Kisah Bersama Para Polisi Intel Manhaj


Robi Maulana Saifullah

  ·

Kisah Bersama Para Polisi Manhaj

Kami tertarik dgn istilah dari kawan FB tentang banyaknya polisi atau intel manhaj. Karena memang benar banyak adanya. Sejak beberapa tahun silam setelah kami ‘berhijrah’ dari keghuluwan dalam beragama atau bermanhaj, dari sana mulailah bertebaran intel dan polisi manhaj yang selalu mengawasi gerak-gerik kami di media sosial dan dunia nyata. Mulailah kami diwanti-wanti/ditahdzir agar jangan ada masjid atau majelis taklim yang memakai jasa kami baik untuk jadi pengisi kajian, khatib jumat, khatib ied, dan imam atau kultum tarawih.

Bahkan di mana saja kami mengajar, intel dan polisi manhaj itu seolah tidak tenang hidupnya, dihembuskanlah isu bak sebuah surat dari petinggi polisi manhaj di daerah sekitar tersebut untuk menyatakan bahwa nama saya telah dicoret dalam barisan mereka dan agar jangan sampai ada satu masjid atau majelis pun yang memasukkan saya di dalamnya. Karena dianggap penebar syubhat, dst.

Di mana saja kami mengisi khutbah atau pengajian, bahkan beberapa kali di tempat ngajar, di sana ada saja polisi manhaj yang mengacaukan suasana. Apalagi jika polisi manhaj tersebut jadi bagian dari salah satu DKM nya atau pengurus pengajian dan majelisnya, pasti saya akan dicoret lambat laun. Kejadian tersebut sudah terjadi berkali-kali. Hingga jadwal mengajar yang tadinya di 5 tempat, kini hanya tersisa 1 tempat saja. Demikian pula dgn jadwal khutbah, dll, turun drastis. Saya tidak mengerti apakah ini sebuah kezaliman atau tidak karena banyak yang tak berdosa seperti para jamaah/murid-murid kami yg terkena imbasnya. Padahal mereka mengakui, walhamdulillah metode pengajaran dan penyampaian kami menurut mereka baik dan mudah dipahami.

Sempat kami berpikir, haruskah kami pindah haluan profesi menjadi pedagang, ber-wirausaha atau nge-gojek sekalian. Sempat juga berpikir haruskah saya hijrah tempat tinggal di tempat di mana sedikit polisi manhajnya di sana atau bahkan yang bersih dari polisi manhajnya. Karena memang kebetulan kami tinggal dan beraktivitas di daerah yang banyak sekali para polisi manhaj. Qadarullah.

Padahal kami dan banyak orang yang sudah ‘sadar’ lainnya hanya mengajak kaum muslimin untuk menghormati perbedaan dalam masalah cabang agama yg begitu banyak. Baik soal penampilan, pakaian, amaliah ibadah, dst. Adapun untuk pokok agama silakan pegang prinsip. Entahlah, mungkin selain kami juga banyak korban dari para polisi manhaj ini. Menghalangi dan mengacaukan orang-orang yang ingin berbagi ilmu dan kebaikan. Maka tak heran, jikalau sebagian mereka pun mendapatkan balasan penolakan di mana-mana. Kamaa tadiinu tudaan. Fa nas’alullāha as-salāmah wal ‘āfiyah.

Leave a comment