Khutbah : BAGAIMANAKAH KITA BISA DUDUK NYAMAN?


BAGAIMANAKAH KITA BISA DUDUK NYAMAN?
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ
الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ
جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا
الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ
عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ:
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ
مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ
النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن

Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri
khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita perbaharui selalu kualitas
iman dan taqwa kita, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah
sampai akhir hayat kita.
Adapun tema khutbah jum’at kali ini adalah : Bagaimanakah Kita Bisa Duduk Nyaman?.
Hadirin, kaum muslimin rahimakumullah,
Ya Alloh, sesungguhnya kami mengadu
kepada-Mu mengenai kelemahan kami, sedikitnya usaha kami, kerendahan
kami di hadapan manusia, berbilangnya tragedi yang menimpa kami,
banyaknya luka kami dan tenggelamnya ummat islam dalam berbagai tragedi
yang menimpa mereka –dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin
Alloh!- ummat kita sedang berlari namun tenggelam dalam lumpur darah
sedangkan Anda lihat keadaan mereka dalam menghadapi musuh-musuh mereka.
Kita juga sedang menyaksikan keadaan
ummat kita yang layak ditangisi, di mana musuh telah menguasai mereka,
sedangkan kita tidak melihat ada umat lain yang merasakan kehinaan dan
gangguan sebagaimana yang dirasakan oleh ummat kita. Mereka ditimpa
berbagai macam luka dan berbagai tragedi, sehingga kita dapati di setiap
negeri pasti ada bencana, luka, gangguan dan siksaan. Musibah dan
problem ini ditambah dengan pecahnya umat kita menjadi beberapa sekte
dan golongan, lalu sebagian menindas sebagian yang lain dan musuh pun
cukup berdiri sebagai penonton.
Di antara ummat ini ada yang merasa
cukup dengan pekerjaan. Anda akan merasa heran! Apakah ini bisa menimpa
satu ummat yang telah mengukir sejarah dengan kemuliaan yang pernah
mereka ukir dan ummat yang kemuliaannya telah mereka rekam!
Apakah ummat ini yang dahulu daulah
mereka pernah memenuhi pendengaran dunia dan memenuhi hati musuh-musuh
mereka dengan rasa takut dan gentar! Apakah ummat ini yang dahulu
Kholifah mereka pernah berkata kepada awan, “hujanilah kami semaumu
karena kamu tetap akan keluar untukku meskipun setelah beberapa waktu
yang cukup lama”!
Anda lihat ummat ini berpaling dari diin
mereka dan meninggalkan sumber kemuliaan mereka. Sedangkan hari demi
hari kehinaan dan kelemahan semakin menjadi. Sungguh Rosul sholallohu
‘alaihi wa sallam telah menggambarkan sifat ummat ini kepada kita
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud beliau berkata,
(د) , وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ – رضي الله عنهما
– قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: ” إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ (1) وَأَخَذْتُمْ بِأَذْنَابِ الْبَقَرِ ,
وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ (2) وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ
عَلَيْكُمْ ذُلًّا (3) لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual-beli dengan
‘inah, mengikuti ekor lembu, rela (sibuk) dengan berladang dan kalian
telah meninggalkan jihad, Alloh akan menimpakan kehinaan pada kalian
yang tidak (akan) Dia cabut dari (diri) kalian hingga kalian kembali
pada diin kalian.” (HR. Abu Daud).
Sungguh beliau ‘alaihis sholatu was sallam
telah menyampaikan sifat penyakit dan menunjukkan obatnya, yakni
kembali kepada diin. Karena kehinaan tidak bisa terangkat dari ummat
kita kecuali dengan jihad di jalan Alloh dan meninggalkan kesibukan
dunia untuk melaksanakan diin Alloh. Jika demikian, kita harus
mengeluarkan ummat kita dari gelapnya perasaan lemah, yakni dengan
kembali pada Diin kita dan harus berangkat berperang di jalan Alloh.
Sesungguhnya berangkat berperang adalah sebagai jawaban terhadap
perintah Alloh, sebagai alasan di depan Alloh, sebagai pembuat marah
musuh-musuh-Nya dan merupakan awal sebab setelah Alloh untuk
menyelamatkan ummat ini dari rawa darah dan kehinaan tak berujung.
Saudaraku, bagaimana bisa kita bisa merasa nyaman untuk duduk tidak berperang sedangkan Alloh berfirman,
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَا
لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انفِرُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ
إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ).
“Wahai orang-orang yang beriman,
mengapa jika dikatakan kepada kalian berperanglah di jalan Alloh kalian
menjadi berat terhadap dunia? Apakah kalian rela dengan kehidupan dunia
melebihi (kehidupan) akhirat?.”
(QS. At-Tawbah: 38)
Saudaraku, bagaimana bisa kita merasa nyaman untuk duduk sedangkan Alloh berfirman,
(انْفِرُواْ خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ).
“Berangkatlah (berperang) dalam
keadaan ringan dan (ataupun) berat, serta berjihadlah dengan harta dan
jiwa kalian di jalan Alloh.”
(QS. At-Tawbah: 41)
Bagaimana bisa kita merasa nyaman untuk duduk sedangkan Alloh berfirman,
(إِلاَّ تَنفِرُواْ يُعَذِّبْكُمْ عَذَاباً أَلِيماً وَيَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوهُ شَيْئاً)
“Jika kalian tidak berangkat
(berperang), niscaya Alloh akan mengadzab kalian dengan adzab yang pedih
dan Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan kalian tidak
akan membahayakan-Nya sedikitpun.”
(QS. At-Tawbah: 39)
Bagaimana bisa merasa nyaman untuk duduk sedangkan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“من مات ولم يغزُ ولم يحدث نفسه بالغزو مات على شعبة من النفاق”
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan
tidak pernah berperang dan tidak terbetik hatinya untuk berperang, dia
mati di atas cabang kemunafikan.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)
Bagaimana bisa nyaman untuk duduk
sedangkan kami melihat syari’ah Alloh ditinggalkan lagi dihilangkan,
serta posisinya diganti oleh syari’ah buatan anak Adam? Dan hanya Alloh
lah tempat meminta pertolongan.
Saudaraku, bagaimana bisa nyaman untuk
duduk sedangkan kami melihat saudara-saudara kami dibunuh, kehormatan
mereka terkoyak, rumah mereka dihancurkan dan kaum muslimin melarikan
diri, sedangkan Alloh memanggil mereka,
(وَمَا لَكُمْ لاَ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ
اللّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ
الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَـذِهِ الْقَرْيَةِ
الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيّاً وَاجْعَل
لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيراً).
“Mengapa kalian tidak berperang di
jalan Alloh dan dalam (membela) orang-orang lemah dari kalangan
laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berkata, ‘wahai Robb kami,
keluarkanlah kami dari negeri ini yang penduduknya zholim, dan
jadikanlah pelindung serta penolong bagi kami dari sisi-Mu.”
(QS. An-Nisa’: 75)
Bagaimana bisa nyaman untuk duduk
sedangkan kita melihat negeri-negeri Islam dijajah satu demi satu.
Negeri-negeri itu jatuh di tangan musuh satu demi satu. Sedangkan para
fuqoha’ telah menetapkan bahwa jihad akan menjadi fardhu ‘ayn dalam tiga
kondisi yang di antaranya adalah jika musuh telah menyerang salah satu
negeri kaum muslimin. Mereka para fuqoha’ telah menetapkan bahwa dalam
keadaan yang demikian, seorang anak boleh berangkat perang tanpa izin
kedua orang tuanya, seorang hamba tidak perlu izin tuannya, seorang yang
berutang tidak perlu izin orang yang menghutanginya. Juga bagi orang
yang mampu untuk menolak serangan, wajib baginya untuk bertahan sesuai
dengan kemampuannya. Maka apakah orang yang dapat melihat dan mencermati
keadaan kaum muslimin masih ragu bahwa jihad di masa ini fardhu ‘ayn
bagi orang-orang yang mampu? Apakah setelah semua yang kita lihat ini
masih ada tempat untuk ragu dan berdebat?
Mushibah yang besar adalah kita lari
dari musuh kita sedangkan mereka merusak di bumi kita, kemudian kita
mengadakan berbagai diskusi untuk memperbincangkan apakah jihad fardhu
‘ayn atau fardhu kifayah! Sedangkan tahun terus berlalu diatas bencana
yang menimpa kita. Negeri-negeri kita dirampas, kehormatan kita
terkoyak, dan kita masih saja pada halaman pertama dari kitab jihad,
mendiskusikan apakah jihad bisa berubah menjadi fardhu ‘ayn atau tetap
fardhu kifayah?! Saudaraku, berbuatlah semampu Anda, bela-lah
saudara-saudara Anda, kemudian berbicaralah semau Anda mengenai hukum
jihad.
Mushibah ini menjadi bertambah besar
ketika Anda melihat ada orang yang memberikan fatwa kepada kaum muslimin
bahwa jihad adalah fardhu kifayah dan menghalang-halangi mereka dari
jihad, sedangkan dia sendiri tidak melihat medan jihad kecuali dari
layar saja. Lalu dari mana dia mengetahui realita dan memberikan fatwa?!
Saudaraku, jika memang jihad bukan fardhu ‘ayn, jihad adalah amal yang paling dicintai oleh Alloh. Sungguh Syaikhul Islam rohimahulloh berkata,
“ومن كثرت ذنوبه فإن أعظم دوائه الجهاد في سبيل الله”
“Siapa yang banyak dosanya, obat yang paling manjur adalah jihad di jalan Alloh.”
Alloh Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman,
maukah kalian aku tunjukkan pada bisnis yang akan menyelamatkan kalian
dari ‘adzab yang pedih? (Yakni) kalian beriman kepada Alloh dan
Rosulnya, serta berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian.
Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Dia
akan mengampuni dosa kalian dan Dia akan memasukkan kalian ke surga yang
mengalir sungai dari bawahnya serta (ke dalam) tempat tinggal yang baik
di surga ‘adn. Yang demikian adalah kesuksesan yang besar. Juga (akan
Dia berikan) hal lain yang kalian sukai. (Yakni) pertolongan dari Alloh
dan kemenangan yang dekat. Dan berikanlah berita gembira pada
orang-orang yang beriman.”
(QS. As-Shoff: 10-13)
Saudaraku, apa yang membuat Anda duduk tenang ?
Apakah Anda duduk karena Anda tidak ingin meninggalkan keluarga dan Negara? Mengapa demikian sedangkan Alloh ta’ala berfirman,
“Katakanlah, ‘jika bapak kalian,
anak kalian, saudara kalian, isteri kalian, keluarga kalian, harta yang
kalian kumpulkan, bisnis yang kalian khawatirkan kerusakannya dan tempat
tinggal yang kalian senangi lebih kalian cintai dari pada Alloh,
Rosul-Nya dan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Alloh
mendatangkan perkara-Nya, dan Alloh tidak memberikan petunjuk kepada
kaum yang fasiq.”
(QS. At-Tawbah: 24)
Adapun kerusakan yang menjadi masalah
adalah ketika Anda melihat orang-orang yang dinisbatkan pada ilmu dan
da’wah, mereka rela dengan sekte “penitisan” dan mereka banyak
membiarkannya, menjilat pada penguasa, dan berkumpul pada satu meja dan
pada satu barisan bersama penjahat Rofidhoh beserta symbol sekulerisme,
mereka ingin mendapat keridhoaan dari setiap sisi dan menahan tongkat di
tengah mereka. Adapun terhadap para mujahidin yang merupakan saudara
mereka seagama, maka mereka tidak mendapatkan apapun dari mereka
melainkan angkat tangan muthlaq dan yang diumumkannya sesuai atau yang
tidak sesuai sebagaimana Ibrohim berlepas diri dari kaumnya dan
menampakkan permusuhan dan kebencian selama-lamanya. Padahal kalau saja
Anda merenungi keadaan mereka, pastilah Anda dapati sikap keras mereka
terhadap para mujahidin lebih keras dari sikap keras mereka terhadap
orang-orang kafir.
Yang lebih besar adalah Anda dapati di
antara mereka ada yang hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nashroni
sembari mengumumkan sikap berlepas diri mereka dari para mujahidin
selamanya! Pada sebagian yang lain, keadan mereka jatuh hingga ketika
para pemimpin kekafiran dengan serius menjelek-jelekkan serta melawan
apa yang mereka sebut dengan terorisme. Ya Alloh amat mengherankan
sekali perkara ini!! Lebih mengherankan lagi dari mereka, ketika Anda
melihat ada orang yang segera mengingkari mujahidin dengan berbagai
model pengingkaran, meskipun dalam urusan yang boleh terjadi
perselisihan pendapat bersamaan Anda lihat musuh-musuh agama ini
menumpahkan darah kaum muslimin dan merusak kehormatan mereka tanpa
memandang ada orang lemah di dalamnya. Kira-kira, apa yang membahayakan
kita untuk diam dan membiarkan perkara-perkara itu berada di tempatnya?
Sesungguhnya diam –meski merupakan mushibah yang besar-, akan tetapi hal
itu lebih baik dari pada kita menyetujui musuh-musuh kita untuk
menjajah mereka dan saudara-saudara mereka.
Wahai saudaraku seiman pada Alloh,
apakah Anda melihat ada sikap moderat jika ada seorang komandan yang
bertanggung jawab mengenai penghuni perbatasan dan mengenai pekerjaan
mereka, lalu Anda melihat orang curang ini mengangkat, merendahkan,
menuduh berbuat jahat, mengharamkan dan memberikan kesaksian palsu atau
memberikan satu hukum tanpa meneliti keadaan terbaik mereka. Hal ini
tidak hanya merugikan penghuni perbatasan itu saja, bahkan juga merusak
kebenaran (komentar/fatwa) yang dia bawa, sehingga Anda melihat
orang-orang yang ada kebencian dan syahwat dalam hatinya lega bertepuk
tangan dan memuji-muji orang yang duduk, seakan-akan ia mendatangi
mereka dengan suatu solusi, lalu ternyata dia menjual agamanya dengan
syubhat dan mereka mempercayainya karena syahwat, dan dia tidak
mengumpulkan sesuatu kecuali kedustaan. Maka para pendengki pun bisa
bernafas lega. Tidak ada yang mengerti karakter para lelaki kecuali para
lelaki, dan tidak ada yang memahami mereka kecuali dari kalangan
mereka.
Sesungguhnya musuh-musuh kita telah
banyak menyerang kita, mereka telah menimpakan kekalahan besar pada
kita. Sedangkan perkara paling besar yang membuat mereka marah dan dapat
mengembalikan tipudaya mereka ke leher mereka adalah berpegang teguh
pada syari’at Alloh, dan di antaranya adalah berjama’ah.
Musuh-musuh kita telah sukses dalam
memecah belah kita dan kita memakan sebagian yang lain. Mereka
menjadikan sebagian kita menindas sebagian lain dan mereka duduk
menonton kita sambil tertawa-tawa. Tidak ada solusi lain kecuali kita
berkumpul berjama’ah untuk memerangi mereka dan kita satukan keseriusan
untuk memukul mereka. Jika tidak, kita akan tetap begini jika tidak
menjadi tambah buruk.
Sesungguhnya jama’ah meski sedikit atau
kemampuannya terbatasnya, sungguh jama’ah adalah kekuatan yang ditakuti
oleh musuh dan mereka memperhitungkannya dengan seribu perhitungan. Hal
itu akan terjadi jika jama’ah itu menjalankan sebab dan mempersiapkan
bekal yang diwajibkan oleh Alloh. Sesungguhnya jama’ah –demi Robb
ka’bah-, adalah bangunan baku dan perintah yang kuat. Katakan terserah
Anda mengenai kekuatan yang dihasilkan oleh iman, badan dan Negara.
Jama’ah adalah ‘ibadah yang diperintahkan secara syar’iy yang lazim bagi
ummat. Namun bilamana para pengikut kelompok mendapat kesuksesan dan
amal mereka memenuhi pendengaran dan pengelihatan, kewajiban berjama’ah
ini akan terus dirobohkan dan amal mereka yang dianggap terpuji.
Saya menyangka bahwa anak-anak ummat
yang tulus mengambil faedah dari pengalaman sebelumnya. Mereka telah
memahami bahwa jama’ah adalah spirit kekuatan dan hilangnya jama’ah
adalah hilangnya spirit dan hilangnya kekuatan. Mereka telah terlepas
dari syahwat, memotong jalan para pemotong jalan kesatuan, dan dengan
pandangan mereka yang cerdas, mereka telah memahami bahwa tubuh yang
tertimpa luka hanya dapat disembuhkan oleh tangan-tangan yang
mengamalkan jihad islamiy. Karena setiap orang yang melakukan
pengobatan, tidak memahami seluruh sarang penyakit. Sedangkan penyakit
jasad adalah hati. Lalu mereka mulai memperbaiki hati dan mengobati
bagian yang menjadi penopang badan. Ketika itu telah membaik, seluruh
jasad pun menjadi baik.
Sesungguhnya penyakit ummat ini adalah
perpecahan, perselisihan dan pertengkaran yang merupakan ajaran agama
setan dan tugasnya. Sungguh setan telah putus asa agar orang-orang yang
mengerjakan sholat mau menyembahnya, maka dia bermaksud untuk menebarkan
perselisihan, mengajak pada permusuhan dan kebencian. Sehingga para
pecinta syahwat, beserta pengikut dan pendengar mereka pun tunduk kepada
si setan itu.
Kemudian makhluq-makhluq pun menjadi
saling membenci dan fitnah pun membesar. Hal ini tidak lain dikarenakan
oleh syahwat yang dikeluarkan oleh pemiliknya dengan membalik merubah
diin dan kebenaran, dan menebarnya di atas keseriusan orang-orang yang
tulus. Hingga ketika setan itu sampai pada tujuan yang dia inginkan, dia
tinggalkan mereka di padang pasir tandus yang tak berair dan tidak pula
berumput, sedangkan yang ada di depan mereka tidak lain adalah
fatamorgana.
Ummat ini tidak bisa terlepas dari musuh
mereka, kecuali dengan berjama’ah dan berdiri dalam satu barisan
menghadapi kebathilan, dan dengan memilih laki-laki yang hanya
menginginkan kemashlahatan diin dan menguatkan kekuatan kaum muslimin.
Sesungguhnya terjadinya kesalahan tidak
menggugurkan kewajiban berjama’ah. Ingatlah yang wajib bagi kita adalah
berkumpul dan berusaha merubah kemungkaran, lalu kita mentaati Alloh
dengan menjalankan yang Dia perintahkan dan merubah kemungkaran yang dia
larang. Wajib bagi kita untuk meninggalkan para pembual / pembuat
slogan, orang-orang yang tidak memiliki pengalaman dalam perang dan
tipudaya terhadap musuh, serta orang-orang yang tidak memiliki musuh.
Sehingga mereka mudah berbicara dengan menggunakan bahasa agama untuk
mencari ridho musuh, atau karena dengki, atau karena iri, atau karena
keinginan mendapat harta atau kekuasaan. Mereka adalah buih dan
orang-orang yang berhati rusak yang membenamkan ummat pada kesengsaraan
agar mereka dapat memetik buah dari keseriusan orang-orang yang tulus
dan menikmati kesejahteraan dari mereka.
Hendaknya kita juga harus mengetahui
bahwa runtuhnya sebuah daulah atau kehancurannya ditangan orang-orang
kafir tidak bermakna kendor / loyo untuk berjama’ah dan tidak bermakna
bahwa jama’ah tidak bermanfaat atau pengikut jama’ah tergesa-gesa dalam
memetik buahnya –dan memang terjadi-. Sesungguhnya pemuda dalam (kisah)
ukhdud / parit, menyebabkan terbunuhnya dirinya dan satu ummat manusia
dan mereka dibakar dengan api. Hal itu bukanlah wujud kesuksesan dalam
timbangan penyembah dirham dan dinar, akan tetapi Alloh menurunkan ayat
Al-Qur-an berkenaan dangan mereka yang terus dibaca hingga hari kiamat,
agar menjadi petunjuk dan bukti atas kesuksesan dan kemenangan mereka di
dunia dan akhirat. Maka apakah layak untuk dikatakan, “sesungguhnya
ghulam dalam (kisah) parit telah menyeret satu ummat kepada kerugian.”?
Hendaknya kita juga harus mengetahui,
bahwa jika kita menghendaki jama’ah yang tidak ingin berhadapan dengan
musuh, maka kita bagaikan orang yang membentangkan telapak tangannya
lalu memasukkannya ke dalam air untuk menyuapkan air itu ke mulutnya,
padahal air itu tidak akan sampai ke mulutnya. Sesungguhnya jama’ah
tidak akan memberikan buah yang diharapkannya hingga musuh benar-benar
memeranginya dengan sangat sengit. Sedangkan hasil peperangan pasti
bergulir. Pasti ada yang terbunuh, pasti ada yang terluka, ada yang mati
di bawah reruntuhan, harus ada yang tertawan dan terusir, bersamaan
dengan itu pula terjadi kelaparan, timbul rasa takut dan kekurangan
obat-obatan. Inilah jalan yang sebenarnya. Kemudian muncullah
kemenangan. Sedangkan jika kita menginginkan yang selain itu, maka
sesungguhnya kita menginginkan dari Alloh apa yang tidak diberikan pada
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Barang siapa yang menghendaki selain jalan itu, hendaklah dia meminta maaf dengan perkataan,
Dan hendaknya kita harus mengetahui
bahwa diin Alloh pasti menang, serta tentaranyalah yang menang dan
mendapat hasil akhir yang baik dengan izin Alloh. Kesuksesan dan
kebanggaan hanyalah bagi orang yang Alloh jadikan mampu menanggung hal
itu di tangannya. Ketika Alloh mengizinkan kemuliaan dicapai oleh
wali-walinya dan Dia giring kemenangan untuk diin-Nya, niscaya
bergembiralah siapa yang telah berkorban dan akan menyesallah siapa yang
penyesalan tak memberinya manfaat. Dan ketika itu kita akan ingat
terhadap firman Alloh subhaanahu wa ta’ala,
(لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن
قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ
أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى)
“Tidak sama orang yang berinfaq dan
berperang di antara kalian sebelum (datangnya) kemenangan. Mereka itu
adalah lebih besar derajatnya disbanding orang-orang yang berinfaq dan
berperang setelah (datangnya) kemenangan. Dan semuanya Alloh janjikan
kebaikan (bagi mereka).”
(QS Al-Hadid: 10)
Ketahuilah, sungguh telah datang
waktunya untuk berangkat berperang di jalan Alloh, kita letakkan tangan
kita di tangan saudara-saudara kita dan kita bersabar bersama mereka
ketika senang, menghadapi bahaya, lapang dan di waktu sempit. Jika kita
telah melakukan hal itu dengan tawakkal pada Alloh, ketika itu –dan
ketika itu saja-, matahari kemenangan akan terbit untuk menyinari bumi
islam dengan cahayanya, sehingga orang-orang yang beriman mendapat
penerangan dengan cahaya itu dan orang-orang munafiq pun menjadi buta.
Ya Alloh, tolonglah para mujahidin di
jalan-Mu di setiap tempat. Ya Alloh kumpulkanlah kalimat mereka di atas
kebenaran. Ya Alloh, kuatkanlah mereka dengan tentara langit dan bumi.
Ya Alloh, limpahkanlah kesabaran pada mereka, teguhkanlah langkah kaki
mereka dan menangkanlah mereka melawan kaum munafiq. Semoga shalawat dan
salam tetap tercurah untuk Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga, dan
sahabatnya. Aamiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ،
إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ
وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ
كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ.
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل
لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ،
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ
الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا
غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا
وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن
قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ،
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ
وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ
الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ
جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ
الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ
حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ
مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment