Dibina, Terbina, dan Membina


Sebagai harakatud tajnid (organisasi pengkaderan) elemen yang terpenting dalam organisasi KAMMI adalah kaderisasi didalamnya. Organisasi akan mati apabila sudah tidak ada lagi regenerasi didalam tubuhnya. Karena tidak mungkin seorang kader akan mengemban amanah dalam organisasi itu selama-lamanya. Dibutuhkan sirkulasi kader setiap periodenya untuk menjalankan roda-roda organisasi agar tak lapuk ditelan jaman. Untuk melahirkan kader-kader yang tangguh tentu saja bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang pemimpin itu bisa lahir dari 3 faktor yaitu karena faktor bakat, krisis kemanusiaan, dan karena dipersiapkan. Faktor terakhir inilah yang memiliki nilai prosentase terbesar dalam menghasilkan orang-orang yang berkarakter sebagai seorang pemimpin.

Faktor yang pertama adalah pemimpin lahir karena memang ada bakat kepemimpinan dalam dirinya yang dia miliki sejak awal. Faktor ini biasanya dimiliki oleh keturunan-keturunan para bangsawan dan para tokoh-tokoh pembesar karena memang ada gen kepemimpinan dalam dirinya. Namun faktor bakat kepemimpinan ini juga bisa tidak akan muncul manakala tidak diimbangi dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk bakat tersebut berkembang. Tokoh-tokoh pemimpin yang biasanya dari faktor ini adalah pemimpin-pemimpin dikalangan kerajaan yang memegang kekuasaan dan kepemimpinannya secara turun-temurun.

Faktor yang kedua adalah pemimpin lahir karena adanya krisis sosial (kemanusiaan). Kondisi krisis yang terjadi di Masyarakat pada umumnya bisa melahirkan tokoh yang mengemuka diantara krisis-krisis yang terjadi. Dia seakan menjadi oase ditengah kerumunan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Kepemimpinan yang seperti ini biasanya berasal dari keikhlasan hati dan panggilan jiwa tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Salah satu contoh tokoh yang lahir karena faktor ini biasanya adalah pemimpin-pemimpin revolusioner seperti Che Guevara yang muncul sebagai tokoh sentral dalam revolusi di Amerika Latin sana.

Faktor yang ketiga adalah pemimpin yang lahir karena memang dia dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin. Faktor inilah yang paling dominan menghasilkan tokoh-tokoh pemimpin apalagi dikalangan organisasi-organisasi kepemudaan seperti KAMMI. Karena jelas bahwa KAMMI bukanlah organisasi monarki yang dimiliki oleh kalangan dan keluarga tertentu. KAMMI juga tidak berada dalam lingkungan dengan kondisi yang sedang krisis dan revolusioner. Maka jelaslah sudah bahwa untuk kelanjutan kiprahnya maka KAMMI mutlak harus menghadirkan sosok-sosok pemimpin itu dengan pembinaan-pembinaan yang dilakukan secara kontinu dan berkelanjutan.

Proses pertama yang dilakukan menghadirkan pemimpin-pemimpin itu adalah perekrutan kader dan dilanjutkan dengan proses riayah dan pembinaan yang biasanya dilakukan dalam majelis mentoring ataupun halaqah-halaqah. Dari proses tersebut maka diharapkan akan terbentuk kepribadian seorang kader yang tangguh, militan, dan memiliki pengetahuan islam yang cukup serta mengamalkannya dalam perilaku-perilaku sehari-hari yang islami. Berbagai majelis ilmu yang bisa dimanfaatkan dalam hal ini seperti dauroh, forum diskusi, kajian-kajian, serta majelis ilmu yang lainnya. Tentu saja proses awalan ini bukanlah proses yang singkat. Karena menghasilkan seorang kader itu bukanlah pekerjaan yang instant, perlu berbagai tahapan-tahapan yang harus dilalui karena jangan sampai kepemimpinan tersebut jatuh pada orang yang kurang tepat.

Setelah proses pembinaan awal yang panjang tersebut maka akan dihasilkan kader-kader yang terbina segala aspek dan potensi yang ada dalam dirinya. Dalam proses pembinaan diawal hokum seleksi alam pasti berlaku. Barang siapa yang tidak tahan dengan proses-proses pembinaan maka dengan sendirinya dia akan gugur selangkah demi selangkah atau dia hanya akan berjalan ditempat tanpa ada progress dan kemajuan berarti. Hal ini berarti faktor dari dalam diri pribadi masing-masing menjadi faktor yang paling penting dalam proses ini.

Hasan Al Banna menyebutkan bahwa ada 10 rukun baiat yaitu Al Fahmu, Al Ikhlas, Al-Amal, Al-Jihad, Tadhhiyah, Taat, Tsabat, Tajarrud, Ukhuwah, dan Tsiqoh. Al-Fahmu disini berarti memahami apa yang menjadi landasan-landasan perjuangan yang dilakukan. Tanpa pemahaman yang syumul maka akan sangat susah untuk kita bertahan dalam garis perjuangan barisan dakwah utamanya dalam KAMMI. Setelah memahaminya maka diharapkan akan timbul rasa keikhlasan dalam diri yang terwujud dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan semata-mata karena untuk meraih ridha Allah SWT. Amal merupakan turunan dari ilmu dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan nyata. Ada 7 tingkatan amal atau yang lebih dikenal dengan istilah maratibul amal yaitu memperbaiki diri sendiri, membentuk keluarga muslim, pembinaan masyarakat, pembebasan tanah air dari penguasa asing, memperbaiki pemerintahan, tegaknya kekhalifahan dimuka bumi, hingga islam menjadi ustadziatul alam bagi semesta. Jihad urutan pertama adalah pengingkaran dengan hati dan yang terakhir adalah perang di jalan Allah. Diantara keduanya terdapat jihad dengan lisan, pena, tangan, dan perkataan yang benar di hadapan penguasa yang zhalim. Tadhhiyyah yang berarti pengorbanan yaitu rela berkorban harta, waktu, hingga berkorban jiwa dan raga. Taat berarti patuh pada perintah qiyadah dan merealisasikannya. Tsabat yang berarti teguh yang artinya adalah kita harus teguh dan istiqomah didalam perjuangan ini.Tajarrud yang berarti kemurnian serta yang terakhir adalah Tsiqoh yang berarti kepercayaan yang dimiliki jundi terhadap qiyadahnya.

Setelah pribadi kita terbina maka hal yang harus kita lakukan adalah menjadi pelaku pembinaan yang artinya adalah membina calon-calon generasi penerus yang akan meneruskan tongkat estafet perjuangan. Membina adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban serta bentuk ucapan terima kasih karena selama ini telah menimba ilmu-ilmu yang insya allah bermanfaat. Salah satu amalan yang tak akan pernah putus walaupun kita sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat. Dan ilmu yang bermanfaat adalah ketika ilmu tersebut berhasil kita turunkan dan kita bagikan kepada orang lain sehingga orang yang menerima ilmu bisa mengambil manfaat dari apa yang telah kita ajarkan. Khairunnas Anfa’uhum Linnaas, Fastabiqul Khairat.

Leave a comment