Khutbah Idul Fitri : Mempersiapkan Generasi Pejuang Akhir Zaman


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri : Mempersiapkan Generasi Pejuang Akhir Zaman
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ
.
فَإِنَّ خَيْرَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللّهِ وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هُدَي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ
الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلةَ ٌوَكُلَّ ضَلاَلةٍ فِي النَّارِ
.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿
102﴾ ) آل عمران .

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿
1﴾ ) النساء .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿
70
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴿
71﴾ ) الأحزاب .
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ
وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Perjalanan Ramadhan mengajarkan kepada kita
bahwa sebuah ketakwaan, sebuah kemenangan, haruslah melewati berbagai
rintangan. Dalam konteks puasa, seluruh balasan dan pahala yang Allah janjikan,
haruslah dilalui dengan rasa lapar, haus dahaga, capek kurang tidur, dan
berbagai jenis pengorbanan lainnya.
Bercerita tentang ujian dan kesuksesan, cobaan
dan tamkin, ada baiknya kita merenungi kisah Nabi Yusuf –alaihis salam-. Ada
banyak rintangan dan cobaan yang beliau lalui, mulai dari godaan wanita, ujian
penjara, dilupakan rekan sepenjara dan serangkaian ujian-ujian lainnya, hingga
Allah angkat derajat beliau dengan menjadi pemegang perbendaharaan Mesir kala
itu.
Namun hal yang menarik adalah ketika Yusuf
dibeli oleh pejabat Mesir, Allah menyebutnya dengan sebutan Tamkin yang berarti
kemenangan, padahal itu adalah awal ujian bagi Yusuf. Allah SWT berfirman :
وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ
Artinya, “Dan demikianlah kami memberikan
tamkin kepada Yusuf di negeri (Mesir).” (QS Yusuf : 21)
Syaikh Abdul Azis Ath-Tharifi mengatakan bahwa
rangkaian ujian adalah tangga menuju kemenangan, jalan menuju tamkin. Senada
dengan ini, Imam Syafii ditanya, kondisi mana yang lebih baik, bersabar,
menerima ujian atau tamkin. Beliau berkata, “Tamkin adalah derjatnya para nabi,
tamkin itu tidak akan terwujud, kecuali setelah adanya serangkaian ujian, jika
mendapat ujian maka bersabar, jika bersabar maka Allah akan anugerahkan tamkin
(kemenangan).”
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Berbicara tentang ujian umat ini, ada baiknya
kita melihat kondisi kaum muslimin hari ini. Di Suriah, ratusan ribu kaum
muslimin menjadi korban pembantaian dan pengeboman, rumah rumah mereka luluh
lantak, mereka kehilangan sekolah, rumah sakitpun seadanya, kedinginan ketika
datang musim salju, kelaparan tak ada yang dimakan, sebuah kondisi yang membuat
kita merintih perih, mengaduh sakit karena mereka adalah saudara kita.
Sementara di tempat lain, disebuah daerah yang
bernama Palestina, Baitul Maqdis, pasca diumumkannya pemindahan ibu kota Israel
ke Al-Quds, serangan Israel terhadap pejuang Islam semakin meningkat, hujanan
roket mereka tembakkan ke pemukiman kaum muslimin. Mereka terus berteriak dan
berjuang tanpa tahu kapan berakhir.
Di Rohingnya, entah apa dosa mereka, rumah
mereka dibakar, keluarga mereka dibunuh, mereka diusir dari tanah kelahiran
mereka, tanah yang telah mereka diami berpuluh-puluh tahun.
Dan di dalam negeri, umat Islam seolah mnjadi
tamu di rumah sendiri, syiar-syiar mereka distigma negatif, mulai dari cadar
jenggot dan simbol-simbol Islam lainnya, 
ulama mereka dikriminalisasi, aktivis mereka dibui, suara-suara
kebenaran dibungkam, mendakwahkan politik Islam dianggap radikal, ketidakadilan
terhadap umat Islam dipertontonkan dengan begitu jelas dan nyata. Sebuah
kondisi yang seolah mirip dengan penggambaran nabi Muhammad SAW 14 abad lalu.
يوشك الأمم أن تداعى عليكم، كما تداعى الأكلة إلى
قصعتها. فقال قائل: ومِن قلَّةٍ نحن يومئذ؟ قال: بل أنتم يومئذٍ كثير، ولكنكم غثاء
كغثاء السَّيل
Artinya, “Umat-umat lain akan memperebutkan
kalian, sebagaimana para penyantap makanan berlomba mengejar santapannya. Ada
yang bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kami wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda, “Tidak, bahkan kalian banyak saat itu, tapi kalian seperti buih di
lautan.”

Dan lihatlah hari ini, musuh-musuh Islam
berlomba-lomba menyerang umat Islam. Negeri-negeri kaum muslimin ditindas
dengan semena-mena, syariat Islam diperangi, ulamanya dikrimanalisasi,
aktivisnya ditangkap, dan berbagai diskriminasi yang terjadi kepada umat Islam.
Dan yang menyedihkan, rangkaian perang
terhadap umat Islam juga dilakukan oleh mereka yang megaku beragama Islam,
namun mereka menjalankan program-program musuh Islam, mereka membuat
aturan-aturan yang  mengkriminalkan
ajaran Islam, mereka mengkampanyekan hal-hal buruk terhadap simbol-simbol
Islam, memberikan stigma-stigma negatif terhadap syariat Islam. Mereka lakukan
itu semua agar mendapatkan pujian, kenaikan pangkat dan gelontoran dana dari
musuh-musuh Islam.
Musuh-musuh Islam sadar bahwa umat Islam akan
cukup resistan jika mereka yang terlibat. Oleh karenanya mereka menggunakan
tangan-tangan kaum muslimin yang lemah hatinya, mudah diperalat dan bisa dijadikan
kacung mereka demi menjalankan proyek-proyek deislamisasi di negeri kaum
muslimin.
Kalau bangsa Yahudi dahulu hanya mau berperang
dari desa yang kuat dan benteng yang kokoh, maka musuh Islam hari ini juga
seperti itu. Dalam perang terhadap ajaran Islam, mereka tidak mau head-to head
menentang syariat Islam, akan tetapi mereka menggunakan istilah-istilah lain,
namun pada hakikatnya mereka memerangi Islam.
Dengan alasan HAM mereka melarang hukum Islam,
dengan alasan memecah belah mereka melarang syariat Islam, dengan alasan teror,
mereka mengamputasi jihad, dengan alasan radikal mereka memerangi ide politik
Islam, dengan alasan budaya, mereka memerangi cadar, dan begitu seterusnya.
Sehingga satu per satu simbol-simbol Islam menjadi asing bagi umat Islam itu
sendiri. Orang yang mendakwahkan Islam menjadi aneh, orang yang memperjuangkan
Islam mendapat celaan, cibiran dari umat Islam sendiri, orang yang melawan
musuh-musuh Islam dianggap radikal dan intoleran. Mereka yang menyuarakan
kebenaran ditangkap dengan berbagai dalih dan alasan, para pembawa panji-panji
kebenaran diusir dan para pengusung dakwah Islam dikriminilisasi. Sebuah
kondisi yang sempurna untuk mengingat sabda Nabi Muhammad SAW :

حَديثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فِتَنًا
كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا، وَيُمْسِي
كَافِرًا، يَبِيعُ قَوْمٌ دِينَهُمْ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيلٍ،
الْمُتَمَسِّكُ يَوْمَئِذٍ بِدِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ، أَوْ قَالَ:
عَلَى الشَّوْكِ
Artinya, “Dari hadits Abu Hurairoh
–radhiyallahu anhu- berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah bangsa Arab
karena keburukan telah mendekat. Akan datang fitnah seperti potongan malam yang
gelap gulita, di pagi harinya seseorang dalam kondisi beriman dan di sore
harinya dalam kondisi kafir, mereka menukar agamanya dengan dunia yang sedikit.
Pada saat itu orang yang berpegang teguh kepada agamanya bagaikan orang yang
memegang bara api atau duri.” (HR Ahmad)
Penggambaran sebuah kondisi fitnah yang
menimpa umat Islam di akhir zaman. Umat Islam akan ditimpa ujian demi ujian
yang menggerus agama mereka sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan. Kondisi
di mana seseorang tidak lagi memperdulikan agama, sehingga mereka rela
menggadaikan agamanya demi kepentingan dunia.
Sehingga Rasulullah SAW menggambarkan
orang-orang yang berpegang teguh kepada agamanya seperti orang yang menggenggam
bara api. Islam laksana bara api, jika kita pegang, maka kita akan terbakar,
perih dan merintih luar biasa, namun jika kita lepaskan, dikhawatirkan di
akhirat kelak kita bertemu dengan Allah dalam keadaan merugi.
Rasa sakit dan perih yang dirasa menggambarkan
ujian yang menimpa umat Islam di akhir zaman cukup besar.
Maka di zaman fitnah ini kita dihadapkan
kepada dua pilihan, menjadi seorang mukmin yang mempertahankan agamanya yang
dengannya kita mendapat ujian atau menjadi munafiq yang menjual agamanya dan
membantu musuh-musuh Islam dalam memerangi kaum muslimin.
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Mari sejenak kita mendengar seuntai nasehat
dari Rasulullah SAW ketika salah seorang sahabat beliau yang bernama Khobab bin
Art mengadukan nasib kaum muslimin kepada beliau. Ketika itu ujian kepada kaum
muslimin datang bertubi-tubi, mereka dipersekusi, mereka diperlakukan secara
tidak adil, membawa keimanan pada masa itu sama halnya dengan mempertaruhkan
nyawa. Pada saat seperti itu Khobab datang kepada Nabi Muhammad SAW dan meminta
kepada Rasulullah SAW untuk mendoakan kehancuran kepada orang-orang kafir.
Nabi Muhammad SAW menjawab dengan berkata,
“Orang-orang sebelum kalian pernah digalikan untuknya lubang, badan mereka
dikubur kemudian dibawakan gergaji dan digergajilah kepalanya sehingga terbelah
dua, ujian tersebut tidak mereka berpaling dari agamanya. Ada juga yang disisir
kepalanya dengan sisir besi, sehingga terlepas tulang dari dari daging dan
uratnya, tetapi ia tidak berpaling dari agamanya. Ada pula yang dipenggal
lehernya hingga kepalanya putus, namun ia tetap teguh dengan agamanya. Sungguh
Allah ‘Azza wa Jalla akan memenangkan perjuangan agama ini sehingga suatu saat
nanti, orang akan berkendaraan dari Shan’a hingga Hadramaut tanpa merasa takut
kecuali hanya kepada Allah, sampai serigala bisa berdampingan dengan kambing
(tanpa memangsanya). Namun sungguh kalian adalah orang yang suka tergesa-gesa.”
Sebuah hadits yang pantas kita renungkan
ditengah banyaknya ujian yang menimpa umat Islam dewasa ini. Rasul mengingatkan
kepada Khobab tentang kesabaran dan keteguhan dalam memegang prinsip. Kesabaran
yang menjadi sunnatullah para Nabi, keteguhan yang menjadi jalan para pembawa
panji kebenaran.
Kesabaran dan keberanian Nabi Ibrahim, yang
teguh dan tanpa kenal lelah mendakwahkan tauhid, mengajak kaumnya meninggalkan
segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. Meskipun pada akhirnya Nabi
Ibrahim harus dihukum dan dibakar hidup-hidup oleh penguasa kala itu. Hal
tersebut sama sekali tidak membuat Nabi Ibrahim loyo dan putus asa dalam
menyuarakan kebenaran. Beliau juga tidak merubah materi-materi dakwah beliau
agar lembut dan disukai penguasa, namun beliau tegas dan teguh dalam
menyampaikan pesan tauhid, pesan kebenaran.
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Kesabaran dan keteguhan ini pula yang mesti
kita pelajari dari Nabi Musa. Keteguhannya menentang kezaliman Firaun,
keteguhannya dalam menyuarakan kebenaran, keteguhan dan kesabaran yang
mengundang pertolongan dari Allah SWT. Mari kita bayangkan seberapa kuatnya
Nabi Musa melawan rasa takut. Bayangkan, Musa hanya berdua ditemani oleh Harun,
datang ke istana Firaun yang terkenal zalim, yang terkenal tak kenal belas
kasihan, tangannya berlumur darah bayi-bayi Bani Israil, dan memiliki bala
tentara yang maha dahsyat kala itu.
Namun Musa tetap melangkah menjalankan amanat
Rabb-nya, meski dia tahu resiko yang akan dihadapinya. Inilah keteguhan dan
kesabaran yang diajarkan Musa kepada kita.
Sebagaimana keteguhannya Ashabul Ukhdud yang
beriman kepada Allah dan menolak perintah raja untuk beriman kepadanya. Melihat
rakyat yang tidak mau tunduk padanya, melihat rakyat yang lebih memilih jalan
kebenaran yang dibawa oleh Ghulam, seketika itu pula sang raja murka, dia
memerintahkan kepada bala tentaranya untuk menggali parit-parit besar.
Setelah parit-parit digali, dia perintahkan
kepada pasukannya untuk membakar parit-parit tersebut. Dan seketika itu pula
rakyatnya dipaksa murtad, dipaksa meninggalkan agama Allah, namun mereka teguh
dan tetap sabar, meskipun ancamannya mereka akan dilemparkan ke dalam kobaran
api yang menyala-nyala. Mereka paham betul bahwa inilah harga keimanan yang
mereka pilih, inilah harga yang mesti mereka bayar, dibakar diapi dunia, agar
nanti diselamatkan dari api neraka.
Jalan iman ini adalah jalan yang menyebabkan
Nabi Nuh didustai kaumnya, Luth dianggap sok suci oleh kaum Sodom, Ibrahim
dibakar dengan api, Musa dikejar-kejar oleh Firaun, para Nabi Bani Israil
dibunuh oleh kaumnya, Nabi Isa dikejar-kejar oleh kaumnya.
Jalan ini pula yang menyebabkan Rasulullah SAW
dimusuhi bangsa Quraiys, beliau dilempar kotoran unta, beliau dan orang-orang
yang beriman bersamanya diembargo, beliau didustakan, beliau mengalami
percobaan pembunuhan, beliau diusir, beliau diperangi, semua itu adalah
konsekuensi dari jalan iman ini, konsekuesi dari jalan kebenaran.
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Ujian, kezaliman, intimidasi, cobaan,
gangguan, penjara, pengusiran bahkan pembunuhan adalah jalan yang harus dilalui
oleh orang-orang Sholih. Allah SWT berfirman :
آلم*أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ*وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الكَاذِبِينَ
Artinya, “Alif Laam Mim. Apakah manusia
mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata kami beriman, sedangkan mereka
tidak diuji? Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah
mengetahui mana orang-orang yang jujur (dengan keimannya) dan mana mereka yang
dusta (dengan keimanannya). (QS Al-Ankabut 1-3)
Dengan berbagai ujian yang datang silih
berganti, maka lahirlah sebuah generasi yang mampu dan sanggup memikul beban
perjuangan, karena sejatinya beban perjuangan ini cukuplah berat.
Kita bisa melihat potongan sejarah yang Allah
ceritakan di dalam surat Al-Baqoroh ayat 249. Yaitu ketika Allah memerintahkan
kepada Bani Israil untuk keluar berperang melawan Jalut dan diangkatlah Thalut
sebagai komandan mereka. Di tengah perjalanan, Allah SWT menguji pasukan Thalut
dengan sebuah perintah. Yaitu janganlah meminum air sungai kecuali setangkup
tangan, kebanyakan pasukan tidak lulus dari ujian ini.
Disebutkan di dalam Tafsir bahwa yang lulus
ujian ini hanyalah 300 orang, yang nantinya 300 orang inilah yang mengalahkan
pasukan Jalut dan Nabi Daud adalah salah satu dari mereka. Allah menutup cerita
ini dengan sebuah ungkapan yang cukup indah dan menyejukkan hati orang-orang
beriman, Allah SWT berfrman :
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً
بِإِذْنِ اللَّهِ
Artinya, “Berapa banyak kelompok yang kecil
mampu mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah.” (QS Al-Baqoroh : 249)
Membaca ayat ini mengingatkan kita pada perang
Badar, di mana 315 sahabat bertempur dengan 1000 pasukan Quraisy yang siap
perang. 315 sahabat yang ikut perang Badar adalah sahabat-sahabat yang telah
teruji keimanannya, telah teruji kesabarannya, telah teruji loyalitasnya kepada
Nabi.
Mereka adalah para Muhajirin yang telah
mendapat berbagai siksaan dan cobaan selama di Makkah, mereka juga yang rela
meninggalkan tanah kelahiran, meninggalkan sanak famili, meninggalkan mata
pencarian demi menunaikan perintah hijrah yang Allah wajibkan kepada mereka.
Dan mereka adalah kalangan Anshor, kaum yang
bersumpah setia untuk membela Nabi Muhammad SAW, mereka berbaiat untuk
melindungi Rasulullah SAW, keimanan mereka dibuktikan dengan tanpa pamrih
membantu saudara-saudara Muhajirin, mereka berbagi pangan, berbagi sandang dan
berbagi pekerjaan. Sebuah pembuktian dan ujian keimanan yang luhur.
Bahkan, ketika akan menghadapi pasukan musuh,
pembesar Anshor berkata kepada Rasul :
فقد آمنا بك، فصدقناك، وشهدنا أن ما جئت به هو الحق،
وأعطيناك على ذلك عهودنا ومواثيقنا على السمع والطاعة، فامض يا رسول الله لما أردت
فو الذي بعثك بالحق لو استعرضت بنا هذا البحر فخضته لخضناه معك، ما تخلف منا رجل
واحد، وما نكره أن تلقى بنا عدوًّا غدًا إنا لصبر في الحرب، صدق في اللقاء، ولعل
الله يريك منا ما تقر به عينك، فسر بنا على بركة الله
Artinya, “Wahai Rasulullah, kami (Anshor)
telah beriman kepadamu, kami membenarkanmu, dan kami bersaksi bahwa apa yang
engkau bawa adalah kebenaran, dan kami telah memberikan baiat dan sumpah setia
kami kepadamu untuk senantiasa mendengar dan taat. Lakukanlah (perag Badar) ini
wahai Rasulullah, jika engkau ingin melakukannya. Demi Allah (Dzat yang
mengutusmu)Kalau engkau hadapkan kepada kami lautan, lalu engkau
menyebranginya, maka niscaya akan kami sebrangi laut ini bersama engkau, tanpa
ada satupun yang tercecer di antara kami. Kami tidak sedikitpun ragu jika besok
kami bertempur melawan musuh, kami adalah orang-orang yang sabar dalam
pertempuran dan jujur (berani) saat di medan laga. Semoga Allah (besok
hari)menampakkan hal yang menyejukkan pandanganmu. Maka bergeraklah bersama
kami dengan berkah dari Allah.”
Sebuah kejujuran iman, sebuah pembuktian dan
ungkapan kesatria dari sahabat Anshor yang diwakili oleh Saad bin Muadz.
Pasukan Badar adalah pasukan pilihan Allah, pasukan yang sudah melewati
berbagai ujian keimanan, Rasulullah SAW memberikan sebuah garansi kepada mereka
dengan berkata, “Apapun yang dilakukan pasukan Badr setelah ini, tidak akan
membahayakan keimanan mereka, karena Allah telah mengapuni mereka.”
Maka bisa jadi, serangkaian ujian yang menimpa
kaum muslimin di Suriah hari ini, mereka kehilangan tempat tinggal, kehilangan
sanak famili, kehilangan pekerjaan, kesulitan mendapat makan, kedinginan ketika
salju datang, bom-bom yang berjatuhan 
adalah dalam rangka Allah mempersiapkan sebuah generasi  yang mampu teguh dan sabar dalam menjalani
perjuangan yang menuntut kesabaran tingkat tinggi. Karena Rasulullah mengatakan
bahwa iman itu di Syam ketika terjadi fitnah.
Dan semoga rangkaian ujian dan cobaan yang
menimpa kaum muslimin hari ini, di manapun dan kapanpun adalah bagian dari
skenario Allah untuk mempersiapkan sebuah generasi yang tangguh, sabar dan
istiqomah dalam menegakkan kebenaran.
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati
Allah
Ujian keimanan adalah keniscayaan yang dilalui
oleh orang-orang yang jujur keimanan, emas yang murni adalah hasil dari
pengolahan yang cukup lama, disaring, dibakar hingga kemudian menghasilkan
kilauan emas. Begiltu juga keimanan. Kilau keimanan akan terlihat dan nampak
setelah ujian demi ujian dilewati. Entah itu dizalimi, didiskriminasi,
dikriminalisasi, dipenjara, diusir bahkan dibunuh sekalipun. Semua itu juga
pernah dialami oleh Rasulullah SAW.
Marilah sejenak kita mendengar perkataan imam
Malik, beliau berkata :
لا تغبطوا أحداً لم يُصبه في هذا الأمر بلاء
Artinya, “Janganlah kamu kagum terhadap
seseorang yang belum pernah ditimpa ujian dalam agamanya.”
Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa jalan
keimanan, mempertahankan dan mendakwahkannya adalah jalan orang-orang besar,
Allah memilih mereka untuk menjadi tiang-tiang penyangga agama ini.
Inilah Imam Ahmad bin Hanbal, ketika fitnah
khalqul quran, beliau teguh memegang pendirian, sama sekali tidak bergeser dari
prinsip, beliau dipenjara dan dicambuk agar mau mengatakan bahwa Al-Quran itu
makhluk, namun tidak ada yang keluar dari beliau kecuali ketegasan prinsip dan
keteguhan dalam memegang kebenaran.
Hal yang sama juga terjadi kepada Imam
Al-Buwaithi Asy-Syafi’i, beliau dipenjara, tangan diborgol, leher dirantai dan
kakinya dibelenggu. Dalam kondisi seperti itu beliau berkata :
لأموتن في حديدي هذا، حتى يأتي قوم يعلمون أنه قد مات في
هذا الشأن قوم في حديدهم
Artinya, “Saya lebih memilih mati dalam
belenggu besi ini, hingga suatu hari nanti orang-orang mengetahui bahwa dalam
mempertahankan ini (Al-Quran kalamullah) ada orang yang mengorbankan nyawanya.”
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Ketika siksaan dan ancaman Kafir Quraisy
terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW semakin meningkat, Abu Thalib mendatangi
Nabi, seolah-olah Abu Thalib meminta beliau untuk berhenti mendakwahkan Islam
ini, karena semakin hari ancaman kafir Quraisy semakin meningkat. Rasulullah
SAW berkata kepada pamannya :
يا عمّ، والله لو وضعوا الشمس في يمينى والقمر في يساري
على أن أترك هذا الأمر حتى يظهره الله، أو أهلك فيه ما تركته
Artinya, “Wahai pamanku, jikalau seandainya
matahari ditaruh di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan urusan (Islam) ini, demi Allah saya tidak akan pernah meninggakan
urusan ini hingga Allah memenangkannya atau saya mati karena
memperjuangkannya.”
Sebuah potret keteguhan yang digambarkan oleh
Rasulullah SAW, meskipun dibujuk dengan dunia seisinya, meskipun diberikan
kepada beliau matahari, meskipun dijanjikan segala kenikmatan hidup, beliau
tidak akan pernah meninggalkan mendakwahkan Islam, hingga Allah memenangkannya
atau beliau terbunuh karena memperjuangkannya. Sebuah gambaran yang kongrit
tentang makna hidup mulia dan mati syahid.
Nampaknya keteguhan para Nabi, sahabat dan
para ulama inilah yang menginspirasi seorang Sayyid Qutb. Sebuah keteguhan yang
yang digambarkan oleh seorang Sayid, ketika beliau digiring ke tiang gantungan,
beliau diminta untuk minta maaf atas dakwah beliau tentang penerapan syariat,
beliau berkata :
إن إصبع السبابة الذي يشهد لله بالوحدانية في الصلاة
ليرفض أن يكتب حرفا واحدا يقر به حكم طاغية
Artinya, “Sesungguhnya jari telunjuk yang
bersaksi atas tauhid di dalam sholat, pasti akan menolak menulis satu hurufpun
demi mendukung hukum thogut.”
Sebuah untaian hikmah yang mengalir dari
panjangnya dakwah, beratnya siksa penjara, beliau meatap tiang gantungan dengan
begitu teguh tanpa ragu sedikitpun, karena beliau yakin berada di atas
kebenaran.
Potret keteguhan mereka membuat kita memahami
perkataan Ibnu Taimiyah ketika beliau di penjara :
ما يَصنَعُ بي أعدائي؟ إنَّ جَنَّتي وبُستاني في صَدري،
أين رُحت: فَجَنَّتي مَعي ولا تُفارِقُني، إنَّ حَبسي خلوةٌ، وإخراجي مِن بلدي
سياحةٌ، وقتلي شهادة
Artinya, “Apa yang bisa dilakukan musuhku
terhadapku? Sesungguhnya taman-taman syurgaku berada di dadaku, kemanapun saya
pergi, maka dia bersamaku dan tidak terpisah dariku, jika aku dipenjara maka
itu adalah waktuku berkhalwat bersama Allah, jika aku diusir, maka ini adalah
waktu jalan-jalanku dan jika saya dibunuh, maka kematianku adalah kesyahidan.”
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang
dirahmati Allah
Janji Allah pasti, pada akhirnya kemenangan
adalah milik orang-orang beriman. Setiap makar musuh akan kembali kepada
mereka, mereka berusaha memadamkan cahaya Allah tapi Allah tetap akan
memenangkan dan menyempurnakan cahayanya. Maka yang dituntut dari kita adalah
untuk terus istiqomah dan teguh di atas jalan iman hingga Allah wafatkan kita
dalam keadaan beriman atau Allah menangkan Islamdan kita menjadi bagian dari
kemenangan itu. Allahu akbar
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ
الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ
وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ
بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي
لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ
.
اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ
عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شَرٍّ
.
الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً
وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَبَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَالْجَنَّةَ.
اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ تَائِبِيْنَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ
وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ
وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ
بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي
الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ
.
اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى
اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ
الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ وَ السَّلَفِ
الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ
لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر لنا
ربنا إنك أنت العزيز الحكيم
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين
رَبَّنا أَوْزِعْناَ أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَدْخِلْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهمّ انْصُر الإسْلَامَ والمُسْلِمِين، وَارْفَعْ عَناَّ
الظُّلْمَ وَالطُّغْيَان، اللهمّ ارْحَمْ مَوْتَانا وتَقَبَّلْ شُهَدَائَنا،
اللهمّ اشْفِ مَرْضَانا وَارْبِطْ بَيْنَ قُلُوبِنَا
اللهمّ ارْحَمْنا بِرَحْمَتِكَ يَا مَنْ وَسِعَتْ
رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اللهمّ عَلَيكَ بِالطُّغَاةِ الظَلَمَة، اللهمّ زَلْزِلْ
عُرُوْشَهُم مَنْ تَحْتَ أَقْدَامِهِم، اللهمّ خُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ
مُقْتَدِر، اللهمّ انْتَقِمْ مِنْهُمْ وَأَرِنَا فِيْهِم يوماً عَجَائبَ قُدْرتِك
، اللهمّ هذا دعاؤُنَا فَلاَ تَرُدَّنَا
خَائِبِينَ
والحمد لله رب العالمين

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment