Sholat tarowih 4 rokaat sekali salam


Sholat tarowih 4 rokaat sekali salam

Banyak terjadi dimasyarakat, yang mana mereka melaksanakan sholat tarowih 4 roka’at satu salam

Lalu bagaimana hukumnya, apakah sah sholatnya?

Jawaban :

Banyak dari kitab-kitab yang mu’tabar yang telah menjelaskan hal ini,

Kesimpulannya adalah : sholat tarowih ini bilangan minimal nya 2 roka’at dan bilangan paling banyak adalah 20 roka’at dan wajib dilakukan 2 rokaat satu salam 2 rokaat satu salam (berarti dalam 20 roka’at terdapat 10x salam)

Maka jika ada orang yang melakukan sholat tarowih 4 roka’at satu salam, maka diperinci :

1. Jika sengaja dan tahu akan hukumnya, maka sholat tarowihnya tidak sah

2. Jika tidak tahu hukumnya atau tidak sengaja, maka sholatnya jatuhnya menjadi sholat sunnah mutlaq karena dia menyalahi aturan yang disyari’atkan

Catatan penting : Dalam sholat tarowih tidak diperbolehkan seseorang niat secara mutlaq, akan tetapi niatnya adalah dengan niat sholat sunnah tarowih atau sholat qiyam romadhon

Yang diniati setiap 2 roka’at 2 roka’at daripada sholat tarowih

Referensi :

اعانة الطالبين ١/٣٠٦

ويجب التسليم من كل ركعتين، فلو صلى أربعا منها بتسليمة لم تصح، بخلاف سنة الظهر والعصر والضحى والوتر.

(قوله: ويجب التسليم) الأولى التعبير بفاء التفريع، إذ المقام يقتضيه لأنه مفرع على قوله بعشر تسليمات.

(قوله: فلو صلى أربعا منها) أي أو أكثر.

(وقوله: لم تصح) أي أصلا إن كان عامدا عالما، وإلا صحت له نفلا مطلقا.

فتح الجواد ١/١٦٣

اَلتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً , وَيَجِبُ فِيْهَا أَنْ تَكُوْنَ مَثْنَى بِأَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِشِبْهِهَا بِاْلفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ بِخِلاَفِ نَحْوِ سُنَّةِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ .

نهاية المحتاج ١٢٧/٢

وَلَا تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ بَلْ يَنْوِي رَكْعَتَيْنِ مِنْ التَّرَاوِيحِ أَوْ مِنْ قِيَامِ رَمَضَانَ.

وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا، وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ

روضة الطالبين ٣٣٤/١

التَّرَاوِيحُ، عِشْرُونَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ.

قُلْتُ: فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ، لَمْ يَصِحَّ. ذَكَرُهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ فِي (الْفَتَاوَى) لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ

بشرى الكريم ٣١٦

و (يسلم) في التراويح حتماً (من كل ركعتين)؛ لشبهها بالفرض في طلب الجماعة، فلا تغير عما ورد، فلو أحرم بأكثر من ركعتين عامداً عالماً .. لم تنعقد، وإلا .. انعقدت نفلاً مطلقاً،

NB : 20 roka’at adalah bilangan paling banyak dalam tarowih

Jika seseorang melakukan sholat tarowih hanya 8 roka’at saja(tidak mengambil bilangan paling banyak 20), maka dia tetap mendapatkan pahala sholat tarowih

Bahkan jika hanya 2 roka’at saja tetap mendapatkan pahala

Referensi :

بشرى الكريم ٣١٦

ولو اقتصر على بعض العشرين .. صح وأثيب عليه ثواب التراويح خلافاً لبعضهم

saya sebelum ini)

✏️Abdurrahman Bin Farid Al Mutohhar

Banyak dikalangan masyarakat melaksanakan sholat tarowih 4 roka’at satu salam dengan dalil hadist sayyidah aisyah dalam shohih bukhori

Redaksinya begini :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَال: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، كَيْفَ كَانَتْ صَلاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالتْ: “مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثًا” فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَال: “يَا عَائِشَةُ، إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي”

Yang artinya : Salah satu tabi’in abu salamah bin abdurrahman bertanya kepada Sayyidah aisyah akan bagaimana sholatnya nabi muhammad di bulan romadhon?

Maka beliau menjawab : Rasulullah tidak pernah melakukan sholat malam (sepanjang tahun) pada bulan romadhon dan bulan² lainnya lebih dari 11 rokaat. Kemudian beliau perinci:

Beliau sholat 4 rakaat dan jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya sholat beliau, Kemudian beliau sholat 4 rakaat lagi dan jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya sholatnya, Kemudian beliau shalat 3 rakaat lagi,

Kemudian aku bertanya kepada rasulullah : ”Ya Rasulullah apakah kamu tidur sebelum shalat Witir”? Kemudian beliau menjawab: ” wahai Aisyah, meskipun kedua mataku tidur, hatiku tidaklah tidur”

Banyak dari masyarakat yang memahami hadist ini bahwa ini adalah dalil bahwa nabi muhammad melakukan sholat tarowih 4 rokaat satu salam 4 rokaat satu salam kemudian ditutup witir 3 rokaat

Maka disini saya akan menjawab sedetail mungkin in sya allah dari pemahaman hadits tersebut:

1. Pertama :

Yang bertanya kepada sayyidah aisyah adalah abu salamah, beliau adalah seorang tabi’in, yang artinya beliau sudah sering melakukan sholat tarowih bersama para sahabat dan melihat prosesnya langsung yang dilakukan oleh mereka adalah sholat tarowih dengan 2 rokaat satu salam, bukan 4 rokaat satu salam, karena itu adalah hal yang sudah diketahui oleh beliau dan yang lainnya, maka beliau penasaran akan cara dari sholatnya rasulullah yang belum beliau ketahui, akhirnya beliau bertanya kepada sayyidah aisyah akan bagaimana sholatnya rasulullah

2. Kedua :

Jawaban dari sayyidah aisyah menunjukkan keumuman bukan kekhususan

Karena :

– Pertama : beliau disitu mengatakan “tidaklah rasulullah menambah ada di BULAN ROMADON DAN SELAIN BULAN ROMADHON melebihi dari 11 rokaat”

Maka tidak bisa kita ambil hukum bahwa ini dalil untuk sholat tarowih, karena tarowih hanya ada di bulan romadhon, tidak ada di selain bulan romadhon

– Kedua : ulama’ sepakat bahwa yang dimaksud oleh sayyidah aisyah dalam hadist tersebut adalah sholat witir bukan sholat tarowih dengan alasan diatas

Jadi beliau menjelaskan bahwa rasulullah baik didalam bulan romadhon ataupun diluar bulan romadhon sholat witirnya sebanyak 11 rokaat dan tidak pernah lebih

Lalu mengapa sayyidah aisyah bertanya kepada rasulullah: “apakah kamu tidur sebelum shalat Witir”? Kemudian beliau menjawab: ”wahai Aisyah, meskipun kedua mataku tidur, hatiku tidaklah tidur”

Yang akhirnya banyak dari masyarakat yang memahami dalam pertanyaan beliau bahwa 4 rakaat tersebut adalah tarowih dan 3 rokaat nya adalah witir, dan lagi2 ini adalah pemahaman yang salah

Mengapa salah?

Karena, ulama ahli hadits menjelaskan bahwa rasulullah setelah melakukan sholat witir 4 rokaat pertama kemudian beliau tidur kemudian bangun dan melanjutkan lagi 4 rokaat kemudian tidur lagi, kemudian bangun dan dilanjut dengan 3 rokaat (supaya menjadi ganjil bilangan witir 11 rokaat)

3.Ketiga :

Ada hadist lain yang menguatkan bahwa sholat tarowih itu dilakukan 2 rokaat satu salam

Rasulullah bersabda :

صلاة الليل مثنى مثنى

“Sholat malam itu adalah 2 rokaat 2 rokaat”

Al imam ibnu rojab al hanbali dalam kitabnya fathul bari menjelaskan ma’na dari hadits tersebut, bahwa yang dimaksud adalah salam disetiap 2 rokaat, dan itulah yang ditafsirkan oleh sy abdullah bin umar bin khattab

Al Imam As Syafii mengatakan :

فَكُلُّ كَلَامٍ كَانَ عَامًا ظَاهِرًا فِي سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ فَهُوَ عَلَى ظُهُوْرِهِ وَعُمُوْمِهِ حَتَّى يُعْلَمَ حَدِيْثٌ ثَابِتٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ

Yang artinya:

“Setiap perkataan Rasulullah dalam hadis yang bersifat umum atau dhohir diberlakukan kepada arti dhahir dan umumnya sampai diketahui ada hadis lain yang tetap dari Rasulullah”

Maka madzhab al imam as syafi’i berpendapat bahwa sholat tarowih itu wajib dilakukan secara 2 rokaat satu salam dengan dalil tersebut

4. Keempat:

Al Imam Ash Shon’anii didalam kitab nya Subulussalam syarah bulughul marom menjelaskan hadits dari yang diriwayatkan dari sayyidah aisyah diatas, bahwa disaat beliau mengatakan :

“Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang tahun) pada bulan Romadhonn dan bulan2 lainnya lebih dari 11 rakaat”

Kemudian Sayyidah Aisyah merincikan sholatnya Rasulullah dengan perkataannya:

”Beliau shalat 4 rakaat”

Maka kata imam as shon’ani : Redaksi ini memiliki kemungkinan 4 rakaat tersebut dilakukan sekaligus dengan 1 salam, dan ini adalah ma’na yang dhohir (sesuai konteks), dan juga bisa dipahami 4 rakaat itu dilakukan secara terpisah (2 rokaat- 2 rokaat), akan tetapi pemahaman ini jauh hanya saja bisa sesuai dengan hadist lain : “Shalat malam itu dilakukan dengan 2 rakaat- 2 rakaat”

Maka dari ucapan imam syafi’i tersebut dan pemahaman dari imam as Shon’anii bisa ditarik kesimpulan bahwa redaksi hadits yang masih bersifat umum atau dhohir, boleh² saja dipahami akan ma’na dhohirnya, tapi dengan catatan selama tidak ada keterangan lain dari hadist Rasulullah,

Tapi bila ditemukan hadits Rasulullah yang menjelaskan redaksi dhohir dan umum dalam satu hadits, maka hadis tersebut tidak boleh lagi dipahami secara dhohir dan umum

Jika hendak dipertentangkan antara dua hadis diatas : hadis tentang sholat yang dikerjakan 2 rokaat-2 rokaat maka kita dapati hadis tersebut lebih kuat dan lebih banyak diamalkan oleh umat sebab ia merupakan hadis Qowli (perkataan Nabi) bahkan dalam riwayat lain dikatakan juga sebagai hadis Fi’liy (perbuatan Nabi),

Sedangkan hadis dari sayyidah Aisyah hanya merupakan hadis Fi’liy (perbuatan Nabi), maka ketika terjadi perbedaan antara perkataan Nabi dengan perbuatannya maka yang harus dilakukan umatnya adalah mengamalkan apa yang diperintahkannya (perkataannya), sebabnya adalah lantaran perbuatan Nabi bisa jadi merupakan kekhususan bagi beliau yang tidak berlaku bagi umatnya

Ini sedikit dari jawaban hadist tersebut

Adapun tentang hukum sholat tarowih 4 rokaat satu salam secara lintas madzhab adalah sebagai berikut:

1. Madzhab syafi’i: Tidak sah jika sengaja dan tahu akan hukumnya,

Bila tidak tahu akan hukumnya atau karena lupa maka jatuhnya sholat sunnah mutlaq

Karena wajib salam disetiap 2 rokaat

2. Madzhab Hanafi : Sah namun makruh jika disengaja

3. Madzhab malik: Sah, karena melakukan sholat tarowih 2 rokaat satu salam adalah kesunnahan bukan kewajiban

4. Madzhab Hanbali : tidak kami dapati pembahasan dari madzhab hanbali dalam masalah ini

Namun menurut selain madzhab syafi’i, walaupun sah tarowih yang dilakukan secara 4 rokaat satu salam, tetap paling afdhol menurut mereka adalah dilakukan dengan 2 rokaat satu salam

Referensi :

منار القاري شرح مختصر صحيح البخاري ٢/٣٣٧

معنى الحديث: أن صلاة النبي – صلى الله عليه وسلم – كما تقول عائشة رضي الله عنها: كانت متساوية في سائر شهور السنة، لا تزيد في رمضان ولا غيره على إحدى عشرة ركعة، منها الوتر ” يصلّي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلّي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ” فقد بلغن غاية الحسن والكمال في جودة القراءة وطول القيام والركوع والسجود، ” ثم يصلّي ثلاثاً ” ركعتين شفعاً وركعة وتراً. ” فقلت يا رسول الله أتنام قبل أن توتر “، أي: كيف تنام قبل الوتر، لأن أباها كان لا ينام حتى يوتر، كما أفاده الزرقاني، ” فقال: يا عائشة إنّ عيني تنامان ولا ينام قلبي “، أي إنما أؤخر الوتر إلى آخر الليل، وأنام قبله، لأنني لا أخشى على نفسي أن أغفل عنه فيفوتني، فإن قلبي لا ينام وإن نامت عيني، كما هو الشأن في سائر الأنبياء “. الحديث: أخرجه الخمسة ولم يخرجه ابن ماجة. والمطابقة: في قولها: ” ما كان يزيد في رمضان ولا غيره إلخ “.

فقه الحديث: دل الحديث على أن صلاة النبي – صلى الله عليه وسلم – الليلية كانت متساوية في جميع الليالي لا تزيد عن إحدى عشرة ركعة بالوتر

سبل السلام ٣/٤٤

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ فَصَّلَتْهَا بِقَوْلِهَا ( يُصَلِّي أَرْبَعًا ) يُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُتَّصِلَاتٌ وَهُوَ الظَّاهِرُ وَيُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُنْفَصِلَاتٌ وَهُوَ بَعِيدٌ إلَّا أَنَّهُ يُوَافِقُ حَدِيثَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى .

فتح الباري لابن رجب ٩٧/٩

وقوله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: ((صلاة الليل مثنى مثنى)) –يعني: ركعتين ركعتين.

والمراد: انه يسلم في كل ركعتين، وبذلك فسره ابن عمر.

أخرجه مسلم في ((صحيحه)) .

ويدل بمفهومه على أن صلاة النهار ليست كذلك، وأنه يجوز أن تصلى أربعا.

وقد كان ابن عمر –وهو راوي الحديث – يصلي بالنهار أربعا، فدل على أنه عمل بمفهوم ما روى.

الموسوعة الفقهية ٢٧/١٤٥

وَاخْتَلَفُوا فِيمَنْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ وَلَمْ يُسَلِّمْ مِنْ كُل رَكْعَتَيْنِ:

فَقَال الْحَنَفِيَّةُ: لَوْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ كُلَّهَا بِتَسْلِيمَةٍ وَقَعَدَ فِي كُل رَكْعَتَيْنِ فَالصَّحِيحُ أَنَّهُ تَصِحُّ صَلاَتُهُ عَنِ الْكُل؛ لأَِنَّهُ قَدْ أَتَى بِجَمِيعِ أَرْكَانِ الصَّلاَةِ وَشَرَائِطِهَا؛ لأَِنَّ تَجْدِيدَ التَّحْرِيمَةِ لِكُل رَكْعَتَيْنِ لَيْسَ بِشَرْطٍ عِنْدَهُمْ، لَكِنَّهُ يُكْرَهُ إِنْ تَعَمَّدَ عَلَى الصَّحِيحِ عِنْدَهُمْ؛ لِمُخَالَفَتِهِ الْمُتَوَارَثَ، وَتَصْرِيحُهُمْ بِكَرَاهَةِ الزِّيَادَةِ عَلَى ثَمَانٍ فِي صَلاَةِ مُطْلَقِ التَّطَوُّعِ فَهُنَا أَوْلَى.

وَقَالُوا: إِذَا لَمْ يَقْعُدْ فِي كُل رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمَةً وَاحِدَةً فَإِنَّ صَلاَتَهُ تَفْسُدُ عِنْدَ مُحَمَّدٍ، وَلاَ تَفْسُدُ عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ، وَالأَْصَحُّ أَنَّهَا تَجُوزُ عَنْ تَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ؛ لأَِنَّ السُّنَّةَ أَنْ يَكُونَ الشَّفْعُ الأَْوَّل كَامِلاً، وَكَمَالُهُ بِالْقَعْدَةِ وَلَمْ تُوجَدْ، وَالْكَامِل لاَ يَتَأَدَّى بِالنَّاقِصِ .

وَقَال الْمَالِكِيَّةُ: يُنْدَبُ لِمَنْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ التَّسْلِيمُ مِنْ كُل رَكْعَتَيْنِ، وَيُكْرَهُ تَأْخِيرُ التَّسْلِيمِ بَعْدَ كُل أَرْبَعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَل عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ فَالأَْفْضَل لَهُ السَّلاَمُ بَعْدَ كُل رَكْعَتَيْنِ .

وَقَال الشَّافِعِيَّةُ: لَوْ صَلَّى فِي التَّرَاوِيحِ أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ لَمْ يَصِحَّ، فَتَبْطُل إِنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا، وَإِلاَّ صَارَتْ نَفْلاً مُطْلَقًا، وَذَلِكَ لأَِنَّ التَّرَاوِيحَ أَشْبَهَتِ الْفَرَائِضَ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ .

وَلَمْ نَجِدْ لِلْحَنَابِلَةِ كَلاَمًا فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ.

Leave a comment