Khutbah Idul Fitri: Madrasah Ramadhan, Membentuk Pribadi yang Tunduk Syariat Allah


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri: Madrasah Ramadhan, Membentuk Pribadi yang Tunduk
Syariat Allah
Oleh: Ust.Miftahul Ihsan
Lc
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ
.
فَإِنَّ خَيْرَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللّهِ وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هُدَي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ
الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلةَ ٌوَكُلَّ ضَلاَلةٍ فِي النَّارِ
.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿
102﴾ ) آل عمران .
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿
1﴾ ) النساء .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿
70
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴿
71﴾ ) الأحزاب .
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ
وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
Sidang Jamaah Sholat Idul
Fitri yang dirahmati Allah
Sudah sebulan lamanya,
kita ditarbiyah oleh Allah SWT di bulan Ramadhan. Kita ditarbiyah melalui
syariat puasa yang mana Allah melarang kita untuk menikmati hal-hal yang
seharusnya halal bagi kita, kita dilarang untuk makan, padahal makanan tersebut
halal dan diperoleh dari cara yang halal. Kita dilarang untuk minum padahal
minumannya halal dan diperoleh dari cara yang halal. Kita dilarang untuk
berhubungan suami istri padahal itu halal.

Di antara tarbiyah
lainnya yang Allah berikan kepada kita di bulan Ramadhan adalah qiyam Ramadhan.
Menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan terjaga, dengan mengorbankan istirahat
untuk bermunajat dan menyendiri bersama Allah SWT. Meyampaikan segala keluh
kesah, mengharap ampunan atas dosa dan kealpaan dan memohon keberkehaan dari
Sang Pemilik Alam Raya.
Tidak tanggung-tangung
baik puasa dan qiyam Ramadhan apabila dilakukan dengan penuh pengharapan dan
keimanan kepada Allah, maka Allah akan mengganjarnya dengan ampunan dosa-dosa
yang telah lalu. Namun apabila kedua amalan tadi kehilangan ruh, kehilangan
pengharapan pahala dan kehilangan nilai keimanan, maka keduanya hanya berbuah
rasa capek dan letih. Puasa hanya bernilai haus dan lapar sedangkan qiyam hanya
bernilai begadang.

Maka, di antara hikmah
yang dapat kita ambil dari syariat puasa dan qiyam Ramadhan adalah tarbiyah
diri agar senantiasa menundukkan hawa nafsu kita, menundukkan
keinginan-keinginan kita agar sesuai dengan keinginan Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda:
عَنِ أَبِـيْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ
الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّم : (( لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا
لِمَا جِئْتُ بِهِ )). حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Rasulullah SAW bersabda,
“Dari Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma , ia
berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak sempurna
iman salah seorang dari kalian sehingga keinginannya mengikuti apa yang aku
bawa (syariat).” (Hadits Hasan Shohih)
Ramadhan adalah kawah
candradimuka untuk menggodog manusia-manusia yang beriman baja, melahirkan
manusia-manusia yang tunduk terhadap perintah Allah. Oleh karena itu tujuan
akhir dari madrasah Ramadhan adalah takwa. Karena pribadi yang dibalut
ketakwaan adalah pribadi yang akan mampu mengemban setiap beban-beban
perjuangan. Karena memegang Islam di akhir zaman laksana seorang yang memegang
bara api. Jika dia lepaskan hilanglah agamanya, namun jika dia bertahan
memegangnya maka dia akan merasakan sakit yang luar biasa.
Sidang Jamaah Sholat Idul
Fitri yang dirahmati Allah
Suatu ketika datang
sahabat Khobab bin Art dan Rasulullah SAW sedang bernaung di bawah bangunan
Ka’bah, Rasulullah SAW sedang tiduran berbatalkan selimut beliau. Khobab bin
Art menyaksikan realita kaum muslimin yang menghadapi ujian begitu luar biasa
di Mekkah. Tantangan demi tantangan untuk mempertahankan iman, mempertahankan
tauhid, mempertahankan akidah, hingga beberapa nyawa gugur dalam
mempertahankannya, sebagian lainnya terintimidasi, ada juga yang kehilangan
harta dan cobaan-cobaan iman lainnya.
Khobab bin Art sendiri
yang bekerja menjadi tukang besi juga mendapat ujian yang tidak kalah beratnya,
ketika dirinya ketahuan telah beriman kepada Rasulullah SAW, maka tuannya
mengambil besi yang telah dibakar, menempelkannya ke kepala Khobab agar dirinya
mau keluar dari ajaran nabi Muhammad SAW.
Maka wajar jika kaum
muslimin saat itu membutuhkan pertolongan yang besar dari Allah SWT. Maka
dengan semangat yang tinggi dan keyakinan yang besar Khobab berkeyakinan bahwa
jika Rasulullah SAW yang menengadahkan tangan ke langit maka Allah akan
mengijabahinya. Berbekal keyakinan tersebut Khobab datang kepada Rasulullah SAW
dan berkata :
أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلَا تَدْعُو الله لَنَا
Artinya, “Tidakkah engkau
meminta pertolongan untuk kami, kenapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk
kemenangan kami?”
Kemudian Rasulullah SAW
menjawab:
قَد كَانَ مَنْ قَبْلكُمْ يؤْخَذُ  الرَّجُلُ فيُحْفَرُ لَهُ في الأَرْضِ فيجْعلُ
فِيهَا، ثمَّ يُؤْتِى بالْمِنْشارِ فَيُوضَعُ علَى رَأْسِهِ فيُجعلُ نصْفَيْن،
ويُمْشطُ بِأَمْشاطِ الْحديدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعظْمِهِ، مَا يَصُدُّهُ ذلكَ
عَنْ دِينِهِ، واللَّه ليتِمنَّ اللَّهُ هَذا الأَمْر حتَّى يسِير الرَّاكِبُ مِنْ
صنْعاءَ إِلَى حَضْرمْوتَ لاَ يخافُ إِلاَّ اللهَ والذِّئْبَ عَلَى غنَمِهِ،
ولكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
Artinya, “Telah terjadi
pada orang-orang sebelum kalian, seorang yang digalikan baginya lubang, dia
ditimbun di dalamnya, kemudian dibawakan gergaji dan diletakkan di atas
kepalanya dan tubuhnya terbelah dua. Ada juga yang disisir dengan sisir yang
terbuat dari besi di antara daging dan tulangnya, namun hal itu tidak membuat
dirinya berpaling dari agamanya. Demi Allah, Allah pasti akan menyempurnakan
urusan (Islam) ini, hingga seorang berkendara dari Shon’a ke Hadhromaut tidak
ada yang ditakutinya kecuali Allah dan serigala yang memangsa kambingnya. Akan
tetapi kalin kaum yang terburu-buru.” (HR Bukhori)
Rasulullah SAW tidak
lantas langsung mengabulkan permintaan Khobab. Karena di dalam din ini butuh
tarbiyah, butuh filter, sebagaimana emas, untuk mendapatkan kemurnianya maka
perlu disepuh agar dapat tersaring, mana yang murni dan mana kotoran. Justru
Rasulullah SAW menenangkan Khobab bin Art bahwa ujian yang dia dapatkan adalah
sunnatullah yang berlaku terhadap orang-orang sholih sebelumnya.
Ini adalah sunnah
ibtila’, dan sunnah ibtila’ pasti akan menimpa wali-wali Allah, sunnah ibtila’ adalah
proses ilahi dalam menyaring mereka-mereka yang jujur dalam memperjuangkan
agama ini. oleh karena itu, Ramadhan adalah salah satu perangkat untuk
menyiapkan diri kita dalam menyongsong ujian-ujian iman. Sabar terhadap
ketentuan Allah, sabar terhadap ujian keimanan seperti sabarnya kita dalam
menahan lapar dan dahaga di bulan Ramadhan.
Sidang Jamaah Sholat Idul
Fitri yang dirahmati Allah
Momentum Ramadhan sangat
lekat dengan tarbiyah. Dalam sebagian riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW
menerima perintah shiyam Ramadhan dari Allah SWT pada bulan Sya’ban, di tahun
kedua hijriah. Kemudian ketika masuk bulan Ramadhan, Rasulullah diperintah oleh
Allah SWT untuk keluar menyongsong kafilah dagang dari Syam, demi menuntut
harta kaum muslimin yang mereka ambil di Mekkah. Akan tetapi di tengah
perjalanan rencana berubah.
Abu Sufyan mendapat kabar
bahwa Rasulullah SAW berserta para sahabatnya keluar untuk mencegat kafilah
dagangnya, maka seketika itu Abu Sufyan mengirim pesan ke Mekkah untuk meminta
bala bantuan dan Abu Sufyan sendiri bermanuver menempuh jalur lain untuk
menghindari cegatan pasukannya Rasulullah SAW.
Kaum muslimin yang
awalnya keluar untuk mencegat kafilah dagang Abu Sufyan yang berisi harta dan
tidak dipersenjatai. Mendapat perubahan perintah dari Allah untuk menyambut
pasukan Abu Jahal yang berisi pasukan 1000 pasukan dengan bersenjata lengkap.
Hati kaum muslimin sebenarnya condong untuk mencegat kafilah dagang, namun
Allah menakdirkan hal lain bagi mereka. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ
أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ
وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ
الْكَافِرِينَ
Artinya, “Dan (ingatlah),
ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu
hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai
kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan
yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (QS
Al-Anfal : 8)
Akan tetapi ketika para
sahabat mengetahui ini adalah perintah dari Allah, ini adalah takdir Allah bagi
mereka, maka para sahabat menerima perintah ini, meskipun sebenarnya yang
diinginkan adalah kafilah dagang. Dan benar, ketaatan para sahabat dan
keteguhan mereka dalam perang badar berbuah kemenangan, yang dengannya kekuatan
kaum muslimin diperhitungkan di tanah Arab. Dan lebih dari itu Allah mengganjar
mereka yang ikut dalam perang Badar dengan jaminan surga bagi mereka. Mungkin
inilah hikmah disyariatkannya kewajiban puasa Ramadhan sebelum terjadinya
perang Badar, sebagai tarbiyah kepada para sahabat untuk menyongsong ujian yang
lebih berat.
Ujian yang lebih berat
itu adalah perang Badar di mana para sahabat dihadapkan kepada 1000 pasukan
bersenjata lengkap, sedangkan kaum muslimin hanya berjumlah 313 orang dengan
persenjataan seadanya. Dan beberapa sahabat Muhajirin harus berhadapan dengan
keluarganya yang masih tetap dalam kesyirikan. Di samping mengorbankan harta dan
jiwa mereka juga harus mengorbankan kekerabatan demi tegaknya Islam.
Ujian yang lebih berat
itu bernama perang Uhud, di mana dari 1000 orang yang berangkat, 300 di
antaranya membelot, mengurungkan niatnya berperang bersama Rasulullah yang mana
cukup merusak mental kaum muslimin. Mereka berhadapan dengan 3000 tentara kafir
Quraisy yang ingin menuntut balas atas kekalahan di perang Badar.
Ketika kedua pasukan
bertemu, dan pasukan kaum muslimin di ambang kemenangan, akan tetapi mayoritas
dari 40 orang pemanah yang diperintahkan Rasul berjaga di bukit tergoda untuk
mengumpulkan harta rampasan perang, yang menjadi sebab kekalahan kaum muslimin.
Ujian yang lebih berat
itu bernama perang Khandaq, di mana Rasul dan para sahabatnya dikepung di kota
Madinah oleh aliansi musyrikin Arab. Meskipun tidak ada medan laga yang berarti
namun pengepungan kota Madinah ketika untuk cukup menguras emosi dan
konsentrasi.
Ujian yang lebih berat
itu bernama Shulhul Hudaibiyah, ketika 1400 sahabat berniat umroh ke kota
Mekkah, namun mendapat hadangan dari kafir Quraisy. Bahkan ketika para sahabat
mendengar isu bahwa Utsman yang menjadi utusan kaum muslimin telah dibunuh,
maka seketika itu pula mereka bersumpah setia rela mati demi melindungi
Rasulullah SAW. peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya:
لَّقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
Artinya, “Allah telah
meridhoi orang-orang beriman (para sahabat) ketika mereka membaitmu di bawah
pohon..” (QS Al-Fath : 18)
Ujian yang berat itu
bernama perang Tabuk, ketika kondisi panas, musim paceklik dan serba kesulitan
dan Rasulullah SAW mendapat perintah untuk memobilisasi para sahabat.
Mobilisasi infak dan mobilisasi jihad di jalan Allah.
Inilah komitmen yang
harus dibayar para sahabat ketika mereka mengikrarkan keimanan. Dan komitmen
ini lahir dari tarbiyah-tarbiyah Allah SWT melalui syariatnya yang salah
satunya adalah Tarbiyah di bulan Ramadhan.
Sidang Jamaah Sholat Idul
Fitri yang dirahmati Allah
Inilah ketakwaan yang
lahir dari madrasah Ramadhan, ketakwaan yang mengalahkan ego, mengesampingkan
hawa nafsu untuk tunduk terhadap perintah Allah dan Rasulnya, menyerah diri
kepada Allah dan Syariat-Nya. Inilah yang digembleng dalam bulan Ramadhan,
karena seringkali ketentuan-ketentuan Allah, syariat-syariat Allah bertentangan
dengan hawa nafsu manusia.
Sebut saja perintah
sholat subuh, hawa nafsu manusia berkata untuk terus memperpanjang tidur,
keinginan manusia menginginkan untuk berkemul di balik hangatnya selimut tebal,
ketimbang bangun dan beranjak untuk melaksanakan panggilan Allah.
Akan tetapi dengan ini
Allah ingin mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang jujur dalam
imannya, siapa di antara mereka yang mendahulukan Allah dari segalanya, siapa
di antara mereka yang mengorbankan kesenangannya demi menjalani ketaatan kepada
Allah.
Kita flashback ke zaman
rasulullah SAW, di mana ketika itu para sahabat –radhiyallahu anhum- masih
meminum khamr. Bahkan untuk mengharamkan khamr dibutuhkan 3 tahapan. Dan ketika
sudah turun ayat tentang pengharaman khamr secara mutlak, maka sebagaimana
diceritakan oleh Anas bin Malik, ketika itu ayah tirinya Abu Tholhah bersama
Abu Ubaidah dan Ubay bin Ka’ab sedang duduk duduk dan Anas menuangkan Khamr
untuk mereka. Namun disampaikan kepada mereka bahwa Khamr telah diharamkan,
seketika itu Abu Tholhah berkata kepada Anas bin Malik :
قُمْ يَا أَنَس فَأَهْرِقْهَا فَأهْرَقْتُهَا
Artinya, “Berdirilah
wahai Anas dan tumpahkanlah khamr ini, maka sayapun menumpahkannya.” (HR
Bukhori)
Inilah potret ketakwaan
yang dipertontonkan oleh para sahabat, ketakwaan yang menghasilkan sikap
istijabah. Yaitu sigap dan cepat menjalankan aturan syariat Allah SWT.
Pertanyaannya, apakah
madrasah Ramadhan kita sudah memperbaiki sikap 
istijabah kita terhadap wahyu? Sudahkah madrasah Ramadhan kita
membuahkan ketundukan terhadap perintah Allah? Tentu kita sendiri yang akan
menjawabnya dengan perubahan sikap dan prilaku pasca Ramadhan ini.
Ketika Allah SWT
memerintahkan kepada kaum muslimin untuk bangun di malam hari mengadukan segala
keluh kesah kepada Allah dalam lantunan munajat dan do’a, sudahkah kita
berusaha melawan rasa kantuk untuk menyambut seruan Allah tersebut?
Ketika Allah SWT
mensifati orang-orang beriman dengan selalu berzikir di pagi dan sore hari,
adakah kita telah megkhusyu’kan hati kita untuk berzikir kepada-Nya?
Ketika Allah SWT meminta
kepada orang-orang beriman untuk membela agama Allah, membela syariat-Nya saat
musuh Islam senantiasa berupaya untuk merusak Islam. Baik merusak dengan
berbagai macam budaya yang bertentangan dengan Islam, atau meminjam tangan
ulama-ulama su’, ulama-ulama yang berdiri di pintu neraka untuk menafsirkan
ulang Islam agar sesuai dengan keinginan mereka. Maka di mana posisi kita saat
itu?
Ketika Allah SWT dengan
tegas mengharamkan riba dengan berfirman:
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya, “Dan Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqoroh : 275)
Bahkan di ayat setelahnya
Allah mengumumkan perang terhadap riba. Nah pertanyaanya bagaimana dengan kita?
Sudahkah ketundukan kita kepada Allah dengan berpuasa dan qiyam Ramadhan, bisa
kita pindahkan dengan menghindari riba semampu kita?
Ketika Allah SWT
menjelaskan bahwa orang-orang beriman itu bersaudara, sedangkan di saat yang
bersamaan kita menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Yaman,
Rohingnya, Uighur dan belahan negeri kaum muslimin lainnya sedang tertindas,
maka di mana kita ketika mereka membutuhkan do’a, usaha dan tenaga dari kita?
Ketika Allah SWT
memerintahkan kita untuk mengatur urusan manusia dengan apa yang Allah
turunkan, sedangkan secara realita kita lihat praktek hukum Allah masih jauh
dari yang diharapkan, maka di mana posisi kita?
Sidang Jamaah Sholat Idul
Fitri yang dirahmati Allah
Segenap
kewajiban-kewajiban di atas bukanlah tanpa resiko, bukanlah tanpa pengorbanan.
Karena kewajiban-kewajiban di atas dan kewajiban din secara umum seringkali
bertentangan dengan hawa nafsu manusia. Untuk itu dibutuhkan madrasah bernama
Ramadhan untuk menggembleng hawa nafsu kita, mengarahkan syahwat dan keinginan
kita agar sesuai dan sejalan dengan keinginan Allah, meskipun mengorbankan
jiwa, harta, waktu tenaga dan kesenangan.
Oleh karena itu, kita
berdoa kepada Allah SWT agar amal perbuatan kita di bulan Ramadhan diterima
oleh Allah SWT. Yang penerimaan tersebut mampu mengubah kita kearah yang lebih
baik dan ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا
وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا
وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَتَحْمِيْدَنَا
وَخُشُوْعَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ
يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
العَالَمِيْنَ
.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ
الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ
وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ
بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي
لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ
.
اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ
عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شَرٍّ
.
الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً
وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَبَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَالْجَنَّةَ.
اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ
تَائِبِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ
مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ
وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ
وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ
كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ
.
اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى
اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ
الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ وَ السَّلَفِ
الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ
لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر
لنا ربنا إنك أنت العزيز الحكيم
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين
رَبَّنا أَوْزِعْناَ أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَدْخِلْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهمّ انْصُر الإسْلَامَ والمُسْلِمِين، وَارْفَعْ
عَناَّ الظُّلْمَ وَالطُّغْيَان، اللهمّ ارْحَمْ مَوْتَانا وتَقَبَّلْ
شُهَدَائَنا، اللهمّ اشْفِ مَرْضَانا وَارْبِطْ بَيْنَ قُلُوبِنَا
اللهمّ ارْحَمْنا بِرَحْمَتِكَ يَا مَنْ وَسِعَتْ
رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اللهمّ عَلَيكَ بِالطُّغَاةِ الظَلَمَة، اللهمّ زَلْزِلْ
عُرُوْشَهُم مَنْ تَحْتَ أَقْدَامِهِم، اللهمّ خُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ
مُقْتَدِر، اللهمّ انْتَقِمْ مِنْهُمْ وَأَرِنَا فِيْهِم يوماً عَجَائبَ قُدْرتِك
، اللهمّ هذا دعاؤُنَا فَلاَ تَرُدَّنَا
خَائِبِينَ
والحمد لله رب العالمين

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment