Tetap Kokoh dan Jangan Menyerah


Tetap Kokoh dan Jangan Menyerah

Oleh: Dzulkarnain, S.M., M.M. ( Ketua PD LIDMI Makassar)

Bagaikan pohon. Semakin tinggi pohonnya, maka angin akan semakin kencang menerjang. Angin akan menguji kekokohan pohon tersebut. Boleh jadi, daun-daunnya berguguran atau bahkan pohonnya akan tumbang yang tak lagi mampu menahan beratnya tekanan.

Begitulah ibarat seorang yang memiliki keimanan yang kokoh.
Begitulah ibarat sebuah wasilah yang menggaungkan amar ma’ruf nahi mungkar ditengah-tengah keasingannya.
Pribadi yang kuat dengan tujuan hidup yang jelas akan menangkis segala macam hal cobaan dan rintangan yang dihadapkan kepadanya. Sebaliknya, pribadi yang lemah serta rabunnya visi hidup akan menelantarkannya pada kelalaian yang tidak menuai manfaat dan mengantarkan dia pada lumbung dosa dan maksiat.

Ujian bertubi-tubi serta beratnya amanah ditambah dengan godaan dunia dan sekutunya membuat dirinya mundur dari barisan yang telah Allah janjikan keberuntungan. Tapi apalah daya, resolusi hidupnya mengarahkan pada cita-cita dunia sehingga tak mampu membangun perisai untuk menghadang kenikmatan sesaat.

Bekal yang lemah dan tidak ada keinginan untuk menambah bekal itu, menjadi penyebab utama sehingga dirinya jatuh dalam kefuturan. Disisi lain, sifat pesimis merasuki dirinya sedangkan masalah harus dihadapi dengan optimisme untuk melahirkan solusi di atas persatuan.

Mari kita bersama-sama bercermin bagaimana dahulu cobaan yang dialami para Nabi, para Sahabat dan para Pahlawan Agama Islam. Jihadnya selain dengan lisan, mereka juga mengorbankan nyawa dan hartanya.

Cobaan yang kita rasakan hari ini tidak seberat cobaan para Ambiya ‘Alaihimussalam, para sahabat Radiallahu’anhum, dan para pahlawan yang rela bersimpuh darah demi tegaknya kalimat tauhid dan berkorban demi tanah airnya.

Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam, seorang suri tauladan dan sang revolusioner sejati telah mengingatkan kepada kaumnya dalam haditsnya, ketika sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash bertanya kepada beliau:

“Ya Rasulullah! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya”.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya”.

Ujian yang Allah timpakan kepada hambanya adalah bentuk kasih sayang Allah terhadap pribadi seorang muslim. Allah ingin menguji tingkat kesabarannya, apakah dia kokoh ataukah dia akan menyerah.

Begitupun ujian yang dihadapkan pada sebuah wasilah dalam perjuangan di jalan Allah, dengan rumitnya perjalanan serta tanggapan lingkungan kurang mendukung membuat sebagian penggeraknya berguguran dan terpecah belah.

Ketahuilah wahai Jundullah, sejatinya dakwah itu ditujukan kepada mereka yang belum tahu karena dakwah adalah aktivitas mengajak kebaikan. Jika mundur adalah solusinya maka siapa lagi yang akan memperjuangkan agama ini. Jika berpecah belah menjadi tanggapan untuk membuat dakwah bisa diterima, maka hal itu bukan jalan yang tepat karena dakwah ini dibangun di atas persatuan. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam dan para Sahabat Radiallahu’anhum mengedepankan persatuan dalam menempuh jalan yang penuh lika-liku ini. Dalam kesempatan lain Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam pernah mengatakan bahwa:

“Berjamaah mendatangkan rahmah dan perpecahan mendatangkan azab” (HR. Ahmad)

Semoga Allah menjaga para hambanya yang senantiasa menjaga dan mendakwahkan agama-Nya

Dakwah Jalan Terus, Sampai Allah Katakan Waktunya Pulang.

Leave a comment