Khutbah : Pernikahan dalam Bingkai Ibadah


Pernikahan dalam Bingkai Ibadah

Hadirin rahimakumullah…dan kedua mempelai yang berbahagia, perkenankanlah saya menyampaikan nasihat kepada Anda semua…
Bingkai Ibadah
Pertama-tama saya mengingatkan, bahwa tugas utama manusia di muka bumi ini adalah beribadah kepada Allah Ta’ala semata. Maka, seluruh gerak langkah hidup kita hendaknya tidak keluar dari bingkai tugas utama ini.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“..dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)
Termasuk di dalamnya adalah pernikahan atau kehidupan berumah tangga,
ia pun harus berada dalam bingkai peribadahan kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَزَوَّجَ أَحْرَرَ نِصْفَ دِيْنِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى النِّصْفِ اْلآخَرِ

“Barangsiapa kawin (beristeri), maka dia melindungi (menguasai)
separuh agamanya, karena itu hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam
memelihara separuhnya lagi.”
(HR. Hakim)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda,

مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ اْلإِيْمَانِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى النِّصْفِ اْلبَاقِى

“Barangsiapa kawin (beristeri), maka dia menyempurnakan separuh
iman, karena itu hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada separuh
sisanya.”
(HR. Thabrani)
Hadits ini menghubungkan urusan pernikahan dengan urusan kondisi
agama seseorang. Pernikahan memang akan membuat jiwa lebih seimbang,
batin  lebih tenang,  emosi lebih kokoh. Pernikahan akan membimbing
seseorang bertindak lebih dewasa dan matang. Rumah tangga yang
dijalankan dengan bimbingan syariat Islam akan membuat jiwa tenteram.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ

“..dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Ruum: 21)
Pernikahan adalah syi’ar kesempurnaan ajaran Islam
Pernikahan adalah syi’ar Islam. Dengan anjuran pernikahan ini Islam
ingin menegaskan kepada seluruh umat manusia, bahwa Islam sangat
 memperhatikan aspek lahir dan aspek batin manusia.
Syariat pernikahan, menegaskan syi’ar bahwa Islam mendorong umatnya
agar memenuhi kebutuhan ruh, akal, dan jasad secara seimbang. Dengan
kata lain, Islam menegaskan bahwa untuk beribadah dengan benar kepada
Allah Ta’ala, tidak perlu dengan cara-cara yang melawan tuntutan fitrah.

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِى مَرْيَمَ
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ أَبِى
حُمَيْدٍ الطَّوِيلُ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ – رضى الله عنه –
يَقُولُ جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ – صلى
الله عليه وسلم – يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه
وسلم – فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا فَقَالُوا وَأَيْنَ
نَحْنُ مِنَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ . قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا
فَإِنِّى أُصَلِّى اللَّيْلَ أَبَدًا . وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ
الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ . وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ
فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا . فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم
– فَقَالَ « أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ
إِنِّى لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ ، لَكِنِّى أَصُومُ
وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ
رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى » . تحفة 745 – 2/7 ، رواه البخاري

Sa’id bin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far
mengabarkan kepada kami, Humaid bin Abu Humaid At-Thawil bahwasanya ia
mendengar Anas bin Malik r.a. berkata: “Ada tiga orang yang
mendatangi rumah-rumah istri Nabi saw. menanyakan ibadah Nabi saw. Maka
tatkala diberitahu, mereka merasa seakan-akan tidak berarti (sangat
sedikit). Mereka berkata: ‘Di mana posisi kami dari Nabi saw., padahal
beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan
datang.’ Salah satu mereka berkata: ‘Saya akan qiyamul lail
selama-lamanya.’ Yang lain berkata: ‘Aku akan puasa selamanya.’ Dan yang
lain berkata: ‘Aku akan menghindari wanita, aku tidak akan pernah
menikah.’ Lalu datanglah Rasulullah saw. seraya bersabda: ‘Kaliankah
yang bicara ini dan itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan
yang paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka,
aku sholat, aku tidur, dan aku juga menikah. Barang siapa yang benci
terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.’”
(HR. Al-Bukhari)
Menumbuhkan Sikap Ta’awun
Pernikahan hendaknya kita jadikan sarana untuk ta’awun, saling tolong
menolong dalam ketakwaan dan saling tolong menolong dalam beribadah.
Bukankah Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
(Q.S. Al-Maidah: 2)
Maka dalam bangunan pernikahan ini saling tolong-menolonglah dalam
ketaatan. Saling nasihat-menasihatilah dalam kebenaran dan kesabaran.   

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Q.S. Thaha: 132)
Membangun Peradaban
Jadikanlah pernikahan sebagai sarana mewujudkan cita-cita
terbentuknya masyarakat islami yang menjalankan Islam secara kaafah.
Orientasikanlah pernikahan ini sebagai sarana memperkokoh barisan
hamba-hamba Allah yang shalih yang siap menjalankan amanah ibadah dan
khilafah di muka bumi,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“…dan orang orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.’”
(Q.S. Al-Furqan: 74)
Keinginan kita agar anak cucu dan keturunan kita menjadi pemimpin
bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah sekali-kali karena ingin
kedudukan yang tinggi atau kekuasaan, tetapi semata-mata karena
keinginan kita yang tulus ikhlas agar penduduk dunia ini dipenuhi oleh
orang-orang yang beriman dan bertakwa dan agar anak cucu kita dapat
melanjutkan perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran.
Barokallahu laka wa baroka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khoir…..

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment