Firaun: “Hai
pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah
hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi
supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar
yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. [Al-Qashash : 38]
وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ
أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا
تُبْصِرُونَ
“Dan Firaun berseru
kepada kaumnya (seraya) berkata: «Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini
kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah
kamu tidak melihat (nya)?” [Az-Zukhruf : 51]
Bagi penguasa tiran,
agama dianggap candu; syariat dianggap tidak relevan dengan tantangan zaman.
Kalaupun agama boleh diterima maka cukup sebatas urusan rohani atau religi
seperti shalat, zakat, puasa, haji dan semisalnya.
Bagi mereka Allah Ta’ala
hanya boleh dijadikan sebagai Tuhan di langit tapi tidak untuk di bumi. Artinya
Allah hanya menjadi Tuhan dalam urusan shalat, zakat, puasa dan haji sementara
dalam urusan dunia; bagaimana berpolitik, berekonomi, bertransaksi,
berpendidikan, bersosial, berperang, dan sebagainya. Tidak perlu membawa nama
Allah sebagai Ilah atau tidak boleh membawa syariat. Padahal Allah
Ta’ala telah berfirman :
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ
إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ
“Dialah Dzat yang menjadi
ilah di langit dan menjadi ilah dibumi. Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
(QS Az-Zukhruf : 81)
Tentu penguasa tiran
dalam membangun kekuasaan politiknya tidak sendirian, ada unsur dan pilar lain
yang ikut bahu-membahu dalam mengukuhkan kekuasaan tiran, mereka berdiri dalam
satu barisan untuk menentang syariat Allah. Sama-sama berkolaborasi dalam
membangun narasi untuk melawan Al-Haq, bekerja sama dalam menindas dan melindas
para pemimpin, pejuang dan pengikut panji kebenaran.
Ada sosok Fir’aun yang
memerankan pemegang kendali kekuasaan. Ada Haman yang memerankan pelaksana
politik Fir’aun. Ada Qarun yang memerankan pemilik kekuatan modal yang takut
dan benci dengan syariat yang mengancam ekonomi berhaluan hawa nafsu sehingga
rela mengerahkan modalnya untuk menopang penguasa tiran agar menghabisi pembawa
syariat. Ada junud atau tentara yang memerankan kekuatan meliter atau aparat
yang dijadikan sebagai alat untuk melindas dan mengintimidasi panji Al-Haq.
Maka tak
tanggung-tanggung, Nabi Musa n diperintahkan oleh Allah untuk berdiri tegak
menyampaikan pesan wahyu bukan sekedar kepada Fir’aun akan tetapi kepada
komplotannya sekaligus, karena mereka sama-sama angkuh terhadap Allah ‘Azza
Wajalla dan memperbudak manusia dengan kesewenangannya.
Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ
بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (45) إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ
فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ
“Kemudian Kami utus Musa
dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti
yang nyata, (45) kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini
takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (46) [Al-Mukminun : 45-46]
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ
مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
“Dan Sesungguhnya telah
Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (23)
kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: ‘(Ia) adalah seorang ahli
sihir yang pendusta’.” (24) [Ghafir : 23-24]
Selain itu mereka juga
didukung oleh kekuatan cyber, media, cendekia dan ulama suu` yang memerankan
para penyihir dan dukun Fir’aun yang menebarkan syubhat, membuat kabut untuk
meredupkan kebenaran syariat dan pengusungnya.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Apa Makar Tiran
untuk Melawan Para Pengusung Syariat atau Pesan Wahyu?
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Tidak ada bedanya dengan
makar Fir’aun terhadap Musa, makar mala` terhadap Anbiya` dan makar Abu Jahal
terhadap Rasulullah SAW. Apa makar mereka?
Melakukan labelisasi
terhadap para pejuang syariat. Pewaris Firaun akan senantiasa membuat opini
bahwa pewaris Musa adalah adalah pembawa pesan yang tidak kredibel dengan
menyematkan label-label negatif.
كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ
رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah tidak
seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan
mereka mengatakan: ‘Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila’.”
[Ad-Dzariyat : 52]
Tidak hanya Nabi Musa
yang mendapat label negatif, Nabi Muhammad SAW pun menerima perlakuan yang
serupa. Nabi Muhammad g, dituduh gila, penyihir dan tukang sya’ir.
Tuduhan-tuduhan kosong dan tidak terbukti, namun walau demikian, karena mereka
yang menguasai arus informasi saat itu, maka banyak pihak yang kemudian
termakan tuduhan tersebut.
Sepertinya, pola seperti
ini menjadi cara ampuh bagi penguasa tiran untuk mendiskreditkan lawannya.
Lihatlah Belanda, saat mereka kewalahan melawan para pejuang muslim Indonesia,
maka mereka melakukan labelisasi kepada lawannya (umat Islam) dengan tuduhan
negatif.
Pada tahun 1928, Mohammad
Hatta berpidato dengan bahasa Belanda yang berjudul Free Indonesia, mengkritik
pemerintah Belanda saat itu yang memaksa para pemuda Indonesia untuk menyebut
para pahlawan sendiri sebagai pemberontak, pengacau dan penjahat.
Mohammad Hatta berkata,
“Pemuda Indonesia juga dipaksamenjuluki pahlawan sendiri seperti Diponegoro,
Tuanku Imam (Bonjol), Teuku Umar dan banyak lainnya dengan sebutan pemberontak,
pengacau, penjahat dan sebagainya.”
Menariknya, diksi yang
digunakan oleh Belanda untuk melabelli para pahlawan tersebut di atas adalah
kata “Scroundrels”, satu kata yang hari ini sering dikenal istilah teroris.
Iya, Belanda saat itu melabeli para pejuang kemerdekaan dengan label teroris,
guna menjauhkan umat dari para pejuang tersebut.
Jauh sebelumnya, Fir’aun
juga menyematkan julukan yang sama kepada Musa. Hal ini tergambar dari firman
Allah :
وَقَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَى
وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الأرْضِ
“Berkatalah
pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): “Apakah kamu membiarkan
Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir)…..”. [Al-A’raf :
127]
Lihatlah, ketika rakyat
Mesir ingin terbebas dari belenggu tirani Fir’aun, maka Fir’aun beserta para
pembesar Mesir saat itu senantiasa menuduh mereka dengan tuduhan pembuat
kerusakan. Padahal Fir’aunlah yang secara jelas-jelas berbuat kerusakan di
Mesir.
Sama halnya dengan
Belanda, ketika ada penentangan dari rakyat negeri ini atas kesewenang-wenangan
yang mereka lakukan, maka seketika itu pula mereka labeli para penentang dengan
tuduhan TERORIS. Perusak teriak perusak dan teroris teriak teroris.
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Membangun narasi bahwa
ideologi mereka paling benar dan merekalah yang telah membangun negeri.
Inilah Fir’aun, saat
kerajaan tirannya belum mendapatkan ancaman dari Musa, dia senantiasa
menisbatkan Mesir kepada dirinya, Allah SWT berfirman :
وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَاقَوْمِ
أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا
تُبْصِرُونَ
“Dan Fir’aun menyeru
kaumnya. Fir’aun berkata, “Wahai kaumku, bukankah kerajaan mesir milikku? Dan
sungai-sungai ini mengalir di bawahku, tidakkah kalian berpikir?” (QS
Az-Zukhruf : 51)
Namun, saat Fir’aun mulai
terancam dengan dakwah Nabi Musa, maka dia mulai mengubah narasinya, dia mulai
menyentuh sense of belonging rakyat Mesir. Allah SWT berfirman :
قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ
يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ
الْمُثْلَى(63) فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ
الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى
Mereka berkata:
“Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir
kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu
yang utama. (63) Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian
datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada
hari ini. (64)” [Thaha : 63-64]
Perhatikan ayat di atas.
Fir’aun dan komplotanya sudah mulai terancam dengan dakwah Musa. Oleh karena
itu mereka mulai melibatkan rakyat Mesir dalam perlawanan terhadap Musa dan
kaumnya. Hal ini tidaklah dilakukan oleh Fir’aun kecuali dia sudah mulai
merasakan bahaya dari nabi Musa.
Hal ini mirip dengan
prilaku para tiran hari ini. Saat berkuasa mereka akan berlaku semena-mena
terhadap manusia, mereka menguras habis hasil kekayaan alam, menikmatinya
sendiri, membagikannya kepada para koleganya, menjual asset-aset negara demi
kepentingan pribadi dan golongannya.
Namun saat para pejuang
syariat mulai berdakwah dan menjelaskan kezaliman-kezaliman mereka, maka para
penguasa tiran dan komplotannya mulai melibatkan rakyatnya. Mulai menghasung
rakyatnya untuk melawan para pejuang keadilan. Sebuah prilaku yang culas,
curang dan zalim.
Tidak hanya itu, mereka
juga mengaku bahwa ideologi yang mereka bawa adalah ideology yang baik dan
tidak ada gantinya. Hal ini pernah dikatakan oleh Fir’aun, Allah SWT berfirman
:
قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى وَمَا
أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ
“….Firaun berkata: ‘Aku
tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada
menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar’.” [Ghafir : 29]
قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ
يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ
الْمُثْلَى
“Mereka berkata:
‘Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir
kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu
yang utama’.” [Thoha : 63]
Dari dua ayat di atas
tergambar bahwa Fir’aun dan komplotannya mengklaim bahwa ideology, konstitusi
dan tata kelola Mesir adalah yang terbaik. Hal ini mereka lakukan setelah
melihat bahwa ideologi yang dibawa Musa lebih baik dan menampakkan borok dari
ideologi Fir’aun selama ini.
Tak jauh beda dengan
pendahulunya, para penguasa tiran, juga selalu mengklaim bahwa merekalah yang
telah memakmurkan negeri, ideologi, konstitusi negeri sudah final, tidak perlu
diutak-atik lagi. Ideologi lain (baca : Islam) hanya akan memecah-belah
persatuan.
Sejatinya baik Fir’aun
maupun penguasa tiran mereka menyadari kelemahan ideology mereka, menyadari
ketidakadilan sistem mereka. Akan tetapi mereka takut kehilangan kursi dan
kekuasaan sehngga mereka-pun membohongihati kecil mereka.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Menuduh pembawa
panji kebenaran sebagai pemecah belah persatuan
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Sudah menjadi sunnatullah
bahwa setiap ada sebuah tata kelola dunia yang rusak maka Allah mengutus
rasul-Nya untuk meluruskan kerusakan tersebut.
Ketika kaumnya Nabi Nuh
terjerumus kepada kesyirikan terhadap orang sholeh, maka Allah utuslah nabi Nuh
n. Saat kaumnya nabi Luth n melakukan penyimpangan seksual, maka Allah
datangkan nabi Luth guna mengingatkan kekeliruan mereka.
Di saat kaumnya nabi
Ibrahim menyembah patung-patung dan berhala, maka Allah utus seorang pemuda
bernama Ibrahim untuk meluluhlantakkan berhala mereka. Ketika bangsa Madyan
mengingkari Allah dan berlaku curang dalam timbangan, Allah kirimkan Syu’aib
kepada mereka.
Dari sini jelaslah, bahwa
tidaklah para nabi di utus melainkan untuk meluruskan tata kelola masyarakat
yang rusak. Begitu pula yang terjadi ketika Allah mengutus Musa. Pada saat itu
kediktatoran dan tirani Fir’aun begitu mencengkram rakyat Mesir. Maka Allah
utuslah Nab Musa untuk mengeluarkan bangsa Mesir dari tirani Fir’aun.
Fir’aun kemudian, menuduh
nabi Musa memecah belah persatuan Mesir. Bahasa hari ininya, bahwa Musa adalah
seorang yang anti kebhinekaan. Hal ini tergambar dalam firman Allah :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ
رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ
الْفَسَادَ
“Dan berkata Firaun
(kepada pembesar-pembesarnya): ‘Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia
memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar
agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi’.” [Ghafir : 26]
Fir’aun menuduh Nabi Musa
sebagai orang yang akan mengganti agama bangsa Mesir, Musa telah memecah belah
rakyat Mesir. Hal ini juga dilakukan oleh para tiran. Mereka menuduh para
pewaris Musa sebagai pihak yang anti persatuan, merusak persatuan negara dan
tuduhan-tuduhan lainnya.
Sekilas tuduhan ini
benar, akan tetapi ini adalah sebenarnya konsekuensi dari dakwah haq. Tidaklah
dakwah haq itu didengugkan melainkan ada yang menolak dan ada yang menerima.
Sehingga terjadi polarisasi di tengah masyarakat. Ini adalah sebuah
sunnatullah.
Fir’aun sendiri melakukan
polarisasi seperti ini, yaitu dengan menindas sebagian rakyatnya dan membiarkan
rakyatnya yang pro terhadap dirinya.
Akan tetapi di dalam
agama kita, kita dianjurkan untuk bersatu di bawah tali Allah, bersatu di bawah
kebenaran dan segala macam bentuk persatuan yang keluar dari batasan Allah maka
itu adalah persatuan jahiliyah.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Kriminalisasi
Pewaris Musa
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Setelah perang narasi
anatara Fir’aun dan Musa berlangsung, adu gagasan, adu pemikiran, adu kekuatan,
maka Fir’aun menyadari bahwa sistem pemeritahannya, konstitusinya, tata kelola
negaranya, tidak mampu mengalahkan narasi Ilahi yang dibawa Nabi Musa. Seluruh
kampanye dan tipu muslihatnya tidak mampu menjinakkan pengikut Nabi Musa.
Oleh karenanya Fir’aun
mulai mencari cara lain agar menjadikan rakyat Mesir menjauhi dakwah Musa. Maka
dia mulai dengan memberikan ancaman:
قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ
مِنَ الْمَسْجُونِينَ
“Firaun berkata, “Sungguh
jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu
salah seorang yang dipenjarakan’.” [As-Syu’ara` : 29]
Ancaman di atas bermakna,
jika kalian tidak mentaati undang-undangku, jika kalian tidak mematuhi
peraturanku maka saya akan penjarakan kalin. Begitu kurang lebih pesan yang
ingin disampaikan Fir’aun kepada rakyat Mesir. Ancaman penjara dinilai Fir’aun
mampu membuat jera para pengikut Musa.
Ancaman serupa juga
pernah dilakukan oleh Kuffar Quraisy kepada Nabi Muhammad, yaitu dengan
mengembargo Nabi Muhammad beserta kabilahnya. Namun ancaman ini sama sekali
tidak membuat dakwah kepada kebenaran menjadi surut.
Maka benarlah apa yang
dikatakan Ibnu Taimiyah, “Apa yang dilakukan oleh musuhku terhadapku, jika
mereka memenjarakanku maka penjara bagiku waktu berkhalwat dengan Allah. Jika
mereka membunuhku maka pembunuhan adalah syahid bagiku. Jika mereka
mengusirkau, maka ini waktu bagiku berrekreasi.”
Seolah mengulangi
kesalahan para pendahulunya, para tiran juga mengancam dengan penjara. Sehingga
penjara para tiran ini diisi oleh orang-orang sholeh, para pembela panji Allah
dan pewaris perjuangan Nabi Musa.
Penjara sama sekali tidak
membuat mereka takut, karena mereka menyadari betul bahwa penjara adalah
jalannya para Nabi seperti Yusuf, jalan para salaf seperti Imam Ahmad, dan
jalan para ulama seperti Ibnu Taimiyah.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Sidang jama’ah shalat
Idul Fitri yang dirahmati Allah
Membuat undang-undang
represif yang membelenggu ulama dan mujahid, dari melarang, membubarkan,
mengintimidasi hingga membunuh. Semua kezaliman tersebut dianggap sah karena
konstitusional.
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا
اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا
كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ (25) وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ
مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ
يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ
“Maka tatkala Musa datang
kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: «Bunuhlah
anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup
wanita-wanita mereka». Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah
sia-sia (belaka). (25) Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya):
“Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena
sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan
di muka bumi”. (26)” [Ghafir : 25-26]
Inilah Fir’aun, dia
membuat kezalimannya terlihat legal dan konstitusional. Oleh karenanya dia
senantiasa meminta kepada para komplotannya untuk membuatkan baginya
undang-undang, guna memudahkan langkahnya dalam membendung pergerakan Musa.
Bahkan saat ingin
membunuh Musa sekalipun, Fir’aun ingin pembunuhan yang legal dan
konstitusional. Allah SWT berfirman :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى
Dan berkata Firaun
(kepada pembesar-pembesarnya): «Biarkanlah aku membunuh Musa….
Lihatlah bagaimana
Fir’aun meminta kepada para penasehatnya untuk membuatkan baginya undang-undang
yang dengannya dia lelasa membunuh Musa.
Hal yang sama juga
dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Saat mereka mendapati bahwa dakwah nabi
Muhammad semakin diterima, maka mereka bersiasat untuk membunuh nabi Muhammad.
Akhirnya mereka bersepakat untuk mengirim masing-masing utusan dari kabilah
untuk membunuh nabi. Cara ini mereka lakukan guna terhindar dari konstitusi
Arab saat itu.
Para tiran mengikuti pola
yang sama. Mereka mencanangkan undang-undang yang sedeikian rupa untuk menjerat
para pewaris Musa.
Mulai dari undang-undang
ini, undang-undang itu, dan berbagai daya upaya mereka kerahkan. Akan tetapi
mereka lupa, bahwa mereka sedang berhadapan dengan wali Allah.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ،
والله أكْبَرُ الله أكبر ولِلَّهِ الحَمْدُ
Bagaimana
Menyikapi Fitnah Fir’aun?
Tampilnya kekuasaan
Fir’aun yang mencekik umat Islam adalah sebuah kenyataan sunnatullah yang tidak
bisa dielakkan, tentu kenyataan tersebut berawal dari sebab kemunduran yang
dilakukan oleh umat Islam sendiri sehingga datang musibah kekuasaan tiran
Fir’aun yang menimpanya.
Memang musibah tersebut
terlihat buruk, namun di balik musibah yang sepertinya buruk belaka di mata
manusia, ada kebaikan besar di dalamnya. Di dalam ujian kedikdatoran ala
Fir’aun Allah ingin melihat–dan Dia Maha Mengetahui–mana di antara hambanya
yang beriman kepada-Nya, mana yang berjihad di jalan-Nya, mana yang bersabar
dan yakin terhadap janji-Nya daripada orang-orang yang ikut terombang-ambing
dalam arus dan gelombang fitnah Fir’aun. Allah Ta’ala berfirman :
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ
مِّثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاء وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ
الظَّالِمِينَ (140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَمْحَقَ
الْكَافِرِينَ (141) أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا
يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Jika kamu (pada perang
Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya
Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang lalim, (140) dan agar Allah membersihkan orang-orang yang
beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (141)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.
(142) [Ali Imran : 140-142]
Dan pada akhirnya,
manusia-manusia yang bertakwa melalui tarbiyah Romadhon, mampu menempuh dan
menapaki, langkah demi langkah, jejak demi jejak perjalanan Nabi Musa dalam
memerdekakan manusia dari penguasa tiran. Karena kemenangan akhir hanyalah
milik orang-orang bertakwa.
Wal ‘aqibatu lil
muttaqin.
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ
الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ
وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ
بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي
لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ
.
اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ
عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شَرٍّ
.
الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً
وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَبَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَالْجَنَّةَ.
اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ
تَائِبِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ
مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ
وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ
بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي
الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ
.
اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى
اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ
الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ وَ السَّلَفِ
الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ
لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر
لنا ربنا إنك أنت العزيز الحكيم
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين
رَبَّنا أَوْزِعْناَ أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَدْخِلْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهمّ انْصُر الإسْلَامَ والمُسْلِمِين، وَارْفَعْ
عَناَّ الظُّلْمَ وَالطُّغْيَان، اللهمّ ارْحَمْ مَوْتَانا وتَقَبَّلْ
شُهَدَائَنا، اللهمّ اشْفِ مَرْضَانا وَارْبِطْ بَيْنَ قُلُوبِنَا
اللهمّ ارْحَمْنا بِرَحْمَتِكَ يَا مَنْ وَسِعَتْ
رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اللهمّ عَلَيكَ بِالطُّغَاةِ الظَلَمَة، اللهمّ زَلْزِلْ
عُرُوْشَهُم مَنْ تَحْتَ أَقْدَامِهِم، اللهمّ خُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ
مُقْتَدِر، اللهمّ انْتَقِمْ مِنْهُمْ وَأَرِنَا فِيْهِم يوماً عَجَائبَ قُدْرتِك
، اللهمّ هذا دعاؤُنَا فَلاَ تَرُدَّنَا
خَائِبِينَ
والحمد لله رب العالمين

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment