Adab Menasehati untuk Menjaga Muruah Pengajar


Adab Menasehati untuk Menjaga Muruah Pengajar

Dalam Islam, nasihat boleh diberikan dengan tujuan untuk memberi masukan yang baik. Setiap umat muslim juga akan senantiasa menasehati dan dinasehati.
Muru’ah (الْمُرُوْءَةُ) adalah etika jiwa yang dapat mengantarkan seseorang kepada akhlak yang baik dan kebiasaan yang terpuji.
Tetapi jangan lupa dalam menasehati ada adab yang harus dipatuhi. Apalagi menasehati ustadz/pengajar pondok, harus dijaga adabnya untuk menjaga kehormatan ustadz di mata para santrinya. Jangan sampai semangat kita menasehati malah membuat ustadz pondok diremehkan para santrinya, atau membuat asatidz lemah semangatnya dalam mengajar.

Muru’ah yang dibangun di atas dua rukun, yaitu inshaf (menerima kebenaran untuk diri sendiri) dan tafadhdhul (melakukan kebaikan buat orang lain) semata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala

Adab Menasehati dalam Islam

  1. Ikhlas karena Allah dalam menasehati
  2. Menasehati sesuai syariat
  3. Menasehati dengan lemah lembut terlebih dahulu walau salah jangan memojokkan
  4. Menasihati secara rahasia jangan didepan umum atau diolok-didepan santri

Sebaik-baik nasehat adalah yang dilakukan secara empat mata tanpa diketahui siapa pun, bahkan kalau perlu diberitahukan secara rahasia. Hendaknya memberi nasehat kepada orang lain tidak dihadapan pada orang banyak sehingga tujuan dari nasehat akan tercapai.

Menasehati seseorang di tengah keramaian juga akan membuat orang tersebut malu.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti” (Diwan Asy Syafi ‘i, hal. 56).

  1. Jangan memaksa agar nasehat diterima, gunakan diskusi bersama siapa tahu nasehat kita malah yang salah
  2. Mencari waktu yang tepat, tidak langsung saat itu. Gunakan waktu pas tenang, santai

Ibnu Mas’ud pernah bertutur: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)

  1. Agar lebih manjur kita bisa menyampaikan nasehat melalui kepala sekolah atau pimpinan pondok

Abu Razin

Leave a comment