Su’uz Zon Pengundang Musibah.Hati-Hati!


Su’uz Zon Pengundang Musibah.
Hati-Hati!

Imam Makhul mengatakan,

“رَأَيْتُ رَجُلًا يَبْكِي فِي صَلَاتِهِ، فَاتَّهَمْتُهُ بِالرِّيَاءِ، فَحُرِمْتُ الْبُكَاءَ سَنَةً”

“Aku melihat seorang menangis dalam sholatnya, kemudian aku menuduhnya melakukan itu karena riya’, setelah itu, aku terhalangi untuk menangis selama setahun”.
[Al-‘Uqubaat, hal 63]

Ada sebuah pelajaran penting dari Syeikh Al-Buthi mengenai hal ini, beliau pernah bercerita,

“Aku mengenal seorang pemuda yg sering hadir di kajianku, beliau memiliki janggut yg tebal, insya Allah, dia orang yg sholih. Suatu kali aku melihat pemuda itu dengan keadaan jenggot yg sangat tipis, sepertinya dia menipiskan jenggotnya. Lalu, dalam hatiku terbesit, “Engkau dahulu memiliki janggut yg tebal, mengapa engkau mencukurnya hingga tipis seperti ini?”

“Kemudian, selang beberapa lama dari kejadian itu, Allah ingin mengajarkanku sebuab adab, aku diuji dengan sesuatu yg aku kritik tadi, Allah mengujiku dengan kesalahan tukang cukurku, hingga ia menipiskan janggutku jauh melebihi yg biasanya, dan aku tidak berdaya melakukan apa-apa ke tukang cukur itu, setelah kesal dengan tukang cukur itu, aku kemudian ingat apa yg pernah terbesit di hatiku saat mengkritik pemuda itu..”.

Kemudian beliau menasehati, “janganlah kalian sibuk dengan keburukan yg nampak dari orang lain, jangan suka su’u dzonn kepada orang dengan hanya melihat secara zahir, walaupun dari hati, lebih baik kalian menasehatinya secara langsung dan bertanya, sungguh tidaklah aku diuji demikian, kecuali aku pernah mengkritik seorang karena hal itu, semoga Allah memberikan kita adab bagaimana bermuamalah dengan hamba-hambaNya. “
__

Sebenarnya kita tidak perlu menyibukkan diri dengan kesalahan yg tampak dari orang lain, lebih-lebih kesalahan yg tak tampak dan tersembunyi.

Perlu diketahui bahwa semakin kita menutup hati dari menilai dan menghukumi aib-aib orang lain, maka semakin Allah jaga kita dari aib dan dosa-dosa itu, dan sebaliknya, semakin kita giat melirik dan menilai keburukan-keburukan orang lain, maka Allah akan mudahkan kita melakukan aib dan dosa-dosa itu. Cepat maupun lambat..

Imam Ibnu Sirin pernah bercerita,

“عيرت رجلا، وقلت : يا مفلس!، فأفلست بعد أربعين سنة”

“Dahulu aku pernah mencela seseorang, aku mengatakan kepadanya, “wahai orang yg bangkrut!”, setelah 40 tahun, kemudian aku lah yg bangkrut”

Imam Hasan Al Bashri juga memberikan pesan yg hampir mirip, beliau mengatakan,

“مَنْ رَمَى أَخَاهُ بِذَنْبٍ قَدْ تَابَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ، لَمْ يَمُتْ حَتَّى يُبْتَلَى بِهِ”

“Barangsiapa yg menuduh saudaranya dengan suatu dosa, padahal ia telah taubat darinya, maka ia tidak akan mati sebelum ditimpa dengan dosa tersebut..”

Stop suuz zonn, menuduh, menghina, mencela, dan menggibah keburukan saudara-saudara kita.
Duhai, seandainya kita kenal dengan diri kita, sungguh kita akan sibuk meratapi kekurangan-kekurangan yg ada padanya.

Jika kita tidak sengaja melihat keburukan orang lain, cepat hiraukan, segera buang pandangan, berusahalah untuk menutup semua celah su’u zonn yg berpeluang menjerumuskan hati kita untuk menilainya buruk, dan kemudian berakhir di jurang gibah dan fitnah.
Semua itu adalah kecelakaan.

Jika kita tak sengaja mendapat berita tentang keburukan saudara kita, maka cukup katakan,

“غفر الله لنا وله”

“Semoga Allah mengampuni kita dan dia”, selesai, kemudian ganti topik pembicaraan.
Jangan sampai kita dipermainkan oleh syayathin jinn wal ins.

Dari hal ini, pantas Ibrohim An Nakho’i dahulu mengatakan,

(إني لأرى الشيء أكرهه؛ فما يمنعني أن أتكلم فيه إلا مخافة أن أبتلى بمثله)

“Sungguh, ketika aku melihat hal yg aku benci, tidak ada yg menghalangiku untuk membicarakannya kecuali karena aku takut akan ditimpa seperti itu”


“Mengetahu aib seorang muslim adalah ujian, akankah kita menutupinya jika suatu saat kita tidak suka padanya..”

Leave a comment