Diobati Rasulullah di Madinah


Syekh Said Ramadhan Al bouthi berkisah dalam kitab Hadza Walidi, tentang ayahnya, Syekh Ramadhan saat sakit di Madinah. Beliau berkata.

Setiap kali Ayah datang menuju kota Madinah, ia biasa bermukim di rumah sederhana miliki lelaki shalih bernama Syekh Muhammad Zakaria al-Bukhari. Dalam salah satu tahun seusai Ayah melakukan ibadah umrah, Ayah berangkat menuju kota Madinah. Pada saat itu tepat pada bulan Agustus di puncak cuaca yang sangat panas. Ia didampingi putraku Taufik yang menemaninya dalam perjalanannya kala itu. Ayah harus melewati perjalanan itu dengan bersusah payah; merasakan dahsyatnya cuaca yang sangat panas sehingga menyebabkan Ayah mengalami dehidrasi tinggi.

Tatkala ayah sampai di kediaman Syekh Muhammad Zakaria al-Bukhari, kesehatannya menurun drastis hingga membuatnya tidak bisa makan atau pun minum. Putraku Taufik meminta izin pada Ayah untuk mendatangakan dokter guna memeriksa kodisinya. Namun Ayah menolak dan berkata:

“Ini yang aku tunggu-tunggu selama 85 tahun; aku akan berkahir di tempat ini”

Muhammad Taufik bercerita, “Saya sangat merasa cemas. Terlebih setelah mendegar perkataan kakek tersebut. Saya sungguh khawatir ini benar-benar akan menjadi akhir dari kehidupannya. Saya lantas bergegas menuju Masjid Nabawi, dan melakukan shalat dua rakaat. Lalu saya menuju ke hadapan Rasulullah, berdiri di depannya dengan penuh khusuk dan takzim sembari memohon pertolongan dengan sungguh-sungguh. Setelah aku pulang, tak kusangka keadaan kakek sudah sangat membaik. Saya berkata kepadanya, ‘Segala puji bagi Allah, engkau terlihat sudah sangat membaik’. Kakek menjawab, ‘Iya. Baru saja aku bermimpi orang-orang membawakanku sebuah teko yang berisi minuman. Mereka hendak memberiku minum dari teko itu. Aku berkata pada mereka, ‘Aku sedang berpuasa (pada kenyataannya kakek memang sedang berpuasa pada hari itu).’ Salah seorang di antara mereka memaksaku untuk membuka mulutku. Seorang yang lain menuangkan minuman itu ke dalam mulutku, lantas aku meminumnya’”

Muhammad Taufik berkata pada Ayah, “Engkau melarangku untuk mendatangkan dokter untukmu. Saya tidak punya cara lain selain mengadu kepada kepada Rasulullah atas keadanmu ini. Saya pergi menuju Rasulullah dan mengadu kepadanya dengan penuh takzim seraya bertawasul dengan namanya; memohon kepada Allah untuk memberimu kesembuhan”

Tidak lama, Syekh Muhammad Zakaria datang menemui Ayah. Dia berkata:

“Bagaimana kondisimu saat ini?”

Ayah lantas menjawab, “Aku telah disembuhkan oleh kekasihku!”

Mendagar jawaban Ayah, Syekh Zakaria tertegun dan berteriak, “Allah! Allah!” Dia kemudian jatuh pingsan, tak sadarkan diri selama beberapa saat.

Setelah Syekh itu sadar. Ayah berkata kepadanya, “Wahai, Syekh! Seorang yang berada dalam makam (Shâhibul-maqâm; Rasulullah) lebih agung dibanding seorang yang mengalami keadaan ini (Shâhibul-hâl; Ayah)”

Syekh itu kemudia menjawab, “Kita sama-sama sedang berjalan dalam sebuah jalan. Semoga Allah memberikan karunia-Nya kepada kita untuk bisa sampai bersama-sama”.

Leave a comment