Kisah sahabat yang mulia Jarir bin Abdullah Al-Bajili


Kisah sahabat yang mulia Jarir bin Abdullah Al-Bajili
🎯🏹🏇🏼
Kehebatannya memenuhi lembaran tinta sejarah, banyak hikmah, nasehat dan pengalaman yang bisa diambil faidah dari perjalanan hidup sayyidina Jarir, beliau terkenal akan keberaniannya, kekuatan dan akhlaqnya dan semangatnya dalam menegakkan Haq. Kurang lebih ada 100hadits yang disandarkan kepada riwayat beliau.
Sayyidina Jarir adalah sahabat yang berasal dari Yaman, mempunyai perawakan yang tinggi , berparas tampan, seorang penyair dan juru bicara, sampai-sampai sayyidina Umar bin Khattab berkata “Ia adalah Yusufnya umat ini”.
Beliau masuk Islam bersama kaumnya di bulan Ramadhan tahun 10H, Suatu ketika sayyidina Jarir datang menghadap Rasulullah, beliau tersenyum dan menghamparkan selendang atau sajadah miliknya, beliau bersabda
إذا أتاكم سيد قوم، فأكرموه
“Apabila datang kepada kalian pembesar suatu kaum, maka muliakanlah ia.”
,begitulah cara menyambut tamu dan pembesar suatu kaum.
Lalu seketika beliau mengutusnya bersama pasukan penunggang kuda dari kabilah Bajilah untuk menghancurkan berhala yang ada di wilayah Saroh, beberapa kabilah Bajilah, Khats’am, Bahilah, Daus dan Azd masih terus menyembahnya. Namun saat itu sayyidina Jarir belum mahir menunggang kuda, lalu mengadulah kehadapan Rasulullah, kemudian nabi menepuk dadanya seraya mendoakannya,
اللهم ثبته اجعله هاديًا مَهديًّا
Ya Allah jadikanlah ia orang yang selalu tegar dan kuat cengkramannya dan orang yang bisa membawa hidayah dan selalu berada dalam hidayah. (HR Bukhari)
Setelahnya ia berangkat bersama 150 orang dari pasukan berkuda dan menghancurkan berhala-berhala tersebut dan membakarnya. Ia pun berkata “Aku tidak pernah jatuh dari kuda setelah nabi mendoakanku.”
Dalam kisah lain, diriwayatkan oleh At-Thabrani, bahwa suatu ketika sayyidina Jarir meminta budaknya untuk pergi membeli kuda, maka ia pun berangkat dan membeli kuda dengan seharga 300 dirham(±27juta), maka budaknya pun datang bersama penjualnya untuk menyepakati harganya kehadapan Jarir, lantas beliau pun mencoba menungganginya selepasnya “Kudamu ini pantas dihargai 400dirham” ujarnya. Sang penjual pun menjawab “Terserah engkau wahai Abu Abdillah”, lalu mencobanya kembali dan berkata lagi “Sepertinya kudamu pantas dihargai lebih”, dan beliau pun terus menambahi harga kudanya hingga sepakat dengan harga 800dirham(±72juta). Sang budak pun terheran-heran “Apa yang telah engkau perbuat wahai tuanku?!”, Sayyidina Jarir pun berkata :
إني بايعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم على النصح لكل مسلم
“Aku telah berbaiat kepada Rasulullah ﷺ untuk selalu berbuat baik dan menasehati kepada sesama muslim.”
Dalam riwayat Ibnu Hibban, bahwa Jarir setiap membeli sesuatu selalu saja membayarnya dengan harga lebih, seraya berkata “Sungguh apa yang telah kami beli darimu lebih kami sukai dari apa yang telah kami berikan kepadamu dari barang itu, maka pilihlah (dengan cara terbaik)”.
Beliaulah Jarir sahabat dengan paras tampan, tubuh tinggi besar namun kehidupannya digunakan semua untuk perjuangan Islam, beliau berada di Yaman untuk memerangi orang-orang murtad saat Nabi meninggal, dan setelah menegakkan kembali Islam di Sana’a Yaman, lalu ia pun bergabung di bawah panji pasukan Al-Mutsana dan Sa’ad bin Abi Waqash pada penaklukan Syam dan Iraq, dan tinggal di Kuffah Iraq dan meninggal di tahun 51 Hijriyah. Radhiyallahu ‘anhu.
Wallahu ta’ala a’lam

Leave a comment