BELUM FAHAM SIFAT 20 WAJIB BAGI ALLAH, KOQ DIBATASI 20 SAJA ???


BELUM FAHAM SIFAT 20 WAJIB BAGI ALLAH ???

Sebagian sekte Bid’ah akhir zaman menuduh dan membawa syubhat bahwa AQIDAH AHLUS SUNNAH ASY’ARIYYAH dan MATURIDIYYAH (yang diikuti oleh mayoritas umat islam dari masa ke masa semenjak masa salafush sholih lebih dari 1000 tahun yg lalu) MEMBATASI SIFAT ALLAH HANYA 20 saja. Entah darimana pelintiran dan kebohongan ini mereka ambil….!!! Adakah satu saja kitab2 ulama2 Ahlus Sunnah Asy’ariy dan Maturidiy menyebutkan tuduhan palsu ini ????

Dapat diketahui secara explisit dan gamblang bahwa sifat2 Allah itu tercermin dari Al Asmaul Husna (nama-nama Allah yg mulia) yg berjumlah 99, bahkan jumlah ini juga bukan Hadd atau pembatasan atas sifat2 Allah yg ada. Jadi telah maklum dan semua ulama telah menjelaskan serta sepakat bahwa sifat Wajib bagi Allah itu BUKAN HANYA 20 dan BUKAN CUMA 99 saja, tetapi bisa lebih dari itu….!!!! Sebagaimana keterangan dari Hadis Sahih riwayat Ahmad, Al Hakim, Thabrani dan Ibnu Hibban ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي،

“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba wanita-Mu, ubun-ubunku berada di Yad-Mu, berlaku hukum-Mu terhadap diriku, keadilan ketetapan-Mu pada diri-Ku. Aku memohon kepada-Mu dengan SETIAP NAMA YANG ENGKAU MILIKI, baik nama yang Engkau namai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur’an penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan penghilang rasa sedihku, serta pelipur laraku, serta penghapus dukaku”

Juga keterangan dari Al Imam Al Hafizh Al Baihaqi (salah satu pembesar ulama Asy’ariyyah) di dalam kitab Al I’tiqad ‘Alaa Madzhab al Salaf Ahl Al Sunnah wa Al Jama’ah hal.14:

وَقَوْلُهُ J: « إِنَّ للهِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ اِسْمًا » لاَ يَنْفِيْ غَيْرَهَا ، وَإِنَّمَا أَرَادَ وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّ مَنْ أَحْصَى مِنْ أَسْماَءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ اِسْمًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.

“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan Nama”, tidak menafikan nama-nama selainnya. Yang dikehendaki oleh Nabi–wallahu a’lam-, bahwa barangsiapa yang memenuhi pesan-pesan sembilan puluh sembilan nama tersebut akan dijamin masuk surga.”

MENGAPA SETIAP UMAT ISLAM YANG MUKALLAF WAJIB MEYAKINI SIFAT 20 YANG WAJIB BAGI ALLAH….???

Jawabannya adalah :

Para ulama membagi sifat-sifat khabariyyah, yaitu sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits seperti yang terdapat dalam al-Asma’ al-Husna, terbagi menjadi dua. Pertama, Shifat al-Dzat, yaitu sifat-sifat yang ada pada Dzat Allah SWT, yaitu sifat dua puluh. Dan kedua, Shifat al-Af’al, yaitu sifat-sifat yang sebenarnya adalah perbuatan Allah SWT, seperti sifat al-Razzaq, al-Mu’thi, al-Mani’, al-Muhyi, al-Mumit, al-Khaliq dan lain-lain (sifat ini sebenarnya adalah sifat Allah yg dalam al aqidah al khomsin pelaksanaannya terhadap makhluk-makhluk Allah dimanifestasikan dalam sifat Jaiz Allah, yaitu tarku kulli mumkinin au fi’luhu- Allah boleh saja melaksanakan atau meninggalkan setiap perkara yg mungkin terjadi). Perbedaan antara keduanya, Shifat al-Dzat merupakan sifat-sifat yang menjadi Syarth al-Uluhiyyah, yaitu syarat mutlak ketuhanan Allah, sehingga ketika Shifat al-Dzat itu wajib bagi Allah, maka kebalikan dari sifat tersebut adalah mustahil bagi Allah. Sebagai contoh, misalhnya ketika Allah SWT bersifat baqa’ (kekal), maka Allah SWT mustahil bersifat kebalikannya, yaitu fana’. Dari sini para ulama menetapkan bahwa Shifat al-Dzat ini bersifat azal (tidak ada permulaan) dan baqa’ (tidak berakhiran) bagi Allah. Hal tersebut berbeda dengan Shifat al-Af’al. Ketika Allah memiliki salah satu di antara Shifat al-Af’al, maka kebalikan dari sifat tersebut tidak mustahil bagi Allah, seperti sifat al-Muhyi (Maha Menghidupkan) dan kebalikannya al-Mumit (Maha Mematikan), al-Dhar (Maha Memberi Bahaya) dan kebalikannya al-Nafi’ (Maha Memberi Manfaat), al-Mu’thi (Maha Pemberi) dan kebalikannya al-Mani’ (Maha Pencegah) dan lain-lain. Di samping itu para ulama juga mengatakan bahwa Shifat al-Af’al itu baqa’ (tidak berakhiran) bagi Allah, namun tidak azal (ada permulaan).

Jadi setiap orang yang beriman dan akil baligh harus meyakini bahwa Allah SWT wajib memiliki semua sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan-Nya. Ia harus meyakini bahwa Allah mustahil memiliki sifat kekurangan yang tidak layak bagi keagungan-Nya (lihat keterangan sifat al dzat atau sifat wajib 20). Ia harus meyakini pula bahwa Allah boleh melakukan atau meninggalkan segala sesuatu yang bersifat mungkin seperti menciptakan, mematikan, menghidupkan dan lain-lain. Demikian ini adalah keyakinan formal yang harus tertanam dengan kuat dalam hati sanubari setiap orang yang beriman (lihat keterangan sifatul af’al atau sifat al jaiz)

Yang perlu diketahui bahwasanya sifat al dzat atau sifat wajib 20 ini adalah sifat-sifat yang bisa mengantarkan seorang Muslim pada keyakinan bahwa Allah adalah benar-benar Dzat yang memenuhi syarat ketuhanan, memiliki segala sifat kesempurnaan dan Maha Suci dari segala sifat kekurangan berdasarkan dalil al-Qur’an, sunnah dan dalil ‘aqli.

Kemudian sifat wajib 20 tersebut dianggap cukup dalam membentengi akidah seseorang dari pemahaman yang keliru tentang Allah SWT. Sebagaimana dimaklumi, aliran-aliran yang menyimpang dari faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah seperti Mu’tazilah, Musyabbihah (kelompok yang menyerupakan Allah SWT dengan makhluk), Mujassimah (kelompok yang berpendapat bahwa Allah memiliki sifat-sifat makhluk), Karramiyah dan lain-lain menyifati Allah dengan sifat-sifat makhluk yang dapat menodai kemahasempurnaan dan kesucian Allah. Maka dengan memahami sifat wajib dua puluh tersebut, iman seseorang akan terbentengi dari keyakinan-keyakinan yang keliru tentang Allah. Misalnya ketika Mujassimah mengatakan bahwa Dzat Allah itu bertempat di Arsy, maka hal ini akan ditolak dengan salah satu sifat salbiyyah yang wajib bagi Allah, yaitu sifat qiyamuhu binafsihi (Allah wajib mandiri). Ketika Musyabbihah mengatakan bahwa Allah memiliki organ tubuh seperti tangan, mata, kaki dan lain-lain yang dimiliki oleh makhluk, maka hal itu akan ditolak dengan sifat wajib Allah berupa mukhalafatuhu lil-hawadits (Allah wajib berbeda dengan hal-hal yang baru). Ketika Mu’tazilah mengatakan bahwa Allah Maha Kuasa tetapi tidak punya qudrat, Maha Mengetahui tetapi tidak punya ilmu, Maha Berkehendak tetapi tidak punya iradat dan lain-lain, maka hal itu akan ditolak dengan sifat-sifat ma’ani yang jumlahnya ada tujuh yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashar dan kalam. Demikian pula dengan sifat-sifat yang lain.

Wallahu a’lam.

ASY’ARIYAH TIDAK MEMBATASI SIFAT ALLAH PADA JUMLAH 20

Tidak masalah seseorang mengaku baru tahu. Namun yang jadi masalah adalah ketika baru tahu, dia tak berusaha mencari tahu, terus jadi sok tahu. Terkadang sudah dikasih tahu, tapi tetap tak mau tahu. Ini lebih bermasalah lagi. Apa dikasih tempe saja 🙂

Asy’ariyah dia tuduh membatasi sifat Allah hanya dua puluh. Selain sifat dua puluh tidak ada. Inilah di antara kesalahpahaman kelompok sok tahu atau merasa paling tahu ini.

Asya’irah yang mengajarkan sifat 20 bukan berarti hanya membatasi sifat Allah pada jumlah itu. Sifat 20 adalah sifat-sifat utama, yang sifat-sifat lain pasti akan berhubungan dengannya. Sifat 20 secara jelas memiliki dalil naqli dan ‘aqli. Sementara Asya’irah memiliki adab untuk membahas sifat Allah yang memiliki dalil naqli tersebut, lalu diberi penjelasan secara ‘aqli.

Al-Hudhudi dalam Syarh al-Sanusiyah al-Shughra (Ummul Barahin) – karya Imam Muhammad bin Yusuf al-Sanusi (w. 895), salah satu kitab penting tentang akidah Asy’ariyah – menjelaskan:

(فَمِمَّا يَجِبُ لِمَوْلاَنَا جَلَّ وَعَزَّ عِشْرُوْنَ صِفَةً) مِنْ بِمَعْنَى بَعْضٍ فَهيَ لِلتَّبْعِيْضِ أَيْ مِنْ بَعْضِ مَا يَجِبُ، لِأنَّ صِفَات مَوْلَاَنا جَلَّ وَعَزَّ الوَاجِبَةَ لَهُ لاَ تَنْحَصِرُ فِي هَذِهِ العِشْرِيْنَ، إِذْ كَمَالاَتُهُ لاَ نِهَايَةَ لَهَا، وَلَمْ يُكَلِّفْنَا اللهُ إِلاَّ بِمَعْرِفَةِ مَا نَصَبَ لَنَا عَلَيْهِ دَلِيْلاً وَهِيَ هَذِهِ العِشْرُوْنَ.

“Maka di antara sifat yang wajib untuk Allah Jalla wa ‘Azza ada dua puluh sifat. Kata ‘min’ di sini bermakna ‘sebagian’. Artinya dari sebagian sifat yang wajib bagi-Nya, karena sifat Allah Jalla wa ‘Azza yang wajib bagi-Nya tidak terbatas pada dua puluh ini. Kesempurnaan Allah tidak ada batasnya, sedangkan Allah tidak membebani kita kecuali hanya mengetahui yang telah Dia jelaskan dalilnya, yaitu 20 sifat ini.” (al-‘Allamah al-Hudhudi, Syarh al-Hudhudi ‘Ala Ummi al-Barahin – al-‘Aqidah al-Sanusiyah al-Shughra, hal 47).

Keberadaan sifat 20 sebagai sifat utama tanpa menafikan sifat lain dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi. Ulama bergelar Syahid al-Mihrab ini menjelaskan:

يَجِبُ أَنْ تَعْلَمَ فِي كَلِمَةٍ جَامِعَةٍ مُجْمَلَةٍ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مُتَّصفٌ بِكُلِّ صِفَاتِ الكَمَالِ وَمُنَزَّهٌ عَنْ جَمِيْعِ صَفَاتِ النُّقْصَانِ إِذْ إِنَّ أُلُوْهِيَّتَهُ تَسْتَلْزِمُ اتِّصَافَهُ بِالكَمَالِ المُطْلَقِ لُزُوْماً بَيَّناً بِالمَعْنَى الأخَصِّ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَعْدَ ذَلِكَ أَنْ نَقِفَ عَلَى تَفْصِيْلِ أَهَمِّ هَذِهِ الصِّفَاتِ، وَنُبَيَّنَ مَعْنَاهَا وَمَا تَسْتَلْزِمُهُ مِنْ أُمُوْرٍ وَمُعْتَقَدَاتٍ. وَقَدْ وَصَفَ اللهُ تَعَالَى نَفْسَهُ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ بِصِفَاتٍ كَثِيْرَةٍ مُخْتَلِفَةٍ إِلاَّ أَنَّ جُزْئِيَّات هَذِهِ الصِّفَاتِ كُلَّهَا تَلْتَقِي ضِمْنَ عِشْرِيْنَ صِفَة رَئِيْسِيَّةً ثَبَتَتْ بِدَلاَلَةِ الكِتَابِ وَبِالبَرَاهِيْنِ القَاطِعَةِ) اهـ.

“Wajib kau ketahui mengenai kalimat inklusif secara global bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memiliki sifat-sifat sempurna dan bersih dari sifat-sifat yang menunjukkan kekurangan. Allah sebagai Tuhan pasti bersifat sempurna secara mutlak – absolut jelas dengan makna yang paling khusus. Kemudian setelah itu kita wajib memahami rincian sifat-sifat ini yang paling penting. Kita jelaskan maknanya serta dampaknya pada berbagai hal dan keyakinan. Allah Ta’ala telah memberikan sifat untuk-Nya dalam al-Qur’an dengan sifat-sifat yang banyak. Namun satuan-satuan sifat-sifat itu semuanya terkumpul di bawah 20 sifat utama yang telah terbukti melalui senarai dalil al-Qur’an dan bukti-bukti konklusif.” (al-Buthi, Kubra al-Yaqiniyat, hal 108).

Dalil naqli dari al-Qur’an dan hadits oleh Asya’irah dilengkapi penjelasannya dengan dalil ‘aqli, di mana dalil ‘aqli ini ibarat mata yang mampu menangkap pemahaman berbagai hal. Al-Qurthubi menjelaskan:

فَمِثَالُ الشَّرْعِ الشَّمْسُ، وَمِثَالُ الْعَقْلِ الْعَيْنُ، فَإِذَا فُتِحَتْ وَكَانَتْ سَلِيمَةً رَأَتِ الشَّمْسَ وَأَدْرَكَتْ تَفَاصِيلَ الْأَشْيَاءِ . تفسير القرطبي 10/ 294

“Permisalan syariat adalah matahari dan permisalan akal adalah mata. Jika mata itu membuka dan memang normal, ia akan mampu melihat matahari dan memahami penjelasan-penjelasan rinci tentang berbagai hal.” (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Vol 10, 294)

Pemahaman semacam ini kita dapatkan dalam kitab-kitab Asya’irah, terutama saat membahas rincian sifat 20. Maka sangat naif bila dikatakan Asya’irah hanya membatasi sifat-sifat pada jumlah itu.

Kalau belum tahu itu bertanya, bukan mendebat. Kan ayatnya jelas 🙂

Ust Faris Khairul Anam

Leave a comment