Khutbah : Nasihat Buat Hati Yang Lalai


Nasihat Buat Hati Yang Lalai

(Khutbah Gerhana Matahari Ini Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ
الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ
جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا
الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ
عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ:
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ
مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ
النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن
Hadirin hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri
khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita perbaharui selalu kualitas
iman dan taqwa kita, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah
sampai akhir hayat kita.
Adapun tema khutbah gerhana kali ini adalah : Nasehat bagi hati yang lalai.
Dulu di zaman jahiliyah, orang-orang menyembah matahari dan bulan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ
وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah
matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika
Ialah yang kamu hendak sembah.”
(QS. Fushilat: 41)
Di zaman jahiliyah dahulu juga terdapat
anggapan ketika terjadi gerhana matahari atau bulan, itu terjadi karena
kematian atau lahirnya seseorang. Dan memang dahulu terjadi gerhana di
masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam karena kematian anaknya,
Ibrahim. Jadi orang-orang mengira gerhana itu terjadi karena kematian
anaknya. Itulah keyakinan jahiliyah yang masih ada dahulu. Lantas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ
“Matahari dan bulan adalah di antara
tanda yang membuktikan kebesaran Allah. Gerhana itu muncul bukan karena
sebab kematian seseorang”.
[1]
Ketika terjadi gerhana, Allah ingin
menakuti hamba-hamba-Nya. Terjadinya gerhana bukanlah karena kematian
seseorang. Allah hanya ingin menakuti hamba-Nya kala itu. Ketika gerhana
itu terlihat, maka segeralah shalat dan berdo’alah sampai gerhana
tersebut berakhir.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda
di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak
terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang.”
(HR. Bukhari no. 1060 dan Muslim no. 904).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
di sini mengingkari aqidah jahiliyah yang keliru ketika terjadinya
gerhana matahari dan bulan. Dan hendaklah ketika terjadinya gerhana
tadi, setiap orang shalat dan perbanyak do’a kala itu sampai gerhana
berakhir.
Gerhana di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
hanyalah sekali terjadi di Madinah setelah hijrah. Ketika itu beliau
keluar dengan rida’ (selendang) dengan penuh khusyu’ dalam keadaan takut
pada Allah Ta’ala. Keadaan beliau kala itu seakan-akan terjadi kiamat. Perlu diketahui bahwa tidak ada yang mengetahui hari kiamat selain Allah Ta’ala.
Beliau kemudian shalat bersama para sahabatnya, yaitu shalat kusuf
(shalat gerhana). Beliau memperpanjang bacaan, ruku’ dan sujudnya. Lama
bacaan beliau seperti sedang membaca surat Al Baqarah. Setelah membaca
surat, lalu beliau ruku’ dengan ruku’ yang panjang seperti berdiri.
Setelah ruku’, (beliau tidak langsung sujud) namun melanjutkan dengan
membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang yang lebih ringan dari
yang pertama. Lalu setelah itu beliau ruku’ dengan ruku’ yang lebih
ringan dari yang pertama. Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud.
Kemudian beliau berdiri dan melanjutkan raka’at kedua sama dengan cara
pada raka’at pertama namun dengan tata cara yang lebih ringan. Kemudian
setelah selesai raka’at kedua (seperti shalat lainnya), beliau salam.
Gerhana pun selesai, lantas beliau pun memberikan nasehat pada para
sahabatnya. Beliau memberi nasehat sesuai kondisi saat itu.
Tata cara yang lebih tepat adalah
seperti yang diterangkan dalam hadits yang telah kami sebutkan. Siapa
yang telah melakukan seperti itu, maka alhamdulillah, segala puji hanya
bagi Allah. Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang yang malah ketika
terjadinya gerhana, mereka menanti-nanti datangnya gerhana di padang
pasir dan meninggalkan shalat gerhana. Ini sungguh perbuatan orang bodoh
dan tanda kurangnya iman mereka. Padahal mereka bisa saja shalat. Perlu
dipahami bahwa boleh saja gerhana ini tanda awal-awal datangnya
musibah.
Perlu dipahami, siapa yang mampu membuat
sinar matahari akan terus bersinar, begitu pula dengan rembulan? Siapa
pula yang bisa menjamin bahwa sinar matahari yang tertutup tadi bisa
kembali, begitu pula rembulan? Bukankah jika sinar keduanya itu hilang
menandakan hari kiamat? Bukankah bisa jadi peristiwa ini adalah
awal-awal datangnya adzab? Nas-alullaha al ‘afiyah (kita meminta pada Allah keselamatan).
Seorang muslim tentu tidak bisa campur
tangan dalam hal-hal tadi, namun ia hanya bisa tunduk dan pasrah serta
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Para pakar memang bisa memperkirakan
kapan gerhana itu datang, dapat diketahui dengan perhitung-perhitungan
ketika melihat pergerakan bulan dan matahari. Hal ini dapat dikenal dari
ilmu falak. Namun hal ini tidaklah menghalangi manusia untuk shalat
sebagaimana diperintahkan. Gerhana juga menandakan bahwa sesuatu bisa
berubah dengan kehendak Allah, Dia-lah yang menjadikan gerhana tersebut
ada.
Ringkasnya, kita wajib yakin,
patut, dan takut pada Allah saat keadaan seperti ini. Dan sekali lagi
perlu dipahami bahwa gerhana adalah di antara tanda-tanda kiamat. Perlu
diketahui bahwa setelah nabi berhijrah, gerhana hanya terjadi sekali,
itu baru terjadi selama 10 tahun. Coba lihat sekarang, gerhana terjadi
setiap tahun, yaitu terjadi gerhana matahari dan bulan silih berganti.
Ini semua dengan kehendak Allah demi menakut-nakuti hamba-Nya. Nas-alullaha as salaamah wal ‘afiyah (kita meminta pada Allah keselamatan).
Nasihat bagi hati yang lalai
Allah berfirman:
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي
غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (1) مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ
مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2)
Artinya : “Telah dekat kepada
manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam
kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidaklah datang kepada mereka
suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka,
melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main.”
(QS. Al-Anbiya : 1-2).
Orang yang memperhatikan keadaan manusia
pada zaman sekarang ini akan dapat melihat betapa tepatnya ayat ini
dengan kenyataan yang ada. Mereka berpaling dari minhaj Allah, agama
Allah, hukum Allah, serta lalai dari urusan akhirat dan tujuan mereka
diciptakan. Mereka merasa seolah-olah tidak diciptakan untuk beribadah,
melainkan untuk bersenang-senang mengikuti hawa nafsunya. Mereka
berfikir tentang dunia, mereka mencintai karena dunia, dan meraka
bekerja demi dunia. Mereka saling bersaing, bermusuhan bahkan saling
membunuh hanya karena dunia.
Itu semua telah menyebabkan mereka
meremehkan dan mengabaikan perintah-perintah Rabbnya. Bahkan sebagian
mereka ada yang sudah berencana untuk meninggalkan shalat atau menunda
hingga akhir waktu karena ada urusan pekerjaan atau menyaksikan
pertandingan, atau karena janji dan lain sebagainya.!!
Segala sesuatu dalam hidup ini memiliki
porsi di hati mereka. Pekerjaan, perdagangan, olahraga, perjalanan,
film-film, sinetron, lagu dan musik, makan, minum, tidur, dan semuanya
memiliki tempat tersendiri dalam hatinya kecuali Al-Qur’an dan
perintah-perintah agama.
Engkau lihat bahwa salah seorang dari
mereka begitu cerdas dan pandai dalam perkara dunia, akan tetapi si
cerdas yang “miskin” ini tidak dapat mengambil manfaat dari kepandaian
dan kecerdasannya itu pada perkara yang bermanfaat baginya di akhirat
kelak. Kepandaiannya tidak menuntunnya menuju jalan hidayah dan
istiqamah di atas agama Allah yang padahal di sanalah dia akan
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sungguh inilah bentuk
terhalangnya seseorang dari merasakan kebahagian hakiki.
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Ar-Rum: 7)
Kita katakan kepada mereka yang
senantiasa tenggelam dalam kezhaliman, dosa, dan kemaksiatan bahwa
mereka ini boleh jadi tidak mempercayai adanya neraka, atau meyakini
bahwa neraka diciptakan untuk selain mereka. Mereka telah lupa akan hari
perhitungan dan hari pembalasan dan mereka pura-pura buta akan apa yang
terpampang di hadapan mata berupa kedahsyatan, kesulitan dan
kengeriannya.
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan).” (QS. Al-Hijr: 72)
Mereka sibuk mengurusi kenyamanan dan
kebahagian fisik mereka di dunia yang fana dan mereka mengabaikan
kebahagiaan dan kenyamanan di akhirat yang kekal selamanya. Betapa
semangatnya mereka mengejar harta. Betapa seriusnya mereka dalam
bekerja. Dan betapa telatennya mereka memperhatikan kesehatan tubuhnya.
Akan tetapi, mempelajari urusan agama, memahami, mengamalkan, dan
berpedoman padanya adalah perkara yang paling akhir yang dipikirkannya.
Itupun kalau mereka masih punya sisa waktu dari kesibukannya mengejar
dunia.
Waktu mereka habis tanpa faidah. Bahkan
mayoritasnya dihabiskan pada hal yang diharamkan dan melanggar yang
diwajibkan. Mereka melakukannya dengan dalih mencari kesenangan dan
kebahagiaan. Padahal apa yang mereka lakukan ini sama sekali tidak akan
mengantarkan melainkan kepada kesengsaraan. Sadar atau tidakkah mereka
itu dengan firman Allah SWT:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
(QS. Thaha: 124)
Lihatlah saudaraku bagaimana kita
menyikapi perintah Allah dan Rasul-Nya SAW? Apakah kita mengamalkan dan
merealisasikannya dalam kehidupan atau kita mengabaikannya dan hanya
mengambil sebagian yang sesuai dengan ambisi dan nafsu kita semata?
Agama ini tidak bisa dipecah-pecah.
Iltizam (berpegang) pada sebagian urusannya dan meninggalkan yang
lainnya dianggap sebagai penghinaan, meremehkan, dan mempermainkan
perintah Allah SWT. Sangatlah tidak layak bagi seorang muslim untuk
berbuat demikian. Sungguh Allah telah melarang hal itu dan mengancam
pelakunya dengan adzab yang pedih.
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ
وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ
إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ
إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Apakah kamu beriman kepada sebagian
Al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi
orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan di dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa
yang amat berat.”
(QS. Al-Baqarah: 85)
Muslim yang sejati waktunya habis untuk
beribadah. Agama baginya bukanlah hanya sekedar simbol ibadah.
Ditunaikan kemudian hidup dalam kehidupan yang tanpa agama dan tanpa
ibadah. Yakni kehidupan dengan makanan yang haram, minum yang haram,
mendengar yang haram, melihat yang haram, bicara yang haram, dan berbuat
yang haram!! Sungguh mereka yang berbuat demikian berarti tidak faham
hakikat Islam yang diemban dan dia dambakan.
Saudaraku! Wahai yang tenggelam dalam
kemaksiatan, sampai kapankah kelalaian ini akan berlangsung? Sampai
kapankah engkau berpaling dari Allah? Tidakkah tiba saatnya engkau
bangun dan bangkit dari kelalaian ini? Belum tibakah saatnya hati yang
keras ini menjadi lunak dan khusyu’ kepada Rabb semesta alam?
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ
تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا
يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ
الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belum datangkah waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).”
(QS. Al-Hadid: 16)
Segeralah bertaubat dan semangatlah!
Tidakkah kita ingin menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang
bertaubat? Tidakkah kita menginginkan apa yang mereka inginkan? Apakah
engkau merasa lebih kaya dan tidak butuh kepada apa yang mereka dambakan
berupa pahala di sisi Allah? Apakah mereka takut kepada Allah sementara
kita merasa kuat sehingga tidak takut kepada-Nya? Kemudian bayangkanlah
juga oleh kita neraka, panasnya, luasnya, dalamnya, kedahsyatan dan
kengeriannya. Adzab yang diderita oleh penghuninya berlangsung terus
tanpa henti.
كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا فِيهَا وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Setiap kali mereka hendak ke luar
dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke
dalamnya. (kepada mereka dikatakan): ‘Rasakanlah adzab yang membakar
ini.'”
(QS. Al-Hajj: 22)
Bayangkanlah semua itu mudah-mudahan
akan membantu kita untuk segera bertaubat kembali kepada Allah. Demi
Allah, kita selamanya tidak akan pernah menyesal karena taubat. Bahkan
engkau akan mendapatkan kebahagiaan dengan izin Allah di dunia dan di
akhirat dengan kebahagian yang sebenarnya. Berusahalah mulai hari ini
untuk menempuh jalan tersebut dan janganlah menyerah. Bukankah engkau
senanitasa membaca dalam shalatmu:
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.” (Al-Fatihah:6)?
Maka selama engkau menghendaki jalan yang lurus, mengapa engkau tidak menempuh dan menelusurinya!!
Saudaraku hati-hatilah kalian jangan
sampai tertipu oleh dunia dan condong kepadanya. Hati-hatilah kita untuk
menjadikan dunia sebagai cita-cita dan tujuan hidup kita. Sungguh
setiap kali kita melewati detik demi detik dari hidupmu ini dan engkau
merasakan kenikmatannya, berarti engkau pergi meninggalkannya. Maka
sangatlah disesalkan apabila kematian datang menjemputmu sementara
engkau belum sempat bertaubat.
Sangatlah disayangkan ketika engkau
diseru untuk betaubat engkau tidak menyahutnya. Jadilah engkau orang
yang cerdas yang bisa berfikir dan beramal untuk apa yang akan dihadapi.
Di depanmu telah menanti kematian dan sakaratnya, qubur dan
kegelapannya, padang mahsyar berikut kedahsyatannnya. Engkau akan
berdiri dihadapan Allah dan akan ditanya tentang apa yang telah engkau
kerjakan, baik kecil ataupun besar. Maka persiapkanlah jawaban untuk
itu.
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (92) عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (93)
“Maka demi Tuhanmu, Kami akan menanyai mereka semua, tentang apa yang mereka kerjakan dahulu.” (QS. Al-Hijr: 92-93)
Maka hati-hatilah jangan sampai berbuat
kesalahan sehingga engkau akan menyesal pada hari di mana tidak
bermanfaat lagi penyesalan. Selamatkanlah dirimu dari neraka selama
kesempatan itu masih ada di tanganmu dan sebelum engkau berkata:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ
إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)
“(Demikianlah Keadaan orang-orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka,
Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).”Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku bisa berbuat amal shalih terhadap
apa yang telah aku tinggalkan.”
(QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Dan saat itu keinginanmu tersebut tidak Allah kabulkan sama sekali.
Kita mohon pada Allah keselamatan dan
moga kita dihilangkan dari berbagai keburukan diri kita. Semoga Allah
menganugerahkan pada kita taubat yang ikhlas, dan moga Allah beri kita
taufik dalam perkataan dan perbuatan.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ
الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا
غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا
وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن
قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ،
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ
وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ
الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ
جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ
الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ
حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment