Khutbah Idul Fitri: Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Menata Peradaban Dunia


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri: Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Menata Peradaban Dunia
Oleh: Ali Farkhan Tsani,
Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA), Pengasuh Ma’had Tahfidz Al-Quran wal
Hadits Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) Bekasi*
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ
وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ
وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ هَدَانَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِىَ لَوْلاَ اَنْ هَدَانَا الله ُ أَشْهَدُأَنْ لاَّ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ
.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلٰى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ
.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيـُّهَا الْحَاضِرُوْنَ
رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ
.

Hadirin kaum muslimin wal
muslimat yang berbahagia

Gema takbir terdengar di
seluruh penjuru dunia, sahut-menyahut membahana, mengiringi hamba-hamba Allah
yang baru saja usai berpuasa, menahan nafsu, lapar dan dahaga, untuk meraih
keridhaan-Nya.
Kini, menyambut dan
mengiringi hari suci, harinya umat Islam Hari Raya Idul Fitri, kembali kita
pada kesucian diri, setelah sempat tercemari kotoran dosa dan maksiat selama
ini, kembali fitrah di hadapan sang ilahi robbi.
Ini semua adalah wujud
rasa syukur, bergembira atas segala karunia yang bertabur, menghilangkan segala
sifat sombong lagi takabur, menepikan segala perilaku kufur, hingga mendapat
ampunan Sang Ghafuur.
Ikhwaani fil aqidah wal
imaan,
Hari Raya Idul fitri
adalah hari pengagungan, atas segala kebesaran dan kemahakuasaan Ar-Rahman,
sesuai dengan ayat di dalam Al-Quran:
….. وَلِتُكْمِلُوْا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : “…..Dan
hendaknya kalian mencukupkan bilangannya dan hendaknya kalian mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, niscaya kalian
bersyukur”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185).
Maka, makna Hari Raya
Idul Fitri, adalah bukan semata mengenakan pakaian baru, atau mudik ke kampung
halaman ibu. Namun lebih dari itu, hakikat ied adalah kembali pada semangat
aqidah dan motivasi baru, adanya rasa takut dan harap pada Allah Yang Maha
Tahu.
Seperti dikatakan ‘Umar
bin ‘Abdul ‘Azis:
لَيْسَ الْعَيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا
الْعَيْدُ لِمَنْ خَافَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ
Artinya : “Bukanlah Hari
Raya ‘Id itu bagi orang yang baru dalam berpakaian. Akan tetapi Hari Raya ‘Id
adalah bagi orang yang  takut dengan hari
pembalasan”.
Selain itu, pada Hari
Raya ‘Idul Fithri yang penuh keagungan, terbukalah pintu saling memaafkan,
leburlah segala dendam berkepanjangan, serta berganti mengikat persaudaraan dan
persahabatan.
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ
ٱلۡجَـٰهِلِينَ
Artinya : ”Jadilah engkau
pemaaf dan serulah (manusia) mengerjakan yang makruf (baik) dan berpalinglah
dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf [7] : 199).
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
Mukminin Mukminat yang
sama-sama mengharap ridha Allah.
Ibadah puasa di bulan
Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, beserta dengan seluruh rangkaian
ibadah yang mengiringinya, seperti: shalat, tadarus Al-Quran, dzikir dan berdoa
meminta harapan, serta berzakat infaq dan shadaqah, dan segala amal kebaikan.
Tidak lain adalah untuk mendorong kita dalam suatu proses tarbiyyah yang
berkelanjutan dan berkesinambungan, untuk menghantarkan kita semua pada gelar
takwa sebagai puncak dari nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan ketakwaan yang
terus-menerus kita bangun dalam diri kita, dalam keluarga kita, di lingkungan
kita, dalam komunitas masyarakat dan bangsa kita, maka, insya-Allah akan
menumbuhkan kesejahteraan dan keberkahan hidup yang senantiasa didambakan
manusia dan alam semesta.
Allah menyebutkan di
dalam ayat-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS Al-A’raf [7]:
96)
Sebaliknya, manakala
segolongan manusia jauh dari takwa kepada Tuhan semesta alam, jauh dari syariat
Islam. Bahkan sebaliknya, malah bergelimang dengan dosa dan kemaksiatan, hidup
menggunakan system yang tidak sesuai dengan Al-Quran, berusaha ingin mencari
kebebasan. Namun yang didapat justru semakin sempitnya penghidupan dan semakin gelap
gulitanya dari bimbingan. Ingatlah bagaimana Allah memberikan kita teguran:
ومنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً
ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
Artinya: “Dan barangsiapa
yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
(QS Thaha [20]: 123-124).
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ, لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
Saudara-Saudaraku Seiman
Sekeyakinan
Kegembiraan dan
kebahagiaan kaum Muslimin pada hari penuh makanan ini, ternyata belum
sepenuhnya dinikmati saudara-saudara kita di negeri seberang. Masih banyak di
antara mereka kaum Muslimat yang bersusah payah menjaga diri dan kehormatan
dari berhijab. Juga nasib jutaan Muslimin lainnya yang mengungsi meninggalkan
tanah kelahiran, berpisah dengan ayah ibu dan anak-anak yang didambakan. Juga
masih terjajahnya ikhwan akhwat kita di bumi penuh berkah, Al-Aqsha, Palestina
di kawasan Syam. Sementara nasib Muslimin di negeri-negeri Muslim kebanyakan,
dilanda perang saudara, dengan darah tertumpahkan.
Betapa desain global
Yahudi Zionis Internasional memecah-belah dunia Islam, meruntuhkan sendi-sendi
kekuatan, mengadu domba, dan berusaha menghancurkan sistem pemersatu umat
Islam.
Lihatlah apa yang
diproyeksikan dalam desain Israel Raya. 
Zionis berusaha memecah-belah negeri-negeri Muslim menjadi
berkeping-keping bagai piring pecah berantakan, centang perenang bagai buih di
lautan, dan menjadi keroyokan bagai santapan makanan di meja hidangan.
Perang dan gejolak yang
dibuat di Irak, Libya, Suriah, dan Yaman. Negara-negara Arab yang memblokade
tetangganya. Lainnya, penindasan terus berlangsung di beberapa tempat seperti
di Rohingnya, di Palestina, dan tuduhan terorisme dan radikalisme yang
ditujukan pada Islam masih terjadi.
Sementara, sebagian
Muslimin lainnya telah terlena dengan kekayaannya, dunianya, dan kekuasaannya.
Hingga melupakan jihad menegakkan kalimatullah hiyal ‘ilya, guna membela sesama
Muslimin yang teraniaya.
Inilah yang pernah
dikhawatirkan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bahwa “Hampir tiba
saatnya bangsa-bangsa di dunia bersatu memperebutkan atas kamu sekalian
sebagaimana bersatunya orang-orang yang berebut makanan yang ada dalam nampan”.
Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kita pada sa’at itu
Ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bahkan jumlah kalian sa’at itu sangat banyak,
tetapi kalian bagaikan buih yang mengalir di atas lautan. Dan sungguh Allah
akan mencabut dari dada musuh–musuh kalian rasa takut terhadap kalian. Serta
dia akan memunculkan penyakit al-wahn dalam hati kalian.”
وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ
الْمَوْتِ
“Apakah Al-Wahn itu?”
Beliau bersabda, “Cinta berlebihan akan dunia dan takut akan mati”. (HR Abu
Dawud).
Dalam konteks hadits lain
disebutkan terlalu cinta dunia dan enggan berperang atau berjuang di jalan
Allah.
Sementara itu, nasib
dunia ini kini dikuasai dan diatur oleh ideologi dan orang-orang jauh dari
Al-Quran, jauh dari kebenaran, jauh dari keadilan dan jauh dari kejujuran.
Mereka berusaha mengatur bangsa, negeri atau dunia hanya dengan ro’yu dan
nafsu, bukan dengan wahyu.
Maka, apakah yang
dihasilkan??? Ya tidak lain adalah kerusakan demi kerusakan di mana-mana.
Kerusakan moral atau akhlak menjadi liberal, kerusakan ekonomi kapitalisme yang
penuh dengan ribawi, kerusakan pendidikan yang berorientasi duniawi semata,
kerusakan media yang berisi kebanyakan acara-acara yang cenderung membuka
aurat, hiburan yang melalaikan, hingga berbagai tindak kriminalitas, narkoba,
pergaulan bebas, dan kerusakan alam akibat penggunaan zat-zat berbahaya.
Ini merupakan bukti
nyata, bahwa sistem dan aturan yang diciptakan manusia, apalagi yang jauh dari
agama, tidaklah akan dapat membuat kesejahteraan dan kedamaian nyata. Apalagi
mampu menciptakan peradaban manusia yang sesungguhnya.
Maka, Jamaah Ied yang Dikasihi
Allah Ta’ala
Di sinilah diperlukannya
solusi terbaik untuk menata peradaban manusia, bangsa dan dunia pada umumnya,
serta konsolidasi kaum Muslimin pada khususnya.
Beberapa langkah
solusi tersebut di antaranya adalah:
Pertama, menjadikan syariat Islam yang penuh rahmat sebagai landasan,
visi dan misi utama dalam segala bentuk kehidupan.
Allah mengatakan di dalam
ayat:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Artinya: “Dan Tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS
Al-Anbiyaa’ [21]: 107).
Pada ayat lain
disebutkan:
شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى
الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِيإِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ
وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Artinya: “Dia (Allah)
telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan
janganlah kamu berpecah-belah 
tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan
kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (Q.S.
Asy-Syura/42 : 13).
Kedua, Berpegang teguh pada pedoman Al-Quran dan As-Sunnah.
Sesungguhnya, kitabullah
Al-Quran adalah sumber dan acuan pedoman hidup, serta pondasi semua kebaikan
dan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Sesuai firman-Nya:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا
كَبِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya
Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra [17]: 9).
Maka, dalam hal ini perlu
terus dikembangkan lembaga-lembaga pendidikan, ma’had, kegiatan masjid,
kerohanian Islam di sekolah-sekolah, lembaga dakwah kampus,
perumahan-perumahan, untuk menyelenggarakan program Al-Quran (Daurah Al-Quran).
Mulai dari Tahsin, Tahfidz, Tadarus hingga Tadabbur Al-Quran.
Hingga dari
lembaga-lembaga inilah akan terlahir para pemimpin masa depan, ulama, ilmuwan,
saintis, pejabat, ekonom, bisnisman, insinyur, yang hafidz Al-Quran. Hafiz
dalam makna seluas-luasnya yaitu mampu menjaga dan mengamalkan nilai-nilai
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga hidup berkah
dengan Al-Quran, terpancar cahaya keimanan dengan Al-Quran. Dan dengan Al-Quran
inilah tertata peradaban dunia yang berkah.
Kaum Muslimin wal
Muslimat rahimakumullah
Upaya ketiga menata peradaban dunia adalah dengan mempersatukan visi,
misi, tujuan dan derap
langkah kaum Muslimin seluruh
dunia dalam satu atap Jama’ah Muslimin. Wadah bersatunya kaum
Muslimin yang
bersifat rahmatan lil ‘alamin, di bawah naungan Al-Quran dan As-Sunnah.
Ini pulalah yang menjadi jawaban
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam atas problematika dari segala keburukan
yang ada, di tengah keburukan yang menyelimuti kebaikan, di tengah hiruk pikuk
ajakan-ajakan jahiliyah, di tengah suasana saling berlawanan. Rasulullah
memerintahkan kaum Muslimin dalam sabdanya:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
Artinya: “Tetaplah engkau
pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka!” (HR Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah
bin Yaman).
Menegakkan masyarakat
Al-Jama’ah, inilah risalah para Nabi dan Rasul utusan Allah kepada manusia.
Tentang syariat
Al-Jama’ah, kehidupan berjama’ah, ini adalah kewajiban yang tidak boleh
dikesampingkan sama sekali, dalam keadaan apapun dan bagaimanapun juga. Umat
Islam tidak boleh meremehkan syari’at Jama’ah Muslimin. Walaupun mungkin pada
suatu saat dan di suatu tempat ada kondisi yang kurang memungkinkan.
Tetap tetapi harus ada
orang-orang yang menyuarakan untuk mengingatkan orang-orang yang lupa dan
tidur. Meski mungkin banyak juga orang yang menolaknya. Namun harus ada orang
yang memberi peringatan.
Kaum Muslimin jaman
dahulu selalu hidup dalam Jama’ah Muslimin yang kuat. Baik ketika hidup
tertindas di Makkah maupun ketika sudah memiliki tempat di Madinah, bersama
Nabi. Saat terjadi gangguan dan penindasan dari bermacam aspek hingga
pengusiran karena mempertahankan kalimah syahadah. Padahal waktu itu
berpencar-pencar tempat tinggal para sahabat. Yang masing-masing mendapatkan
siksaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Tapi walaupun berpencaran dari
sisi tempat, jiwa mereka saling bertemu dan merapat, berjama’ah dengan kuat di
bawah satu imaamnya, satu pimpinannya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Demikian pula saat tipu
daya tiga musuh Islam di Madinah, yaitu muslihat yahudi, pengkhianatan kaum
nashara dan keraguan munafiqin. Sementara saat di Mekkah hanya satu musuh saja,
yaitu kafirin. Namun justru dengan semakin banyaknya musuh yang bersekutu, umat
Islam kala itu tidak menjadi lemah apalagi putus asa terhadap rahmat dan
pertolongan Allah. Justru Muslimin pada saat itu harus semakin kuat
dibandingkan saat seperti di Makkah.
Kekuatan aqidah iman
kepada Allah inilah yang kelak dapat melemahkan musuh-musuh Islam. Didukung
dengan wujud akhlaqul karimah dan ilmu pengetahuan. Bukan dengan perilaku teror
mencekam. Sebab Islam tidak mengenal ajaran terorisme, seperti yang dituduhkan
Barat pada umumnya.
Justru orang-orang
kafirlah yang melakukan aksi teror, mengancam jiwa kaum Muslimin dn takyat
tertindas, sama seperti kala di Mekkah. Seperti yang terjadi di Palestina,
Rohingnya, dan sebagainya.
Kekuatan aqidah dengan
semakin teguh memegang tali Allah seraya berjama’ah, sebagai bentuk realisasi
satu-kesatuan yang kuat. Dengan kesatuan itulah, tegaklah khilafah ‘alaa
minhaajin nubuwwah, khilafah yang mengikuti jejak kenabian, khilafah yang penuh
rahmat dan kasih sayang, yang menanungi ummat Islam dan nonmuslim serta manusia
manapun dari berbagai gangguan yang mengancam hak hidup dan ibadahnya.
Karena itulah, maka
kewajiban mengamalkan syari’at Jama’ah Muslimin, kewajiban mengamalkan syari’at
membai’at seorang Imaamul Muslimin atau Khalifah bag kaum Muslimin,  bukanlah masalah sampingan. Tapi itu masalah
penting lagi mutlak. Bukan pemikiran filsafat atau khayalan. Tapi Jama’ah
Muslimin adalah risalah samawiyah yang nyata, pesan dari langit, yang pernah
diwujudkan oleh para sahabat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dan mereka berhasil menjayakan Islam dan Muslimin serta menaungi nonmuslim
lainnya. Jadi satunya Jama’ah Muslimin ini adalah suatu kedudukan yang sangat
besar lagi tinggi.
Sebaliknya, jika syari’at
Jama’ah Muslimin tidak diamalkan, maka akan lepaslah ikatan Islam satu per
satu, lemahlah kekuatan umat Islam serta hilang kehormatan umat Islam, berpecah
belah dan akhirnya terombang-ambing bagai buih lautan. Seperti kondisi sebagian
besar yang menimpa umat Islam saat ini.
Inilah ajakan kepada
kesatuan umat, dan ini adalah sunnah para Nabi dan Rasul utusan Allah yang
diturunkan Allah ke permukaan bumi ini. Tidak ada satupun para Nabi dan Rasul
kecuali mengajak pada Jama’ah Muslimin di samping ajakan kepada aqidah
tauhidullah.
Demikian dilanjutkan oleh
Khulafaur Rasyidin al-Mahdiyyin sebagai Khilafah ‘alaa minhaajin nubuwwah.
Kesatuan ummat Islam yang terpimpin ini terus berlanjut walau telah bergeser ke
sistem Mulkan, pada Dinasti Umayyah hingga Abbasiyah. Dan terakhir runtuhnya
Turki Utsmaniyyah. Hingga akhirnya umat Islam di negeri-negeri Muslim
terpecah-belah, ke dalam nation, atau negara-negara politik.
Juga terkotak-kotak ke
dalam berbagai golongan yang mengikuti hawa nafsu alias tafarruq. Perbedaan
pandangan boleh saja ada, dengan berbagai dasar dalilnya. Namun tidak dengan
hawa nafsu apalagi saling menyesatkan. Perbedaan pada tataran ijtihadiyah
adalah keniscayaan dan ini bukan tafarruq yang sesat. Jika perbedaan diwarnai
nafsu, merasa diri yang paling benar, maka itulah perilaku orang-orang yang
menyekutukan Allah.
Allah telah mengingatkan
kita:
مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ
وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ (٣١) مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ
وَڪَانُواْ شِيَعً۬ا‌ۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَيۡہِمۡ فَرِحُونَ (٣٢)
Artinya: ”Dengan kembali
bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka”. (QS Ar-Ruum [30]: 31-32).
Pada hadits lain
disebutkan:
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ
الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ
Artinya: “Wajib atas
kalian dengan al-jama’ah dan larangan atas firqah… Barangsiapa ingin menetap di
syurga, maka tetapilah al-jama’ah”.
Hadirin yang berbahagia
Selanjutnya ada
peringatan keras dari Allah bagi kaum Muslimin jika tidak bersatu dalam satu
Jama’ah Muslimin. Sebab, orang-orang kafir justru sedang kuat-menguatkan hendak
menghancurkan Islam dan Muslimin.
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ۚ
إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٌ۬ ڪَبِيرٌ۬
Artinya: “Adapun
orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.
Jika kalian (kaum Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan
Allah itu (bersatu), niscaya akan terjadi fitnah(kekacauan) di muka bumi dan
kerusakan yang besar” (QS Al-Anfal [8]: 73).
Oleh karena itu,
janganlah kita bersekutu dan bergabung dengan musuh-musuh Allah itu, karena
mereka jelas hendak menghancurkan Muslimin. Bagaimana musuh-musuh Allah itu
berusaha merusak citra rahmat Islam.
Justru umat Islam agar
semakin konsisten melaksanakan pertintah Allah dan Rasul-Nya, kembali kepada
Al-Quran dan As-Sunnah serta semakin menjalin persatuan umat Islam. Dengan
tetap bersabar, menguatkan kesabaran dan tetap bersiap siaga dan bertakwa.
Kita juga sebagai
orang-orang beriman agar tidak menjadikan teman kepercayaan itu dari luar
kalangan orang beriman. Sebab di luar orang beriman itu hanya akan tidak
henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagi Mukminin.
Allah mengingatkan kita
di dalam firman-Nya:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ
بِطَانَةً۬ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالاً۬ وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ
قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِى صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُ‌ۚ
قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأَيَـٰتِ‌ۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ (١١٨) هَـٰٓأَنتُمۡ
أُوْلَآءِ تُحِبُّونَہُمۡ وَلَا يُحِبُّونَكُمۡ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱلۡكِتَـٰبِ
كُلِّهِۦ وَإِذَا لَقُوكُمۡ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ عَضُّواْ
عَلَيۡكُمُ ٱلۡأَنَامِلَ مِنَ ٱلۡغَيۡظِ‌ۚ قُلۡ مُوتُواْ بِغَيۡظِكُمۡ‌ۗ إِنَّ
ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (١١٩) إِن تَمۡسَسۡكُمۡ حَسَنَةٌ۬ تَسُؤۡهُمۡ
وَإِن تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٌ۬ يَفۡرَحُواْ بِهَا‌ۖ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ
لَا يَضُرُّڪُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔا‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٌ۬
(١٢٠)
Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang
di luar kalanganmu [karena] mereka tidak henti-hentinya [menimbulkan]
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih
besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat [Kami], jika kamu
memahaminya. (118) Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak
menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai
kamu, mereka berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka
menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah
[kepada mereka]: “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati. (119) Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka
bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa
yang mereka kerjakan”. (120). (QS Ali Imran [3]: 118-120).
Namun yang lebih penting
adalah justru mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Bahwa sebenarnya itu
dapat menjadi pertanda bangkitnya umat Islam. Sebab, agama-agama di luar Islam
atau ideologi manusia manapun memang ternyata tidak bisa memberikan solusi
terbaik problematika umat manusia. Semakin banyak cobaan hakikatnya adalah
semakin dekatnya pertolongan Allah.
Menghadapi kondisi kaum
muslimin seperti ini bagi orang yang berjiwa fitri tidak akan mengeluh apalagi
putus asa. Mereka akan bersikap seperti para sahabat di Madinah ketika
menghadapi pengepungan dahsyat seluruh Sekutu kafir Jazirah Arab saat itu dalam
perang Ahzab (Khandaq). Sikap mereka digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُوْنَ الْأَحْزَابَ قَالُوا
هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا
زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيْمًا
Artinya: “Dan tatkala
orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka
berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah
Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka
kecuali iman dan ketundukan.” (QS Al-Ahzab [33]: 22).
Pada ayat ini digambarkan
bahwa ketika para sahabat melihat beribu-ribu tentara kafir dari seluruh
penjuru jazirah Arab datang ke Madinah, hati mereka berkata, “Inilah tanda
bahwa kemenangan sudah dekat dan tidak akan sampai kemenangan itu kalau hal
seperti ini belum kita alami.”
Lantaran itu, mereka
tidak ragu-ragu dan berkata, “Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.” Artinya mereka
akan menang setelah mengalami kesukaran. Oleh karena itu, kondisi yang sangat
sulit itu justru menambah teguh keimanan dan ketundukan mereka kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah mengingatkan di
dalam ayat:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي
سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Artinya : “Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS
Ash-Shaffa [6]: 4).
Oleh karena itu, jama’ah
kaum muslimin yang berbahagia.
Menjadi kewajiban kita
orang-orang yang telah dicelup dengan nuansa ibadah dan jihad sepanjang
Ramadhan, dengan istiqamah mengamalkan dienullah, didasari iimaanan
wahtisaaban, serta berjihad menegakkan syariat Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian kita dakwahkan seluas-luasnya pada era informasi global
saat ini melalui media social yang ada.
Sebab, hanya melalui
jihad fi sabilillah dengan jiwa dan harta inilah, kita dapat mengangkat Islam
sebagai agama yang mulia dan tiada yang melebihinya, ya’lu walaa yula ‘alaihi.
Terlebih prioritas jihad yakni pembebasan Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat
Islam, negeri penuh berkah, tempat singgah Isra dan Mi’raj Rasulullah
shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pembebasan Al-Aqsha
bergantung kepada perjuangan dan usaha umat Muslim, Allah tidak akan mengubah
nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang akan mengubahnya. Oleh karena
itu, kita sebagai umat Islam harus terus berusaha untuk membebaskan Al-Aqsha.
الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Terakhir, khusus untuk
Kaum Muslimat kami nasihatkan,
Kami pesanan kalian,
pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepada suami, berbakti
kepada orang tua, mendidik dan membimbing anak-anak menjadi generasi Qurani
dalam ridha Allah, gemar bershadaqah, serta menjaga lisan dan anggota badan
dari berbuat buruk.
Akhirnya, marilah kita
akhiri dengan munajat doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ
وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ
.
أَللَّهُمَّ 
مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ 
اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ 
وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ 
مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ 
اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ
أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ
.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا
أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
.
اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ
الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ سُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً,
وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً
.
اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ
وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ
اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ
.
أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ  وَاِمَامَهُمْ 
بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ
حَيَاةً  كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً 
غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ
وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ
.
رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ
اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ,
تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم
.
(A/RS2/P1)
*insya-Allah disampaikan
pada Khutbah Idul Fitri 1 Syawwal 1439 H. di Lapangan Kompleks Duta Harapan
Indah Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Mi’raj News Agency (MINA)

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment