𝐀𝐊𝐈𝐁𝐀𝐓 𝐁𝐔𝐑𝐔𝐊 𝐏𝐄𝐑𝐁𝐔𝐀𝐓𝐀𝐍 𝐌𝐀𝐊𝐒𝐈𝐀𝐓


𝐀𝐊𝐈𝐁𝐀𝐓 𝐁𝐔𝐑𝐔𝐊 𝐏𝐄𝐑𝐁𝐔𝐀𝐓𝐀𝐍 𝐌𝐀𝐊𝐒𝐈𝐀𝐓

Maksiat yang dilakukan oleh mata dengan cara melihat hal-hal yang diharamkan oleh-Nya akan membuat seseorang hilang hafalannya. Dan juga, jika terlalu sering terjerumus kedalam maksiat tersebut, maka ilmu yang dipelajari akan sangat susah dihafal. Akibat buruk lainnya, seseorang akan memiliki sifat was-was dan sering ragu-ragu ketika melakukan sesuatu.

Adapun maksiat yang dilakukan oleh tubuh dengan cara mengkonsumsi makanan haram dan syubhat akan membuat tubuh seseorang malas bergerak dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Intinya, panggilan beramal saleh itu menjadi terasa sangat berat. Di antara contohnya, ketika azan berkumandang seharusnya kita bersegera menuju masjid untuk salat berjamaah, tapi kita malah berleha-leha sejenak hingga iqamah berkumandang atau hingga imam sudah takbiratul ihram pertama. Ketika ada majelis ilmu kita mengabaikan dan merasa tidak ada kebutuhan untuk menghadirinya. Dan ketika diberi amanah dakwah, keseringannya menolak dengan seribu alasan yang dicari-cari, padahal alasan utamanya adalah malas.

Begitu pula maksiat yang dilakukan oleh lidah seperti menggibah, mencela, memfitnah, berdusta, berkhianat, adu domba, berkata jorok, mengatakan sumpah palsu, dan yang semisalnya akan mengakibatkan hati seseorang menjadi keras dan mati. Jika hati seseorang sudah keras dan mati, maka ia akan susah menerima kebenaran dari saudaranya sesama muslim.

Selain itu, maksiat yang dilakukan oleh telinga dengan cara sering mendengar hal-hal yang diharamkan-Nya, maksiat tangan dengan mencuri hak dan harta orang lain, onani, masturbasi, atau meraba-raba wanita yang bukan mahramnya, serta maksiat yang dilakukan oleh kaki dengan cara sering melangkah ke tempat-tempat maksiat, kesemuanya itu adalah hal-hal yang haram, tercela, lagi berbuah dosa. Yang tentunya akan mengakibatkan hati seseorang senantiasa gundah gulana dan tidak bahagia. Karena mau bagaimana lagi, hati lebih sering terasa kosong melompong dan hampa.

Dan yang lebih parah dari kesemua akibat buruk yang telah tersebut di atas ialah ketika perbuatan maksiat telah menjadi tabiat seseorang. Jika sudah demikian, maka kepekaan terhadap perbuatan maksiat akan benar-benar menjadi redup dan bahkan menghilang tanpa bekas. Sehingga, terang-terangan dalam bermaksiat pun adalah sesuatu yang biasa bagi orang tersebut, karena dia merasa sangat menikmatinya.

Bagi para pengemban dakwah di jalan-Nya, maksiat adalah sesuatu yang benar-benar harus dihindari sejauh-jauhnya. Sebab, berkawan akrab dengan maksiat adalah penghalang terbesar dari kemenangan atau kesuksesan sebuah dakwah di level apapun dakwah tersebut dilakukan.

Bahkan, bukan cuma dalam masalah kemenangan dakwah, pintu-pintu rezeki pun akan terkunci rapat-rapat tersebab maksiat-maksiat yang dilakukan oleh seseorang. Imam Ibnul Qayyim 𝑟𝑎ℎ̱𝑖𝑚𝑎ℎ𝑢𝑙𝑙𝑎̂ℎ (w. 751 H) dalam kitab 𝐴𝑙-𝐽𝑎𝑤𝑎̂𝑏𝑢𝑙 𝐾𝑎̂𝑓𝑖̂-nya pernah berkata,

كما أَنَّ تَقْوَى اللَّهِ مَجْلَبَةٌ لِلرِّزْقِ، فَتَرْكُ التَّقْوَى مَجْلَبَةٌ لِلْفَقْرِ، فَمَا اسْتُجْلِبَ رِزْقُ اللَّهِ بِمِثْلِ تَرْكِ الْمَعَاصِي.

“Sebagaimana takwa kepada Allah menjadi sebab datangnya rezeki, meninggalkan takwa akan mendatangkan kemiskinan. Jadi, tidak ada cara yang lebih baik untuk meraih rezeki dari Allah dibandingkan dengan meninggalkan kemaksiatan.”

Inilah di antara akibat buruk perbuatan maksiat yang terkadang kurang kita pahami dan sadari hingga kini. Atau kita memang sudah menyadarinya, tapi sangat susah untuk menghindarinya, karena maksiat telah menjadi tabiat diri kita. Hanya kepada Allah ‘𝐴𝑧𝑧𝑎 𝑤𝑎 𝐽𝑎𝑙𝑙𝑎 semata kita memohon pertolongan agar dijauhkan dari hal-hal yang membahayakan iman kita.

Demikianlah tulisan singkat ini. Saya tulis, tentu pertama-tama adalah sebagai nasihat bagi diri saya sendiri yang imannya masih sangat rapuh. Dan mudah-mudahan juga bisa mendatangkan manfaat bagi siapapun yang berkenan membacanya.

________________________

Leave a comment