SANTRI LIBURAN KOQ MALAS IBADAH?


𝙀𝙆𝙎𝙋𝙀𝙆𝙏𝘼𝙎𝙄 𝙒𝘼𝙇𝙄𝙎𝘼𝙉𝙏𝙍𝙄 𝙎𝘼𝘼𝙏 𝙇𝙄𝘽𝙐𝙍𝘼𝙉

Banyak Walisantri memiliki harapan tinggi terhadap anak-anaknya ketika pulang liburan dari Pesantren, seperti:

  1. Bangun tepat waktu dan mengajak keluarga lain untuk semangat ibadah.
  2. Melaksanakan Shalat lima waktu dengan semangat berjamaah di masjid, bahkan sebelum adzan berkumandang.
  3. Berpakaian rapi (libasut takwa) saat pergi ibadah ke masjid.
  4. Konsisten dalam membaca Al Qur’an, rajin tilawah, dan murojaah hafalan.
  5. Bertutur sopan dan berakhlak mulia.
  6. Bersemangat membantu pekerjaan rumah tangga, termasuk pekerjaan ayah di tempat kerja.
  7. Berdakwah dengan bangga di tengah masyarakat, memberikan warna dan pencerahan di kampung halaman.

Namun kenyataannya, tidak sedikit (tidak semua) wali santri yang mendapati sebaliknya, beberapa di antaranya terkejut dan bertanya-tanya:

“Anak saya kok berperilaku begini ya? Ini tidak sesuai harapan saya. Astaghfirullah. Bagaimana ini?”

Sebagian santri (sekali lagi, sebagian) malah menunjukkan perilaku yang berbeda:

  1. Ada yang sulit dibangunkan.
  2. Ada yang menunda shalat lima waktu atau berjamaah.
  3. Ada yang pergi ke masjid dengan pakaian sembarangan, asalkan menutup aurat.
  4. Ada yang sulit lepas dari HP dan lebih suka hiburan.
  5. Ada yang kurang peduli dengan kesibukan orang tua dan lebih suka rebahan. Bahkan, beberapa habiskan waktunya dengan teman-teman.
  6. Ada yang malu atau takut bertemu orang lain di luar.
  7. Beberapa bahkan belum terbiasa bertutur dengan sopan, baik kepada orang tua maupun teman sebaya.
    (Hasil inventarisasi dari Pa Dedi Gunawan )

Analisa Pola Asuh dan Pembiasaan di Pesantren.

Jika Santri pulang hasilnya ada yg kurang sesuai harapan orang tua. Ada beberapa faktor:

  1. Kesalahan Penerapan Pembiasaan di Pesantren
  2. Faktor Orang Tua di rumah yang bingung harus berbuat apa, mungkin karena jarang ikut kajian parenting dan kurang komunikasi dengan guru di sekolah/pesantren anaknya. Sehingga tidak dapat mengatasi keadaan anaknya.
  3. Si anak belum mendapatkan hidayah, dan semoga Allah berikan hidayahNya pada ananda. Hal ini banyak faktornya (kami bahas dilain kesempatan Insya Allah).

Kami bahas faktor yang .𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖 Dimana Pesantren salah menerapkan Pola Pembiasaan…..
Kalo prosesnya pembiasaan itu pake teori
𝗗𝗶𝗽𝗮𝗸𝘀𝗮–> 𝗧𝗲𝗿𝗽𝗮𝗸𝘀𝗮 –> 𝗕𝗶𝘀𝗮–> 𝗧𝗲𝗿𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮
Ya begitu ga ada yg maksa untuk melakukan ga jalan semua jadinya. Karena ga ada kesadaran dan keyakinan disana. Seperti rutinitas saja tanpa ruh…..

Tapi dirubah
𝗣𝗮𝗵𝗮𝗺 –> 𝗬𝗮𝗸𝗶𝗻 –> 𝗦𝗮𝗱𝗮𝗿 –> 𝗠𝗮𝘂 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 –> 𝗕𝘂𝘁𝘂𝗵 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮

𝗣𝗮𝗵𝗮𝗺: ajarkan tentang kewajiban dan dampak jika tidak melakukan dengan pendekatan Basyiro Wanadziro
𝗬𝗮𝗸𝗶𝗻: upayakan setiap yang diajarkan santri itu meyakini, bukan sekedar ujian tulis, tapi ujian sikap misalnya adanya adzab kubur tunjukkan bukti buktinya.
𝗦𝗮𝗱𝗮𝗿: adalah proses bagaimana setiap santri disadarkan oleh ustadznya melalui pendekatan komunikasi intensif dan qudwah akhlaq mulia yang ditunjukkan Sang Ustadz
𝗠𝗮𝘂 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻: Santri dengan keyakinan dan kesadaran melakukan ajaran Islam, dengan pendampingan dan support hingga mereka nyaman melakukannya. Bukan terpaksa
𝗕𝘂𝘁𝘂𝗵 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮: sudah tertanam bahwa hal yang dilakukan itu bukan sekedar rutinitas, tapi kebutuhan seorang hamba pada Rabbnya.

Wallahu a’lam bishowab…..

Leave a comment