Finishing “FIR’AUN GOBLOK”




Finishing “FIR’AUN GOBLOK”

Finishing “FIR’AUN GOBLOK”

______

“Jika tuhan itu ada seharusnya dia bisa dibuktikan secara empiris (indrawi)”, itu adah isi otak Atheis, maka ketika mereka didakwahi bahwa “Tuhan itu ada” mereka menyanggah “Jika memang ada, di mana Tuhan itu? Tunjukkan padaku”.

Jadi, mereka memahami dakwah orang dengan perspektif kotor mereka sendiri. Mau dijelaskan seperti apapun tuntutan mereka tetap sama, yakni minta pembuktian secara empiris “Mana Tuhanmu, tunjukkan padaku..”.

Demikian juga dgn Fir’aun dan pengikutnya, dalam perspektif mereka, Tuhan itu ya seperti Fir’aun, punya istana, singgasana, punya kuasa memerintah (padahal hanya 1 kerajaan) meski kesehariannya dia makan dan berak.

Mana dalilnya?

Tindakan Fir’aun yg mengaku tuhan dan Pengikutnya yg bersedia menyembahnya adalah dalil bagaimana konsep ketuhanan mereka. Itu jelas.

Maka ketika Fir’aun dan pengikutnya didakwahi Nabi Musa AS yg menjelaskan “Tuhanku adalah penguasa langit dan bumi” maka yg ada dipikiran Fir’aun dan Pengikutnya adalah “jika memang Musa benar, seharusnya Tuhannya tinggal di langit beserta Istananya, karena di Bumi saat ini hanya ada Fir’aun semata”. Dan Fir’aun sendiri memang berusaha menafikan tuhan lain selain dirinya di hadapan pengikutnya.

Dalilnya mana? Ini ayatnya:

وقال فرعون يأيها الْمَلَأ مَا عَلِمْت لَكُمْ مِنْ إلَه غَيْرِي

Setelah menafikan tuhan selain dirinya, maka langkah Fir’aun berikutnya adalah pembuktian bahwa dia benar satu-satunya tuhan, namun tentu saja pembuktian itu berdasarkan perspektif ketuhanannya dan kaumnya (di bumi tidak ada maka seharusnya ada di langit), dan tujuan Fir’aun yg sebenarnya bukanlah pembuktian tetapi mendustakan Nabi Musa AS.

Ini ayatnya (disertai tafsir Jalalain) .

فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَان عَلَى الطِّين} فَاطْبُخْ لِي الْآجُرّ {فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا} قَصْرًا عَالِيًا {لَعَلِّي أَطَّلِع إلَى إلَه مُوسَى} أَنْظُر إلَيْهِ وَأَقِف عَلَيْهِ {وَإِنِّي لَأَظُنّهُ مِنْ الْكَاذِبِينَ} فِي ادعائهم إلَهًا آخَر وَأَنَّهُ رَسُوله {وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُوده فِي الْأَرْض} أَرْض مِصْر {بِغَيْرِ الْحَقّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إلَيْنَا لَا يَرْجِعُونَ} بِالْبِنَاءِ لِلْفَاعِلِ وَلِلْمَفْعُولِ

Lalu kenapa saat itu Nabi Musa tidak menjelaskan bahwa Tuhannya Tidak Bertempat? Kenapa Nabi Musa AS tidak menjelaskan bahwa naik kelangit bukanlah cara untuk melihat tuhan?

1. Heh Mas, sampean kira Fir’aun mengajak Nabi Musa musyawarah dalam perencanaan membangun Shorhun?

2. Hai Mas, andai Nabi Musa mengklarifikasipun, emang didengarkan oleh Fir’aun dan kaumnya?

Point ke 2 Ini sebagaimana Analogi Atheis di atas:

“Mau dijelaskan seperti apapun tuntutan mereka tetap sama, yakni minta pembuktian secara empiris “Mana tuhanmu, tunjukkan padaku..”.”

Apa yg dilakukan Fir’aun adalah Memelintir pernyataan lawan dengan gagal pahamnya, kemudian mementahkannya dihadapan pengikutnya dengan berdasarkan perspektif ketuhanan pengikutnya yang tolol yakni membangun Shorhun untuk melihat Tuhan.

Hal ini sudah sy jelaskan sebelumnya dengan mengutip penjelasan Syaikh Nawawi dalam kitab Marah Labid.

ومن مكر فرعون ودهائه أنه لما دل سيدنا موسى عليه السلام فرعون بقوله: رب السموات والأرض أو هم فرعون ببناء أغمار قومه أن موسى قال: إن إلهه في السماء وأمر فرعون وزيره ببناء الصرح

Adapun klaim para Mujassimah bahwa “Nabi Musa AS mengatakan Allah di Langit itu sebabnya Fir’aun membangun Shorhun” adalah dugaan-dugaan kotor tanpa dalil sama sekali.

Berikut ini keseluruhan Ayat dialog di mana Nabi Musa menjelaskan tentang Tuhannya:

(قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى (49) قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى (50

(قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (24

قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ

قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Ada yang masih ngeyel?? Jika masih ada maka Bodo amat dengan kalian, saya sudan menjelaskan panjang x lebar. Terserah kalo lebih percaya tuhan Di Langit BERDASARKAN TINDAKAN FIR’AUN.

Tdk pernah.

Dulu sdh sering mmpelajari istbatnya mujassimah dan ta’thilnya mu’tazilah. Jd baca judulnya sj sudah ketebak isinya, ayat2 mutasyabihat di tafsirkan secara leterlek kemudian pura2 mensucikan Allah (tak jauh dari itu rumusnya).

Mereka mengitsbatkan sifat makhluk kemudian berusaha berlepas tangan, seperti:

“Allah punya tangan, tp tangannya Allah tidak seperti makhluknya”

Pointnya sama2 butuh tangan.

Pernyataan ini adalah penghinaan (menyetarakan Allah dgn Makhluk yang lemah yang butuh tangan untuk melakukan sesuatu), padahal Allah telah berfirman:

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Pernyataan tersebut sama halnya pernyataan menghina seperti:

“Kamu itu jelek, tapi jeleknya kamu tidak seperti jeleknya Fulan”

Pointnya sama2 jelek.

______

Allah maha melihat (tapi tidak butuh mata seperti makhluknya)

Allah maha mendengar (tapi tak butuh telinga seperti makhluknya)

Allah maha Ada (tapi tak butuh tempat untuk berada seperti makhluknya)

Allah yang menciptakan tempat, artinya Allah telah ada sebelum tempat itu ada, sekarang bagaimana mungkin Dzat yg telah ada sebelum adanya tempat kemudian butuh bertempat? Coba dinalar dengan seksama.

Fir’aun membangun Shorhun (bangunan tinggi) itu bukan karena Nabi Musa berkata “Tuhanku di langit” melainkan itu adalah tipu daya Fir’aun untuk memanipulasi pengikutnya yang bodoh-bodoh.

Fir’aun memelintir pernyataan nabi Musa AS “Tuhan langit dan bumi” menjadi “Tuhannya dilangit” dari situlah dia membangun Shorhun untuk meyakinkan pengikutnya bahwa di langit tidak terbukti ada Tuhan sebagaimana kata Musa, (padahal Nabi Musa tidak berkata “Tuhanku dilangit”).

وَقالَ فِرْعَوْنُ، بعد ما جمع السحرة لمعارضة موسى فكان من أمرهم ما كان: يا أَيُّهَا الْمَلَأُ ما عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يا هامانُ عَلَى الطِّينِ أي بعد اتخاذه لبنا ولم يقل فرعون. اطبخ لي الآجر لأنه أول من عمل الآجر فهو يعلم صنعته لهامان. فَاجْعَلْ لِي منه صَرْحاً أي قصرا عاليا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلى إِلهِ مُوسى أي أنظر إليه وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ أي موسى عليه السلام مِنَ الْكاذِبِينَ (38) في ادعاء وجود إله غيري فليس في السماء من إله

واعلم أن عادة فرعون متى ظهرت حجة موسى يدفعها بشبهة يروجها على أغمار قومه، وهي قوله: لا دليل على وجود إله غيري، فلا أثبته بل أظن موسى كاذبا في دعواه، وذلك نفى إله غير نفسه. وقوله: ولا تكليف على الناس إلا أن يطيعوا ملكهم وينقادوا لأمره، فهذا هو ادعاؤه الإلهية لا ادعاؤه كونه خالقا للسماء والأرض،

ومن مكر فرعون ودهائه أنه لما دل سيدنا موسى عليه السلام فرعون بقوله: رب السموات والأرض أو هم فرعون ببناء أغمار قومه أن موسى قال: إن إلهه في السماء وأمر فرعون وزيره ببناء الصرح

– Marah Labid Karya Syaikh Nawawi-

Leave a comment