Anak Laki Harus Tangguh


Tugas memberi nafkah istri dan anak-anak adalah kewajiban suami, bukan kewajiban istri. Istri dicipta dari tulang rusuk makanya ia menjadi pendamping hidup, bukan dari tulang punggung untuk bersandar.

Laki-laki yang bertanggungjawab harus berusaha sekuat tenaga dan sekuat fikiran untuk mendapatkan finansial yang halal demi membiayai kehidupan keluarganya.

Makanya, anak laki-laki harus dididik sedini mungkin supaya memiliki ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan. Biasakan ia rajin bekerja dan mempunyai otot dan tulang yang kuat. Mau bekerja apa saja yang penting halal tanpa gengsi dan malu-malu. Jangan biarkan ia loyo, malas, tidak memfungsikan akal dan tenaganya dengan maksimal.

Fenomena aneh yang banyak kita saksikan di tengah-tengah masyarakat; istri bekerja sementara suaminya ongkang-ongkang kaki saja. Kebutuhan, sampai rokok istri yang membelikan. Bahkan ada yang istri dipaksa memberi uang untuk main judi. Setelah itu tuntutannya banyak pula, membuat istri bagaikan budak belian yang harus melayani semua keinginan dan kebutuhan tuannya. Menjadi suami yang tidak punya syahamah dan rujulah (harga diri dan sifat jantan).

Nasib dalam kehidupan ini tidak selalu ideal. Kadang-kadang istri punya pekerjaan yang lebih terhormat dan menghasilkan gaji lebih banyak dibanding penghasilan suami. Keadaan ini dalam suatu waktu memaksa untuk memilih antara dua, istri atau suami yang harus mengalah.

Tidak ada masalah jika istri yang bekerja bila hal itu disepakati kedua belah pihak atas dasar sama-sama suka, bukan karena paksaan suami. Namun, sungguhpun demikian hendaknya suami juga tahu diri. Beban rumah tangga jangan dilimpahkan lagi kepada istri.

Tugas memasak, mencuci, menstrika, membersihkan rumah, membereskan anak dll harus diambil alih oleh suami. Berumah tangga adalah kerjasama antara suami-istri, bukan hubungan tuan dengan budak, atau atasan dengan bawahan.

Perlu kiranya sebelum menerima seorang laki-laki untuk dijadikan menantu, lihat dulu, apakah ia seorang laki-laki yang mau bekerja atau laki-laki bertulang lemas yang pemalas.

Tidak perlu kaya, yang penting ia mau bekerja dan bertanggungjawab pasti Allah kucurkan rezki. Sekalipun ia anak orang kaya, ganteng tapi pemalas, lebih cocok dijadikan pajangan di museum dari pada diterima jadi suami. Apalagi kalau miskin, pemalas pula. Diapakan bagusnya?

NB: Catatan setelah mendengar beberapa curhatan mahasiswa tentang ayahnya. Geram 😡😡😡

Leave a comment