MAJELIS SHOLAWAT & CINTA KEPADA NABI MUHAMMAD?


MAJELIS SHOLAWAT & CINTA KEPADA NABI MUHAMMAD?

Diantara mu’jizat Al-Qur’an kita lihat 1 ayat saja, Surat Al-Ahzab : 56 yang berisi perintah untuk membaca sholawat. Dari 1 ayat itu lahir ribuan majelis sholawat.

Adanya majelis sholawat adalah satu hal yang baik, tapi disisi yang lain ketika ada hal yang tidak sesuai ya perlu untuk diingatkan.

1. Misalnya berjoget ketika yg dibaca adalah sholawat dan salam kepada Rasulullah, apalagi kadang joget ala pargoy dan ada juga joget lainnya, itu kurang pas. Okelah kalau lagunya pas lagi tidak mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah, mungkin masih bisa sedikit dimaklumi.

2. Yang duduk di depan panggung kadang justru yang muda, cantik dan bening. Bagaimana caranya khusyu’?

3. Tidak sedikit ketika waktunya ceramah justru asyik dengan HPnya sendiri atau ngobrol dengan yang disampingnya atau ditinggal tidur. Yang mendengarkan biasanya yang tidak punya HP, sudah tua dan yang memang niatnya benar-benar cari ilmu. Padahal pada saat ceramah adalah moment yang juga tidak kalah penting.

4. Orang yang nanti dekat dengan Rasulullah adalah orang yang paling banyak baca sholawat, bukan orang yang hadir majelis sholawat. Loh, apa bedanya? Orang yang hadir majelis sholawat memang baca sholawat. Banyak bacanya? Belum tentu. Bahkan bisa jadi cuma yang bagian Vocalis Hadrah yang baca sholawat. Bedanya lagi majelis sholawat itu kan tidak tiap hari. Sedangkan orang yang dekat dengan Rasulullah adalah orang yang paling banyak baca sholawat. Itu artinya tiap hari baca. Ya setidaknya minimal 300 kali atau lebih setiap hari. Lebih-lebih ia tiap hari baca sholawat, juga suka hadir majelis sholawat. Jadi, nanti yang paling dekat dengan Rasulullah bukan khodimul majelis-nya, bukan vocalis hadrahnya, bukan muballigh-nya, tapi yang paling banyak baca sholawatnya.

أقربكم مني منزلة يوم القيامة أكثركم علي صلاة

Status Haditsnya cari sendiri ya?

5. Jika Majelis sholawat adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah dan untuk memperbanyak membaca sholawat kepada Rasulullah, maka ada pertanyaan penting yang perlu dijawab; 1) dengan hadir majelis sholawat, berapa sholawat yang kita baca tiap hari? 2) apa tandanya kalau kita cinta kepada nabi? 3) pengaruh apa yang kita peroleh setelah hadir majelis?

– Jika setelah hadir majelis sholawat kita tidak kenal Rasulullah, trus kita sebenarnya sedang hadir majelis apa?

– Jika setelah hadir majelis sholawat kita tiap hari tidak baca sholawat, trus kita datang untuk memuji siapa?

– Jika setelah hadir majelis sholawat kita tidak cinta dan rindu kepada Rasulullah dan tidak tau sunnah-sunnahnya, trus sebenarnya kita datang untuk siapa?

6. Yang mengkritik majelis sholawat pun juga tidak selamanya benar, walaupun isinya benar. Kok bisa? Iya, khawatir mengkritiknya itu karena iri. Yang mengkritik bisa jadi juga jarang baca sholawat, apalagi punya majelis sholawat. Misalnya ada yang bilang, itu majelis sholawat kok isinya joget-joget? Ya bisa jadi ketika si pengkritik di posisi sebagai khodim ya belum tentu bisa mengkondisikan jama’ahnya. Seperti penonton sepak bola, ada yang berkomentar, itu seandainya geser sedikit pasti gol. Ya tidak semudah itu juga kalau dia sebagai pemain. Atau bisa jadi yang joget-joget itu masuk kaidah:

حسنات الأبرار سيئات المقربين

Bisa jadi lho ya?

7. Intinya kita harus koreksi diri sendiri. Baik posisi kita sebagai khodimul majelis, sebagai vocalis, sebagai anggota hadrah, sebagai kyai, sebagai muballigh, sebagai jama’ah atau sebagai pengkritik. Yang kita lakukan itu sudah benar apa tidak? Jangan-jangan cuma menuruti hawa nafsu! Jangan-jangan menjatuhkan orang cuma ingin disanjung! Jangan-jangan cuma bisa mengkritis tanpa memberi solusi!

8. Kita semua ummatnya Nabi Muhammad, ada kesempatan untuk mendapatkan syafa’at agung beliau pada hari kiamat.

Leave a comment