PUJIAN SEBELUM SHOLAT… ???


PUJIAN SEBELUM SHOLAT… ???

Mbah Yai Maimoen Zubair ketika ada orang (dari Bojonegoro) melaporkan bahwa sebelum sholat orang-orang di desanya itu pujian (membaca syi’ir-syi’ir agama yang memuji nabi atau petuah agama), sedang di Arab tidak ada, lalu beliau menjawab :

“Itu khan di Arab, ini Indonesia bukan Arab….. !!!”

Di Indonesia itu lama menunggu jamaahnya datang, sambil menunggu ada yang membaca sholawat, pujian, dll. Mereka bersenandung juga berdzikir kepada Allah. Yang sholat qabliyyah tidak ada yang protes, biasa saja…..

Maka di pondok saya yang lama (Riyadhus Sholihin yang di asuh oleh Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi, Allaahu yarhamuhu) dan pondok saya Al Anwar Sarang yang diasuh KH Maimoen Zubair, sebelum adzan di baca pujian atau sholawat.

Al Wazir al Masyhur Nizham al Mulk, as-Sulthan al Adil al ‘Alim al Mujahid SHALAHUDDIN AL AYYUBI–semoga Allah merahmatinya, pada masa kekuasaannya beliau memerintahkan agar dikumandangkan dasar-dasar aqidah sesuai dengan ibarat-ibarat Imam al Asy’ari di atas menara-menara sebelum adzan Shubuh, dan agar diajarkan nazhaman yang dikarang oleh Muhammad ibn Hibatillah al Barmaki untuk anak-anak di kuttab-kuttab, di antara bait-baitnya adalah sebagai berikut:

وصانع العالم لا يحويه قطر تعالى الله عن تشبيه

قد كان موجودا ولا مكان وحكمه الآن على ما كان

سبحانه جل عن المكان وعز عن تغير الزمان

فقد غلا وزاد في الغلو من خصه بجهة العلو

Maknanya:”Dan pencipta alam ini tidak diliputi oleh arah, Maha Suci Allah dari serupa”

“Allah ada (tanpa permulaan/azali) dan belum ada tempat, dan setelah menciptakan tempat Ia tetap ada seperti semula (tanpa tempat)”

“Maha Suci Allah dari bertempat, dan Maha Suci Allah dari perubahan masa”

“Telah berlebihan dan bertambah berlebihan, orang yang menetapkan Allah ada di arah atas”.

Perlu diketahui, bahwa membaca dzikir dan sya’ir di masjid atau mushalla, asal tidak menggangu orang yang sedang sholat, merupakan suatu hal yang tidak dilarang oleh agama. Pada zaman Rasulullah SAW. para sahabat juga membaca sya’ir di masjid.

Diriwayatkan dalam sebuat hadits :

عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ قَالَ مَرَّ عُمَرُ بِحَسَّانَ بْنِ ثَابِتٍ وَهُوَ يُنْشِدُ فِى الْمَسْجِدِ فَلَحَظَ إِلَيْهِ فَقَالَ قَدْ أَنْشَدْتُ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : أَجِبْ عَنِّى اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ. قَالَ اللَّهُمَّ نَعَمْ. رواه أبو دادو والنسائي

“Dari Sa’id bin Musayyab dia berkata : Suatu ketika Umar berjalan bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan sya’ir di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab : Aku melantunkan sya’ir di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia (kanjeng Nabi shallallaahu alaihi wa sallam) dari pada kamu, kemudian dia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya : Apakah Engkau mendengar rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata : Jawablah dariku, Ya Allah, mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan ruh al-Qudus. Abu Hurairah menjawab : Ya Allah, benar (aku telah mendengarnya)”. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

Wallaahu a’lam……

Leave a comment