📝آداب العلماء في النّقد
📝Adab para ulama dalam mengkritisi
Imam Asy-Syafi’iy, beliau ada sanggahan kepada gurunya Imam Malik bin Anas, seperti dalam Bab “Ikhtilaf baina Malik wa Asy-Syafi’iy” namun tetap Imam Malik beliau katakan :
إذا ذُكر الحديث فمَالكٌ النجم
“Jika disebut Ilmu Hadits maka Imam Malik bintangnya”.
Imam Asy-Syafi’iy bahkan juga banyak membantah mazhab Imam Abu Hanifah, seperti dalam Bab “Ibthalul-Istihsan” di Ar-Risalah nya, bahkan dalam banyak bab ketika beliau sampai ke Iraq dan mengetahui pendapat-pendapat Imam Abu Hanifah, maka Imam Asy-Syafi’iy :
وضعت له حديثًا
“Aku letakkan hadits” yakni dalam rangka menyanggah mazhabnya. Namun tetap Imam Asy-Syafi’iy berkata tentang Imam Abu Hanifah :
هوَ أوّل من فتح باب الفقه
“Dia adalah orang pertama yang membuka pintu Fiqh”.
Demikian pula adab para ulama dan masyaikh mutaakhirin ketika menyanggah, seperti yang dilakukan oleh Syaikh Abdul-Muhsin Al-Badr ketika menyanggah tidak tanggung-tanggung, langsung 4 pendapat Syaikh Al-Albany disanggah dalam separuh halaman ini, yakni dalam permasalahan :
▶️ Wajibnya cadar
▶️ Bersedekap setelah rukuk
▶️ Tidak memotong jenggot lewat satu kepalan adalah bid’ah
▶️ Perhiasan emas yang melingkar.
Sebagian masail ini sudah masuk bahasan khilaf bid’ah amaliyah, tapi tetap Syaikh Abdul-Muhsin katakan tentang Syaikh Al-Albany :
لا أعلم له نظيرا في العناية بالحديث وسعة الاطّلاع فيه
“Aku tidak mengetahui ada yang semisal dengan beliau dalam perhatian terhadap Ilmu Hadits dan luas pengetahuannya”
Dan juga berkata :
لا أستغني وأرى أنه لا يستغني غيري عن كتبه والإفادة منها
“Aku dan orang-orang selain tetap butuh kepada kitab-kitab beliau dan mengambil faidah darinya”.
Sangat jauh dengan adab orang-orang zaman now yang berkata : “Otaknya perlu ditashrif” atau “Fulan pengikut hawa nafsu” atau “jahil kuadrat” atau celaan-celaan semisal. Ikut adab ulama atau orang zaman now? 🙂