Mengkaji Satu Kitab Berkali kali


Mengkaji Satu Buku Berkali kali

Ust Amru Hamdany

Perlu diketahui bahwa orang yg berbeda tingkat pemahamannya akan mendapatkan hasil yg sangat berbeda setelah membaca buku yg sama.

Demikian pula orang yg sama, meski membaca buku yg sama pula, namun ia membacanya pada masa yg berbeda, maka akan mendapatkan pemahaman yg berbeda pula, pasti akan menemukan sesuatu yg baru, sebab akalnya dulu dan kini tidaklah berada pada tingkatan yg sama.

Imam Nawawi dalam Muqoddimah Majmu’nya meriwayatkan bahwa Imam Muzani berkata,

“قرأت [الرسالة] خمسمائة مرة، ما من مرة إلا و استفدت منها فائدة جديدة”.

“Sy telah membaca kitab ar Risalah (karya agung Imam Syafii dalam ushul fiqih) 500 kali, dan tidaklah aku membacanya berulang kecuali aku mendapatkan faidah baru darinya”.

Dr Mahmud Abdur Rohman ketika menjelaskan ini mengatakan bahwa Imam Muzani mengkhatamkan kitab ar Risalah itu hingga 500 kali selama 40 tahun, jadi seakan setiap satu bulan dari umurnya ia mengkahatamkan satu kali kitab berkah tersebut.
Beliau benar benar menjadikan kitab itu wirid hariannya.
Dan luar biasanya lagi, setiap beliau membaca ulang kitab tersebut, beliau pasti menemukan hal yg baru, ilmu baru, gagasan baru, dan faidah baru..

Buku itu seakan memiliki banyak tirai, dibalik setiap tirai itu ada faidah dan ilmu yg tidak ada di tirai lain, sehingga bacaan pertama bagi suatu buku itu hanya baru membuka tirai pertama darinya, ketika ia mulai membaca ulang lagi, ia akan menemukan gagasan baru yg ia tidak temukan di bacaan pertama, dan itu karena ia membuka tirai baru pada buku tersebut, dan begitu seterusnya..

Baginilah kebiasaan para ulama dahulu dalam bermuamalah pada kitab, pantas ilmu mereka bak lautan yg tak bertepi.
Jangan kita tanya berapa buku yg mereka sudah lumat, pasti tak terkira, di sisi lain, kita juga akan dibuat takjub oleh mereka dalam kegigihan dan kesabarannya mengkhatamkan satu kitab berkali kali.

Mari sejenak kita mentakjubi para pendahulu kita yg alim allamah dalam hal ini, disana ada Imam As-Sakakini Asy-Syafi’i (w. 838 H) pernah membacakan kitab Al-Hawi sebanyak 30 kali, Imam Abdul Qadim bin Abdurrahman An-Nuzaili Al-Yamani pernah mengajarkan Al-‘Ubab dalam masalah fikih sebanyak 800 kali, dll.
Dahulu para ulama biasanya menyematkan nama suatu kitab kepada pelajarnya, disebabkan besarnya perhatian tholib itu pada kitab tersebut dan kuatnya ia mengulangi..
Diantara yg terkenal adalah penyematan nama al minhajiy bagi beberapa ulama yg benar benar sibuk mengkaji dan mengulangi kitab agung Imam Nawawi (منهاج الطالبين), seperti Imam Zarkasy Al-Minhajiy.

Imam Nawawi juga memiliki kisah dalam hal ini, suatu kali ia didebat oleh seseorang dalam masalah fiqih yg ada pada kitab al Wasith karangan Imam Ghozali, orang tersebut ngeyel, padahal saat itu ia dalam kondisi keliru, kemudian Imam Nawawi berkata,

“تنازعني في الوسيط و أنا قد طالعته أكثر من أربعمائة مرة”

“Engkau membantahku tentang apa yg ada di al Wasith sedangkan aku telah menelaahnya lebih dari 400 kali”..

Allah..Luar biasa.
Bagaimana mengkaji berulang membuat Imam Nawawi di atas angin, mutqin dan melahirkan malakah.

Dari sini para masyaikh kita kerap mengingatkan agar tidak cepat merasa puas ketika telah mengkhatamkan suatu kitab, ulangi lagi, murojaahkan lagi, kaji lagi, mutholaahkan lagi, diskusikan kembali dan seterusnya hingga benar benar mutqin dalam memahami kitab tersebut sebelum naik ke kitab yg lebih tinggi.

Syeikh Muhammad Abu Musa -semoga Allah selalu menjaga beliau- pernah ditanya tentang berapa kali ia mengkhatamkan kitab (دلائل الإعجاز), beliau kemudian menjawab sekaligus memberikan teladan,

“لا تسألني كم مرة قرأته، سلني كم نسخة بليت مني”

“Jangan tanya berapa kali aku membacanya, tapi tanyalah berapa nuskhoh yg sudah usang olehku”

Beginilah para ulama memahami hakikat pengulangan kitab itu, sehingga diantara mereka ada yg mengatakan bahwa satu kitab yg terbaca tiga kali itu lebih baik dari membaca 3 kitab sekali-sekali.

Jadi jangan cepat puas, jangan cepat merasa sudah menguasai dan memahami dengan sempurna isi kitab, coba kaji kembali, ulang, dan baca lagi, kita akan menemukan kebenaran metode ulama ulama kita, bahwa akan ada ilmu dan gagasan baru di kajian dan pembacaan yg kedua, ketiga dan keempat..

Shobahul khoir, semoga sukses selalu.

Leave a comment