Khutbah Jumat : Amalan Bulan Dzulhijjah


Khutbah Jumat : Amalan Bulan Dzulhijjah
——–Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ
بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْ

مَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ
كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
:
Jamaah
sidang Jum’at rahimakumullah
Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan
kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana
disebutkan dalam ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Kata Ibnu Katsir rahimahullah,
وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ بُعِثَ عَلَيْهِ
“Siapa yang meninggal dunia dengan suatu keadaan, maka ia akan
dibangkitkan seperti keadaan itu pula.”
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ
التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS.
Al-Baqarah: 197)
Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi
akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan
perihal ibadah dengan sempurna. Semoga shalawat dari Allah tercurah kepada
beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut
keluarga beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga akhir zaman.
 Dari Abu
Ad-Darda radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا
وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di
sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR.
at-Tabrani).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ
يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ
جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى
مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap
Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku
pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Hadits ini hasan
ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Jamaah
sidang Jum’at rahimakumullah
Sebelumnya ada dua adab penting pada hari Jumat
saat mendengarkan Khutbah Jumat yang perlu diterangkan.
Pertama: Diam dan tidak berbicara saat mendengar
khutbah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
“Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari
Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata
sia-sia.” (HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851).
Kedua: Dilarangal-habwah, yaitu duduk sambil
memeluk lutut saat mendengarkan khutbah.
Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin
Anas Al-Juhaniy), ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” (HR.
Tirmidzi, no. 514 dan Abu Daud, no. 1110. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan).
Jamaah
sidang Jum’at rahimakumullah
Tidak terasa kita sudah memasuki bulan dzulhijjah.
Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang
dimuliakan di dalam Islam. Masyarakat kita belum banyak yang menyadari bahwa
Dzulhijjah termasuk bulan yang istimewa. Padahal banyak dalil yang menunjukkan
bahwa di bulan Dzulhijjah, amal soleh dilipat gandakan. Sebagaimana pahala yang
dijanjikan ketika ramadhan. Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ: رَمَضَانُ،
وَذُو الحَجَّةِ
”Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak
akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadlan dan bulan
Dzulhijjah.” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ
كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya
empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi
dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya
sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah
bersama orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. At Taubah: 36)
Begitulah kecintaan dan kemurahan Allah SWT
kepada para hamba-Nya sehingga menyediakan waktu-waktu tertentu agar mereka
selalu memiliki harapan dan semangat yang tinggi untuk selalu dekat memohon
ampunan kepada Allah.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله
السموات والأرض، السنة اثنا عشر شهرا، منها أربعة حرم، ثلاثة متواليات: ذو القعدة
وذو الحجة والمحرم، ورجب مضر، الذي بين جمادى وشعبان
“Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan
langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Di antara bulan-bulan tersebut ada 4
bulan yang haram (berperang di dalamnya – pen). 3 bulan berturut-turut, yaitu:
Dzulqa’dah, Dzulhijjah,  Al Muharram,
(dan yang terakhir –pen) Rajab Mudhar, yaitu bulan di antara bulan Jumaada dan
Sya’ban.” (HR. Al Bukhari)
Islam
disempurnakan oleh Allah pada bulan Dzulhijjah
Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan
telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah meridhai Islam itu
agama bagi kalian.”  (Qs. Al Maidah: 3)
Para ulama sepakat bahwa ayat itu turun di bulan
Dzulhijjah saat haji wada’di hari Arafah. Hal ini berdasarkan atsar dari Umar
bin Al Khaththaab radhiyallaahi ‘anhu, bahwasanya seorang ulama Yahudi berkata
kepada Umar, “Wahai Amiirul Mu’miniin, tahukah engkau satu ayat dalam kitab
suci kalian yang kalian baca, yang jika seandainya ayat itu turun kepada kami
maka kami akan jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai hari raya.” Umar
berkata, “Ayat apakah itu?” Yahudi itu membacakan ayat tersebut, “Al yauma
akmaltu lakum….” Umar pun berkata, “Sungguh kami telah mengetahui di mana dan
kapan ayat itu turun. Ayat itu turun pada saat Nabi sedang berada di padang
Arafah di hari Jum’at.” (HR. Al Bukhari)
Jamaah
sidang Jum’at rahimakumullah
Di dalam bulan Dzulhijjah ada hari-hari yang
dipilih oleh Allah sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun. Allah berfirman:
وَ
الْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Demi fajar,
dan demi malam yang sepuluh. (QS. Al Fajr: 1 – 2)
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan 10
malam yang dimaksud oleh Allah dalam ayat tersebut. Penafsiran para ulama ahli
tafsir mengerucut kepada 3 pendapat:
Yang pertama: 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Yang kedua: 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Yang ketiga: 10 hari pertama bulan Al Muharram.
Pendapat keempat yang pertengahan
Pendapat pertengahan dari para ulama menyatakan
bahwa jika siang hari awal 10 bulan Dzulhijjah lebih mulia dari pada siang hari
10 akhir ramadhan. Dan sebaliknya, 10 akhir malam Ramadhan lebih baik dari 10
awal malam Dzulhijjah.Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah,
Ibn Rajab menjelaskan, malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama
bulan Dzulhijjah. Inilah tafsir yang benar dan tafsir yang dipilih mayoritas
ahli tafsir dari kalangan sahabat dan ulama setelahnya. Dan tafsir inilah yang
sesuai dengan riwayat dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma…” (Lathaiful Ma’arif,
hal. 469)
Allah bersumpah dengan menuebut sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Yang ini menunjukkan keutamaan sepuluh hari tersebut. Karena semua makhluk yang
Allah jadikan sebagai sumpah, adalah makhluk istimewa, yang menjadi bukti
kebesaran dan keagungan Allah.
Karena itulah, amalan yang dilakukan selama 10 hari pertama Dzulhijjah
menjadi amal yang sangat dicintai Allah. Melebihi amal soleh yang dilakukan di
luar batas waktu itu. Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ
الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ
الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi
amal salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah,
pen.).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari
jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk
lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan
jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati
dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Ahmad 1968, Bukhari 969, dan Turmudzi
757).
“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi
Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya dari pada kebaikan yang dia
kerjakan pada sepuluh hari al-Adha.” (HR. Ad-Daruquthni, dan dihasankan oleh
al-Albani)
Al-Hafidz Ibn Rajab mengatakan, Hadis ini
menunjukkan bahwa beramal pada sepuluh hari bulan Dzulhijjah lebih dicintai di
sisi Allah dari pada beramal pada hari-hari yang lain, tanpa pengecualian.
Sementara jika suatu amal itu lebih dicintai Allah, artinya amal itu lebih
utama di sisiNya. (Lathaiful Ma’arif, hal. 456).
Jamaah
sidang Jum’at rahimakumullah
Ada beberapa amalan yang bisa kita pilih di bulan
ini
  1. Memperbanyak Puasa
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِىْ الْحِجَّةِ،
وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرِ، وَأَوَّلَ
اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيْسَ
.
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari bulan Dzulhijjah,
hari ‘Asyura, tiga hari pada setiap bulan, dan hari Senin pertama awal bulan
serta hari Kamis. [HR. Abu Daud]
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama
sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al
Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada
hari-hari
tersebut. Inilah
yang menjadi pendapat mayoritas ulama.
Di dalam bulan Dzulhijjah ada sebuah hari yang
sangat agung, yaitu hari Arafah. Pada hari tersebut disunnahkan bagi yang tidak
sedang melaksanakan haji untuk melakukan puasa. Puasa Arafah dapat menggugurkan
dosa-dosa selama dua tahun. Pahala puasa Arafah (9 Dzulhijjah) lebih afdhal
daripada pahala puasa Asyura (10 Al Muharram).
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ ، وَالسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ
“Puasa Asyura dapat
menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan
dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. An
Nasaa’i)
Puasa Arafah termasuk keistimewaan ummat Islam,
berbeda halnya dengan puasa Asyura. Oleh karena berkahnya Rasulullaah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Allah melipatgandakan penghapusan dosa dalam
puasa Arafah dua kali lipat lebih besar daripada puasa Asyura. Walillaahil
hamd.
  1. Bertakbir
Ketahuilah, bahwa disyari’atkan bertakbir, bertahmid
dan bertahlil pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini. Lafadz zikir yang
sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah adalah kalimat tahlil, takbir dan tahmid. Hal ini berdasarkan hadis
riwayat Imam Thabrani, Nabi Saw. bersabda;
مَا مِنْ أَيَّامٍ
أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلاَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ
اْلأَيَّامِ، فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ
وَالتَّحْمِيْدِ
“Tidak ada
amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi
amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu,
perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.”.
  1. Haji dan Umrah
Allâh Ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
… kewajiban
bagi manusia kepada Allâh, berhaji ke Baitullah, bagi siapa yang memiliki
kemampuan untuk melakukan perjalanan… [Ali ‘Imrân/3:97].
Haji dan Umrah adalah salah satu ibadah
yang paling mulia dan sarana taqarrub (pendekatan diri) kepada Allâh yang
paling afdhal. Di antara keutamaan haji dan umrah adalah:
Barangsiapa yang berhaji dan umrah ke
Baitullâh, dia tidak berkata kotor, berbuat kefasikan, maka akan kembali
seperti baru dilahirkan oleh ibunya.
Antara dua umrah menghapuskan dosa di
antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya surga.
Haji menghapus dosa-dosa sebelumnya.
Haji mabrur termasuk seutama-utama amal
setelah jihad fî sabîlillâh.
Haji dan umrah menghilangkan kemiskinan
dan dosa-dosa.
Jihad yang paling bagus dan paling utama
adalah haji yang mabrur.
Orang yang haji dan umrah adalah tamu
Allâh.
Do’a orang yang haji dan umrah dikabulkan
oleh Allâh.
Orang yang meninggal dunia ketika pergi
melaksanakan haji dan umrah, akan dicatat baginya pahala umrah sampai hari
Kiamat.
Orang yang meninggal ketika dalam keadaan
ihram, akan dibangkitkan di hari Kiamat dalam keadaan membaca talbiyah
  1. Berudhiyah
Di antara amal taat dan ibadah yang mulia
yang dianjurkan adalah berqurban. Qurban adalah hewan yang disembelih pada hari
raya ‘Idul Adh-ha berupa unta, sapi dan kambing yang dimaksudkan dalam rangka
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Laksanakanlah
shalat untuk Rabb-mu dan sembelihlah kurban. [al-Kautsar/108:2].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
.
Barang siapa
yang memiliki kelapangan namun ia tidak berqurban maka jangan mendekati masjid
kami.[ HR Ahmad (I/321), Ibnu Majah (no. 3123), dan al-Hakim]
Sebagian ulama berpendapat dengan dasar
hadits di atas, bahwa hukum menyembelih binatang qurban bagi seseorang adalah
wajib bagi yang mampu.
Kemudian, juga tidak memotong rambut dan kuku bagi yang berqurban.
Seseorang yang ingin berqurban, dilarang memotong kuku atau rambut dirinya
(bukan hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai ia memotong
hewan qurbannya.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, bahwasanya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
كَانَ لَهُ ذَبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أَهَلَّ هِلَالَ ذِيْ الْحِجَّةِ، فَلاَ
يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّي
.
Barangsiapa yang memiliki hewan yang hendak dia sembelih (pada hari
raya), jika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah memotong (mencukur)
rambutnya dan kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih qurbannya.[
HR Muslim]
Akhirnya, kita memohon kepada Allah agar diberi
kekuatan dan taufiq-Nya agar kita bisa mengisi sepuluh hari pertama di bulan
Dzulhijjah dengan amal-amal shalih, dan diterima oleh Allah sebagai pemberat
timbangan kebaikan kita di yaumil hisaab kelak.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ
لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
 Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ،
فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah
Masih banyak amalan-amalan lain seperti Memperbanyak amal shâlih dan ketaatan
kepada Allâh Azza wa Jalla seperti
memperbanyak amalan-amalan sunnah
seperti shadaqah, berdzikir, tilawah, puasa, shalat malam, shalat Dhuha,
membantu fakir miskin dan anak yatim, sedekah, berbakti kepada kedua orang tua,
menyambung tali kekerabatan, bertaubat kepada Allâh dengan sebenar-benarnya,
memperbanyak dzikir kepada Allâh, bertakbir, membaca al-Qur`ân, dan
amalan-amalan shâlih lainnya. Sedekah dianjurkan setiap hari, maka pada
hari-hari ini lebih sangat dianjurkan lagi, begitu juga ibadah-ibadah yang
lain.
“Tidak
ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah sebagaimana
halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan
berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan
mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar”.
(HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Dan
Melakukan shalat idul adha
Setelah melakukan berbagai amal shalih di atas,
kita jangan lupa berdo’a agar Allah Azza wa Jalla berkenan menerima amal ibadah
yang telah dilakukan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim Alaihssallam
dan Nabi Isma’il Alaihissallam. Ketika akan selesai melaksanakan perintah Allah
Azza wa Jalla untuk membangun Ka’bah, mereka berdo’a :
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya
Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Baqarah/2:127]
Ini merupakan wujud kehati-hatian, barangkali
dalam pelaksanaan ibadah yang Allah Azza wa Jalla perintahkan kepada kita ada
yang kurang syarat atau lain sebagainya.
Kalau Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Nabi Isma’il
Alaihissallam saja berdoa agar amalan mereka diterima, maka kita tentu lebih
layak untuk berdo’a demikian.


إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا
.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ
وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا
يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ
جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا
وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا
وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا
وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ
تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى
وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى
الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا،
اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ
وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ،
والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : griyahilfaaz
💈Shopee : griyahilfaaz
💈Facebook: griyahilfaaz
💈Tokopedia: griyahilfaaz
💈Bukalapak: griyahilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment