PADA AKHIRNYA SEMUA PENUNTUT ILMU ITU BERMADZHAB


PADA AKHIRNYA SEMUA PENUNTUT ILMU ITU BERMADZHAB

M Fajri

Fokus belajar dan terus meningkatkan wawasan keilmuan menjadi pilihan terbaik bagi penuntut ilmu demi memperbaiki konsep berfikir serta kejumudan dalam berinteraksi dengan dunia ilmu
Karena hakikatnya tidak ada musuh yang lebih zalim dari kebodohan

Silahkan kroscek sembari merenung, bahwa ketika diri ini semakin mengingkari perkara yang dibolehkan bahkan dianjurkan oleh mayoritas ulama dari masa salaf maka sejatinya ia sedang dimusuhi oleh kebodohannya sendiri

Beberapa hari yang lalu tepat di kajian rutin Mukhtashar Lathif karya Syaikh Bafadhal Al-Hadhrami rahimahullaah bersama para santri di Ma’had Al Itqan, saya menjelaskan perbedaan pendapat antara syafi’i dan hambali dalam hukum kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya

Madzhab Syafi’i menghukumi najis sedangkan madzhab Hambali menghukumi suci. Saya sempet jelaskan sekilas dalil-dalil dari kedua madzhab seraya bertanya kepada para santri: “Mana yang paling rajih dari kedua madzhab dalam bab ini ?”

Sontak para santri menjawab : “Allahu A’lam”
Kemudian saya menimpali, seperti inilah yang saya inginkan dari kalian. Jawaban kalian menunjukan bahwa kalian telah faham bahwa ranah fiqih adalah ranah ijtihadiyyah dzonniyah yang tidak ada satupun yang mengetahui kebenaran disisi Allah. Urusan merojihkan serta melemahkan adalah ranah para ulama ahli ijtihad

Sebagian kalangan memframing bahwa pembelajaran fiqih madzhab dengan metode pengkajian secara mendalam dari salah satu madzhab baik ushul maupun furu’nya dengan tidak keluar dari madzhab yang ia pelajari adalah bagian dari fanatik

Mereka seakan membedakan fiqih madzhab dan fiqih dalil. Dari pemahaman seperti ini kemudian dia tarik kesimpulan bahwa kalau madzhab bertentangan dengan dalil maka ikuti dalil bukan madzhab.

Dr. Jamal Mahmud Al Adni Al Yamani hafidzahullaah dalam dars beliau sabtu kemaren memberikan sanggahan akan konsep berfikir diatas dengan pernyataan beliau :
هذا من الغباء
ini adalah kebodohan, kemudian beliau menjelaskan bahwa semua madzhab berdiri diatas dalil (Al Qur’an, As Sunnah, Al Ijmak dan Al Qiyas) dan yang bisa mengkaji dalil mana yang rajih adalah mujtahid

Apa yang beliau sampaikan selaras dengan perkataan Ibnu Rajab Al Hambali :
وأمَّا سائرُ الناس ممن لم يصل إِلَى هذه الدرجة فلا يسعهُ إلا تقليدُ أولئك الأئمة، والدخول فيما دخل فيه سائرُ الأمة
Adapun mereka yang belum mencapai level ijtihad, maka ia hanya dibolehkan untuk taklid kepada para imam madzhab dan ikut masuk ke dalam deretan (muqollid) sebagaiman manusia pada umumnya

Pada kesempatan yang lain Syaikh Sa’id Al Kamali Hafidzahullah juga pernah ditanya : manakah yang paling rajih diantara madzhab fiqih ?
Beliau menjawab : Rajih menurut siapa ?

Dari jawaban beliau dapat disimpulkan sesungguhnya semua penuntut ilmu itu pada hakikatnya adalah bermadzhab (taklid) baik yang mengakui atau pun tidak

Yang belajar kitab-kitab fiqih hanafi maka ia sedang bermadzhab hanafi
Yang belajar kitab-kitab fiqih maliki maka ia sedang bermadzhab maliki
Yang belajar kitab-kitab fiqih syafi’i maka ia sedang bermadzhab syafi’i
Yang belajar kitab-kitab fiqih hambali maka ia sedang bermadzhab hambali
Yang belajar kitab sifat shalat Nabi maka ia sedang bermadzhab albani
Yang belajar kitab fiqih sunnah maka ia sedang bermadzhab sayyid sabiq
Yang mengikuti fatwa-fatwa Syaikh Bin Baz maka ia sedang bermadzhab kepada Syaikh Bin Baz
Yang mengikuti fatwa-fatwa Syaikh Utsaimin maka ia sedang bermadzhab kepada syaikh Utsaimin
Yang mengikuti fatwa gurunya maka ia sedang bermadzhab kepada gurunya

Ini adalah fakta yang terjadi dilapangan bahkan yang suka mengajak kembali kepada Al Qur’an dan As sunnah kemudian mewanti-wanti kepada jama’ahnya, murid-muridnya agar jangan ikuti madzhab jika bertentangan dengan dalil menurutnya pun masih menukil ibarat atau fatwa dari para ulama

Berkata Dr. Amir Bahjat hafidzahullah : Bertafaqquh melalui madzhab yang mu’tabar atau mengikuti pendapat rajih dari sebagaian masyaikh kontemporer pada hakikatnya sama, iya sama-sama taklid

Maka tetap fokus untuk belajar dengan mengikuti jalannya para salaf
قال فخر الإسلام البزدوي :
ينبغي لطالب العلم أن يكون صلبا فى مذهبه لا تعصبا
Berkata Fakrul Islam al Bazdawi :
Sepatutnya penuntut ilmu dalam belajar memperkuat serta memutqinkan pemahaman akan madzhabnya baik ushul maupun furu’ tanpa bersikap fanatik

Dr. Jamal hafidzahullaah memberikan ta’lik : Fanatik yang dimaksud adalah :
Mencela madzhab lain sembari melemahkan apalagi mengatakan pendapat madzhab ini tidak berlandaskan pada dalil

Ingatlah!!!
Para Ulama itu salah atau benarnya senantiasa dapat pahala. Adapun orang jâhil maka jika memaksa ‘ijtihad’ apakah ia benar atau salah maka dapat dosa, karena termasuk berbicara atas nama agama Allah tanpa ilmu, kecuali jika anda levelnya sudah sampai level Ulama

Allahu A’lam

(Dokumentasi KBM Madrasah As Syafi’i pertemuan Ke 3)

Leave a comment