KENDALA DAKWAH HARI INI


KENDALA DAKWAH HARI INI

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Jika boleh saya berpendapat, diantara tantangan terberat dan terumit dakwah di tengah-tengah umat hari ini bisa dibagi menjadi tiga kategori :

  1. Di level awam

Di tingkat ini, umat masih lebih menggandrungi hiburan. Tontonan dijadikan tuntunan. Film dan aneka perayaan masih jadi idola utama. Fenomena tergila-gila dengan drama Korea. Begitu juga bola, tak ubahnya seperti berhala.

Maka pengajian yang tidak menghibur, pasti sepi peminat. Tinggal nunggu waktu untuk dikubur.

  1. Di level yang telah hijrah.

Kalangan yang sudah mulai mengenal pengajian, sayangnya banyak terjangkit oleh penyakit fanatik mazhab, lalu terkotak-kotak dalam kelompok – kelompok. Yang ngaji saling musuhan hanya karena beda model kajian.

Aktivitas dan rutinitas wajibnya meributkan masalah-masalah khilafiyah. Saling serang dalam perdebatan yang jauh dari esensi ilmu. Akhirnya potensi dan energi umat habis terkuras disini.

Tak sedikit mereka yang sudah belajar agama justru frustasi. Kecewa, karena ternyata komunitas “pengajian” itu tak kalah buas dan sadis dibanding dunia kelamnya di masa lalu.

Akibatnya, tak sedikit yang balik kanan kembali ke level awam.

  1. Di level alim ulama.

Di kalangan ulama, minimal mereka yang sudah digelari ustadz, yang paling menggejala adalah virus ananiyah (egoisme). Yakni birahi agar diakui. Karena merasa telah punya jasa dan banyak kontribusinya untuk dakwah.

Sehingga tak jarang kalangan elit inipun kerjaannya saling sikut. Bahkan yang telah putus urat malunya, bisa beradu tinju. Masalahnya hanya karena semua ingin muncul kepermukaan.

Kepentingan kelompok, organisasi bahkan pribadi, mengalahkan urusan dakwah dan hajat umat ini.

Ini diperparah oleh balasan dunia yang kadang datangnya terlalu cepat. Akhirnya semua berlomba mencari akses untuk bisa merapat ke sumber dana.

Hasilnya bisa ditebak, umat menjadi lemah karena kekuatan terpecah -belah. Dakwah terbengkalai.

Diantara solusinya :

  1. Setiap pihak harus menyadari, kerja dakwah tidak bisa dilakukan sendiri- sendiri. Komponen umat ini harus rekat agar menjadi kuat. Meski kerja berbeda, karena boleh jadi segmen garapannya yang memang tidak sama.
  2. Dakwah kudu terstruktur dan teratur. Untuk itu harus ada yang siap jadi kepala dan ada yang rela untuk jadi bagian tubuh lainnya.
  3. Dalam dakwah, harus ada skala perioritas dan tidak sporadis. Hingga bisa dipetakan mana kawan mana lawan. Mana yang harus didahulukan, mana yang bisa diakhirkan.

Jangan main hantam kromo. Pemurtadan, penyesatan, kemaksiatan, sekularisme, liberalisme sedang gencar-gencarnya menyerang sendi-sendi Islam, kita malah terus meributkan urusan beda manhaj, madzhab, dan afiliasi pengajian.

Semoga bermanfaat.

Leave a comment