ke setiap hati para pejuang, menelusup kedalam bagian yanng paling
putih, menjaganya supaya tetap bersih dan suci. Agar senantiasa hadir
keperkasaan. Yang senantiasa mampu menentang kelemahan. Supaya
senantiasa mampu menentang kelemahan. Supaya senantiasa tertorehkan
catatan emas. Hingga senantiasa jaya, Islam dan kaum Muslimin.
(Dari hati yang senantiasa risau dengan kerisauan)
kelompok pertama adalah pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang dingin dan tenang. Kekuasan pemerintah telah tertanam kuat dan kemakmuran telah dirasakan oleh rakyatnya. Sehingga aktifitas pemuda tersebut lebih banyak tertuju pada dirinya sendiri daripada untuk umatnya. Dia pun kemudian cenderung bermain-main dan berhura-hura karena merasa tenang jiwanya dan lega hatinya.
Bisa jadi diantara mereka ada yang sangat ‘sehat’ keimanannya, namun hal tersebut tidak mampu mempengaruhi kondisi lingkungannya. Yang terlihat seolah-olah setiap anggotanya menyumbang kesalahan dan kelemahan-kelemahan kondisi jama’ah. Inilah yang perlu kita benahi, jika kita ingin menggolongkan diri kita kedalam golongan kedua.
Terlebih lagi dalam pertemuan formal, seharusnya tidak lagi sekedar dipandang rapat dengan nuansa yang sama dengan meeting di kantor-kantor.
Jika perasaan lebih utama menyergap kita disebabkan kedudukan struktural kita maka Rosululloh SAW ditegur dalam WS. Abasa karenanya
Jika kita merasa cukup aman dengan semua amanah yang kita emban, lalu dimanakah akan kita tampung air mata kekawatiran para khulafaur rasyidin.
Ini menuntun kita secara sadar untuk memahami bahwa perjuangan ini ingin mencapai suatu target yang besar. Dari kesadaran tersebut akan lahir secara alami persiapan-persiapan diri yang besar.
Dengan demikian rujukan kita adalah Islam semata. Jikapun ada budaya yang berkembang dalam organisasi dakwah kita maka itulah budaya Islam. Jika pun kita harus mengadaptasi karakter pemimpin maupun yang dipimpin dalam budaya organisasi tersebut maka itu bersumber dari sejarah Islam. Dan akhirnya target pribadi yang kita kejar selain target jamaah dalam aktifitas organisasi tersebut, maka tidak lain selain meraih kesempurnaan pribadi seorang muslim.
ya dorong yang kuat, yang dapat membuat mereka mau melaksanakan segala tuntutan keimanan tersebut.
Kita berharap bahwa keimanan kita adalah keimanan yang hidup. Yang menjelma menjadi semangat besar yang mampu mengalahkan semua kelemahan dan ketidakberdayaan. Keimanan yang melahirkan ekspresi perkasa, membuat orang percaya bahwa dengannya kita mampu menghancurkan gunung, mengarungi lautan, dan melintasi seluruh marabahaya yang menantang kita. Sampai jelas Islam ini menang bersama kita dan kita menang bersamanya.
Tentunya setelah kesadaran itu hadir, tidak perlu lagi kelemahan dan keterlenaan. Dan futur pun baik secara pribadi maupun jama’i hanyalah sekedar saat untuk istirahat karena setelah itu karya besar siap ditorehkan, merampungkan perjuangan, menggapai kejayaan Islam.
Pertama, pemberdayaan hal-hal yang bersifat ruhani atau mental spiritual. Kedua, pemberdayaan hal-hal yang bersifat jasmani atau fisik material. Ketiga, pemberdayaan menyangkut sosial. Keempat, pemberdayaan yang berkaitan dengan ekonomi. Kelima, pemberdayaan politik.
paragraf-paragraf diatas merupakan sari dari buku “Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah”. Suatu fenomena yang kini menjadi fakta-fakta lapangan hidup. Menyadarkan kepada kita untuk senantiasa mempersiapkan dan menjaga diri agar tidak memperpanjang deretan orang-orang yang berguguran di jalan dakwah.
Beberapa sebab yang bersumber dari pergerakan perlu kita cermati dan waspadai. Ust. Fathi Yakan merumuskannya menjadi 7 sebab
“Meskipun dalam kondisi jihad dan perang menghadapi musuh, tarbiyah masih sangat diperlukan. Faktor keimanan (sebagai hasil dari upaya tarbiyah) merupakan sebab utama kehadiran dan dukungan dan pertolongan Alloh SWT. Disamping itu kontinuitas tarbiyah yang bertujuan mempersiapkan generasi pelanjut bagi para mujahidin merupakan hal yang mendasar bagi kelanjutan jihad dan persiapan kualitatif yang akan mewarisi hasil jihad”
4. Lemahnya Kontrol
Di antara penyebab berjatuhan dari jalan dakwah adalah karena tidak adanya kontrol terhadap anggota. Juga, kurangnya perhatian terhadap berbagai situasi yang berpengaruh pada mereka. Sebagaimana umumnya manusia, anggota pergerakan juga menghadapai situasi sulit, krisis dananeka ragam prob lem. Baik persoalan kejiwaan, keluarga, ekonomi, atau lainnya. Apabila pergerakan turut membantu mencari solusi dan menyelesaikan semua itu, maka mereka akan melewati masa-masa sulit itu dengan selamat. Setidaknya, anggota merasa nyaman dan diperhatikan oleh lembaga yang selama ini memayunginya. Dan bila itu dilakukan, kepercayaan anggota terhadap pergerakan semakin mantap. Ia pun akan melanjutkan perjuangan dengan penuh semangat. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, maka mereka akan kecewa, frustasi dan akhirnya terpental dari pergerakan. Bahkan, mungkin ia akan keluar dari bingkai Islam.
Agar mampu mengontrol anggotanya, maka lembaga pergerakan harus menyeimbangkan perluasan daerah dan penambahan anggota dengan penyediaan jaringan kepemimpinan yang (dalam kondisi apapun) mampu menguasai basis massa, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan mereka yang terus berkembang.
Pola hubungan antar anggota dalam sebuah pergerakan yang telah ditentukan oleh Islam adalah pola hubungan yang dapat membaurkan pemikiran, perasaan, dan ruhani seluruh anggota. Sehingga, menjadi seolah-olah satu tubuh, sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya,
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintainya, saling mengasihinya, dan saling bersimpatinya seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya mengeluh karena sakit, maka seluruh tubuhnya merasa terpanggil untuk berjaga semalaman dan merasakan demam..” (HR Muslim)
5. Kurang Sigap dalam Menyelesaikan Persoalan
Setiap pergerakan pasti menemui persoalan yang butuh penyelesaian. Dan, setiap pergerakan memiliki cara dan bentuk tersendiri dalam menangani setiap persoalan tersebut. Apabila suatu lembaga pergerakan melakukan penanganan secara jelas, cepat, dan tepat, maka perjalanannya akan menjadi teratur, dan anggotanya menjadi sehat. Sebaliknya, apabila wadah ini lamban dalam memantau dan menyelesaikan masalah, maka persoalan akan semakin menumpuk dan perjalanan aktivitasnya akan menjadi terganggu.
Sebuah masalah kadang mulanya dipicu oleh persoalan yang kecil dan terbatas. Tetapi bila dibiarkan, akan menjadi semakin besar dan menyebabkan munculnya beberapa problem lain. Terkadang suatu persoalan hanya membutuhkan tidak lebih dari satu kata, satu keputusan, satu kunjungan, sekali pertemuan, sekali pemberian maaf, sekali teguran, sekali nasehat, sekali bantuan, sekali penjelasan, sekali pengungkapan, atau hal-hal mudah lainnya. Tapi ketika persoalan itu dibiarkan dan ditangguhkan, maka akan menyedot banyak energi dan waktu. Sementara persoalan terkadang berhasil diselesaikan dan terkadang tidak dapat diatasi.
Ketidaksigapan pergerakan dalam menyelesaikan persoalannya disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain,
- Terkadang disebabkan oleh jajaran pimpinan yang tidak terbiasa dan tidak mampu memberikan solusi secara tuntas serta cepat.
- Terkadang disebabkan oleh rutinitas struktural yang mengharuskan setiap persoalan mengalir melalui jajaran struktur, sehingga pimpinan tidak dapat memberikan penyelesaian yang cepat.
- Terkadang disebabkan oleh luasnya basis massa, minimnya pemimpin dan kurangnya kemampuan pimpinan dalam memenuhi tuntutan. Padahal, berbagai aktivitas biasanya hanya dapat dipenuhi oleh jaringan kepemimpinan yang full time dan memiliki pengalaman memadai.
6. Konflik Internal
Sebab-sebab munculnya konflik internal cukup banyak, antara lain,
- Lemahnya pimpinan dalam mengendalikan barisan dan mengatur berbagai urusan.
- Adanya tangan-tangan tersembunyi dan kekuatan eksternal yang sengaja mengobar fitnah.
- Perbedaan watak dan kecenderungan antar anggota yang disebabkan oleh ketidaksingkronan antara tarbiyah dan lingkungan.
- Persaingan untuk mendapatkan kedudukan atau posisi struktural maupun politis.
- Tidak adanya komitmen pada kebijakan, kaidah-kaidah serta prinsip-prinsip pergerakan, ketidaktaatan pada keputusan jajaran pimpinan, dan munculnya sikap-sikap infiradi (mengabaikan sistem syuro).
- Kosongnya aktivitas dan mandulnya produktivitas, padahal keduanya seharusnya menjadi kesibukan satu-satunya para aktivis dakwah dan penguras tenaga mereka.
Contoh kasus ini pada zaman Rasulullah saw. yaitu usaha orang yahudi dalam mengacaukan persatuan Muslim Aus dan Khazraj yang dengannya turun QS Ali Imran: 100 -105.
7. Pemimpin yang Lemah
Di antara penyebab langsung berjatuhan anggota pergerakan adalah lemah dan ketidakmampuan pimpinan dalam mengendalikan, serta menjaga keutuhan barisan pada setiap situasi.
Lemahnya kepemimpinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain,
- Lemahnya daya nalar dan intelektual pimpinan, sehingga tak mampu memberi kepuasan pada kehausan intelektual pemikiran bawahan. Atau, terkadang ia mampu dalam aspek pemikiran, tapi lemah pada aspek-aspek lainnya.
- Terkadang disebabkan oleh lemahnya kemampuan struktural, di mana jajaran pimpinan tidak memiliki bakat dan kemampuan manajerial yang dapat mengendalikan struktur, serta meletakkan prinsip-prinsip dasar keorganisasian. Maka itu, aktivitas menjadi kacau, kepentingan menjadi tumpang tindih, problem semakin menumpuk, dan berbagai permasalahan semakin berkembang. Hal ini dapat memicu munculnya fenomena berguguran di jalan dakwah.
Majalah Al Izzah Edisi ke 9 tahun 1 tanggal 30 September 2000
di tulis ulang oleh Akhi Adim Kadimullah di Forum Sholahuddin
saya izin save
LikeLike
silahkan
LikeLike
subhanallah…saya izin share blh?
LikeLike
sangat boleh
LikeLike