Khutbah Idul Fitri: Istiqamah Selepas Ramadhan


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri: Istiqamah Selepas Ramadhan

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc –
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ
جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ
أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي
كِتَابِهِ الكَرِيْمِ
:
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
[
]يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
[
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
[
فَإِنَّ أَصْدَقَ
الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ
r وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha
illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga
dirahmati oleh Allah,
Hari ini kita berada dalam hari besar, hari
perayaan, hari di mana kita kembali berbuka puasa, yaitu hari Idul Fithri.
Suatu nikmat yang besar, kita dapat menjalankan ibadah shiyam, ibadah puasa
sebulan penuh. Kali ini kita berada pada awal Syawal 1437 H.
Ingatlah …

Sebagaimana para ulama di masa silam
seringkali berkata …
“Hari ini suatu kaum telah kembali dalam
keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”

Karena memang bulan Ramadhan itu penuh dengan
ampunan. Sehingga sampai ulama seperti Qatadah rahimahullah mengatakan, “Siapa
saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun
akan sulit diampuni.”
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan,
“Tatkala semakin banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja
yang tidak mendapati pengampunan tersebut, sungguh dia telah terhalangi dari
kebaikan yang banyak.”
Kita terus berdoa pada Allah, moga amalan kita
di bulan Ramadhan diterima di sisi Allah. Moga amalan kita yang penuh
kekurangan tetap mendapatkan balasan terbaik di sisi-Nya. Moga Allah juga
mengampuni kesalahan dan setiap kelalaian kita selama beramal di bulan
Ramadhan.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ وَأَجَلُّ اللهُ
أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا
Allahu akbar kabiiro, Allahu akbar kabiiro,
Allahu akbar walillahil hamd wa ajall, Allahu akbar ‘ala maa hadaanaa.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan pada
junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula kepada para sahabatnya dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha
illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Seorang mukmin sudah sepatutnya terus meminta
pada Allah keistiqamahan. Itulah yang kita pinta dalam shalat minimal 17 kali
dalam sehari lewat doa,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ
(6)
“Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.”
(QS. Al-Fatihah: 6)
Ini pertanda kita butuh untuk terus istiqamah.
Artinya, terus berada dalam jalur yang benar, tetap dalam ibadah pada Allah
walau sudah mengakhiri Ramadhan.
Apa keistimewaannya?
Disebutkan dalam kitab Hilyah Al-Auliya’
beberapa perkataan ulama berikut.
Ibnul Mubarak menceritakan dari Bakkar bin
‘Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin Munabbih berkata, ada seorang
ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia pun berkata, “Apa yang terjadi
padamu?” Dijawablah, “Aku begitu takjub pada si fulan, ia sungguh-sungguh rajin
ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya.” Wahb bin Munabbih segera
berkata, “Tidak perlu takjub pada orang yang meninggalkan dunia seperti itu.
Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa istiqamah.” (Hilyah Al-Auliya’,
4: 51)
Orang yang bisa istiqamah, ajek terus dalam
ibadah, itu lebih baik daripada orang yang memperbanyak ibadah.
Ingatlah …
Bisa terus istiqamah, itulah karamah seorang
wali Allah (kekasih Allah) yang begitu luar biasa,
وَأَنَّ الْكَرَامَةَ
لُزُومُ الِاسْتِقَامَةِ
“Sesungguhnya karamah (seorang wali Allah,
pen.) adalah bisa terus istiqamah.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10: 29)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ وَأَجَلُّ اللهُ
أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا
Allahu akbar kabiiro, Allahu akbar kabiiro,
Allahu akbar walillahil hamd wa ajall, Allahu akbar ‘ala maa hadaanaa.
Lalu bagaimana biar bisa terus istiqamah?
Ada beberapa kiat yang secara singkat kami
terangkan berikut ini.
Pertama: Selalu berdoa pada Allah karena
istiqamah itu hidayah dari-Nya
Kita butuh doa agar bisa istiqamah karena hati
kita bisa saja berbolak-balik. Oleh karenanya, do’a yang paling sering Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ
ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa
diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu).”
Adapun doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah
Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering
berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai
Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ
لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ
فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia
selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki,
maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang
dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Setelah itu Mu’adz bin Mu’adz (yang
meriwayatkan hadits ini) membacakan ayat,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS.
Ali Imran: 8) (HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Kedua: Berusaha menjaga keikhlasan dalam
ibadah
Amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah
itulah yang diperintahkan sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَمَا أُمِرُوا إِلا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ
فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Aku sama
sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang
menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya:
tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.” (HR. Muslim, no. 2985)
Adapun buah dari keikhlasan akan membuat
amalan itu langgeng, alias istiqamah. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَمَا لاَ يَكُوْنُ لَهُ
لاَ يَنْفَعُ وَلاَ يَدُوْمُ
“Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas
karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.”  (Dar’ At-Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 2:
188).
Para ulama juga memiliki istilah lain,
مَا كَانَ للهِ يَبْقَى
“Segala sesuatu yang didasari ikhlas karena
Allah, pasti akan langgeng.”
Ketiga: Rutin beramal walau sedikit
Amal yang dilakukan ajek (kontinu) walaupun
sedikit itu lebih dicintai Allah dibandingkan amalan yang langsung banyak namun
tak ajek.
Maksudnya, seseorang dituntun untuk konsekuen
dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan.
Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang
hanya sesekali dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ’Aisyah
–radhiyallahu ’anha-; beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى
اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala
adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465;
Muslim, no. 783). Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan
keras untuk merutinkannya.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha
illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Keempat: Rajin koreksi diri (muhasabah)
Kalau kita rajin mengoreksi diri, diri kita
akan selalu berusaha untuk baik. Allah Ta’ala memerintahkan kita supaya rajin
bermuhasabah (introspeksi diri),
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Hisablah
(koreksilah) diri kalian sebelum kalian itu dihisab. Siapkanlah amalan shalih kalian
sebelum berjumpa dengan hari kiamat di mana harus berhadapan dengan Allah.”
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 235)
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Pandanglah
amal yang telah kalian lakukan. Apakah amalan shalih yang berujung selamat?
Ataukah amalan jelek yang berujung celaka?” (Zaad Al-Masiir, 8: 224)
Kelima: Memilih teman yang shalih
Teman bergaul amat penting, itulah yang
memudahkan kita untuk istiqamah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
wajah-Nya.”  (QS. Al-Kahfi: 28)
Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ
الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ
الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ
تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang
shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan
pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli
(minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no.
2101)
Imam Al-Ghazali rahimahullah mengatakan,
“Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita
tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita
juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan
mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 94)
Teman yang shalih punya pengaruh untuk
menguatkan iman dan terus istiqamah karena kita akan terpengaruh dengan
kelakuan baiknya hingga semangat untuk beramal. Sebagaimana kata pepatah Arab,
الصَّاحِبُ سَاحِبٌ
“Yang namanya sahabat bisa menarik
(mempengaruhi).”
Ahli hikmah juga menuturkan,
يُظَنُّ بِالمرْءِ مَا
يُظَنُّ بِقَرِيْنِهِ
“Seseorang itu bisa dinilai dari orang yang
jadi teman dekatnya.”
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha
illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga
senantiasa mendapatkan berkah dari Allah,
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي
وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha
illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga
senantiasa istiqamah di jalan Allah,
Agar bisa istiqamah, ada point keenam yang
bisa diamalkan yaitu:
Melakukan Puasa Syawal
Karena dengan melakukan puasa Syawal berarti
sebagai tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan sebelumnya.
Dari Abu Ayyub Al-Anshori, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian
berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”
(HR. Muslim, no. 1164)
Kapan mulai puasa Syawal? Kapan pun boleh yang
penting masih di bulan Syawal.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan
melakukannya secara berturut-turut di awal Syawal. Jika tidak berturut-turut
atau tidak dilakukan di awal Syawal, maka itu boleh. Seperti itu sudah
dinamakan melakukan puasa Syawal sesuai yang dianjurkan dalam hadits.”
(Al-Majmu’, 6: 276)
Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta’ala agar
senantiasa memberikan kita petunjuk dan taufik untuk tetap beramal shalih
selepas Ramadhan ini.
Moga amalan kita di bulan Ramadhan yaitu
amalan shalat malam, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan lainnya diterima oleh
Allah. Moga kita diberi keistiqamahan serta diberi keistimewaan untuk bertemu
dengan bulan Ramadhan berikutnya.
Mari kita tutup khutbah Idul Fithri dengan
doa, moga Allah perkenankan setiap doa kita di hari penuh kebaikan ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ
قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا،
وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا
عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ
أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن
.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم 
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم
عِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ
وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ
كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ
بِخَيْرٍ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
.
Naskah Khutbah Shalat Idul Fithri oleh
Muhammad Abduh Tuasikal di Dusun Warak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul,
1 Syawal 1437 H (6 Juli 2016)

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment