Khutbah Idul Fitri: Bagi yang Berubah Jadi Baik Selepas Ramadhan


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri: Bagi yang Berubah Jadi
Baik Selepas Ramadhan
Penulis
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc –

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha
illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Yang harus dipahami …

1- Ketika kita berubah, kita harus tahu banyak
rintangan dan cobaan, juga banyak omongan. Ada gangguan dari keluarga, sedulur,
tetangga, bahkan komentar tidak enak pun dirasakan dari suami atau anak.
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari
ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling
berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا
اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ
دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى
الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan
semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila
agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila
agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang
hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam
keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, dan
Ahmad 1: 185. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dalam kitab Al-Istiqamah, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan,
وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ
الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ
“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa
menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia
semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”
2- Ketika kita berubah, kita harus tahu bahwa
berubah memang butuh bertahap, namun tentu ada langkah pasti.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengatakan pada Hanzhalah Al-Usayyidiy sampai kalimat ini diulang hingga tiga
kali,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى
مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى
فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً
“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya.
Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika
berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para
malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun
Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” (HR. Muslim no. 2750)
3- Ketika kita berubah, kita harus cari
lingkungan yang baik dan menjauhi lingkungan yang jelek.
Kita tahu ada seseorang yang telah membunuh 99
nyawa ditambah satu sehingga genap 100, cara ia bertaubat adalah berpindah dari
lingkungan yang jelek.
Tanda kita diperintah untuk mencari lingkungan
yang baik dan meninggalkan lingkungan yang jelek adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dari Abu Musa,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ
كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ
الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ
يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
 “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang
sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk
dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa
membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi,
jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal
engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101)
4- Ketika kita berubah, kita harus tahu bahwa
jalan selamat adalah mengikuti Islam yang murni, bukan sekedar mengikuti
tradisi yang telah turun temurun.
Jika seseorang beriman dengan ajaran Rasul dan
ajaran Al-Qur’an, pasti ia akan selamat. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ
اهْتَدَوْا
“Dan jika mereka beriman seperti keimanan
kalian, maka sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk (ke jalan yang benar).”
(QS. Al-Baqarah: 137). Ayat ini membicarakan tentang ahli kitab yang mau
beriman dengan kitab Allah dan Rasul-Nya, itulah yang benar dan mendapatkan
petunjuk.
Ajaran Islam yang murni tentu mengikuti
Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan mengikuti tradisi yang turun temurun. Walau
memang tidak setiap tradisi itu ditinggalkan. Dalam hadits disebutkan,
إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا إِنْ اِعْتَصَمْتُمْ
بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ الحَدِيْثَ
“Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara
yang kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya
yaitu: Al Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Hakim,
sanadnya shahih kata Al-Hakim)
Yang selamat adalah ketika memahami Al-Qur’an
dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat, bukan dengan sembarang pemahaman.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى
ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ
مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72
golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka
kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman
sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan).
5- Ketika kita berubah, harus jaga
keistiqamahannya.
Disebutkan dalam kitab Hilyatul Auliya’
beberapa perkataan ulama berikut.
وَحَدَّثَنَا اِبْنُ المبَارَكِ عَنْ بَكَّارِ بْنِ
عَبْدِاللهِ قَالَ سَمِعْتُ وَهْبَ بْنِ مُنَبِّهٍ يَقُوْلُ مَرَّ رَجُلٌ عَابِدٌ
عَلَى رَجُلٍ عَابِدٍ فَقَالَ مَالِكٌ قَالَ عَجِبْتُ مِنْ فُلاَنٍ اَنَّهُ كَانَ
قَدْ بَلَغَ مِنْ عِبَادَتِهِ وَمَالَتْ بِهِ الدُّنْيَا فَقَالَ بِعَجَلٍ لاَ
تَعْجَبْ مِمَّنْ تَمِيْلُ بِهِ الدُّنْيَا وَلَكِنْ اِعْجَبْ مِمَّنْ اِسْتَقَامَ
Ibnul Mubarok menceritakan dari Bakkar bin
‘Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin Munabbih berkata, ada seorang
ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia pun berkata, “Apa yang terjadi
padamu?” Dijawablah, “Aku begitu takjub pada si fulan, ia sungguh-sungguh rajin
ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya.” Wahb bin Munabbih segera
berkata, “Tidak perlu takjub pada orang yang meninggalkan dunia seperti itu.
Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa istiqamah.” (Hilyatul Auliya’, 4:
51).
Karena ada orang yang saat ini rajin ibadah
dan shalat. Namun di akhir hidupnya, masjid pun tidak ia kenal. Ada orang yang
terlihat alim. Namun di akhir hidupnya, ia adalah seorang pemabuk, tukang
selingkuh (berzina) dan pejudi kelas kakap. Ada yang dulunya menutup aurat
dengan sempurna bahkan bercadar. Namun nasib selanjutnya adalah orang yang
sukanya mengumbar bentuk badannya yang seksi dan suka menampakkan rambutnya
yang hitam menawan. Kita tidak bisa menjamin iman kita. Banyaklah minta pada
Allah keistiqamahan sebagaimana dalam do’a,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa
diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu).” (HR. Ahmad, 3: 257)
Istiqamah itu dituntut sampai mati. Mengenai
firman Allah,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka terus istiqomah” (QS. Fushshilat: 30),
kata Mujahid,
فَلَمْ يُشْرِكُوْا حَتَّى مَاتُوْا
“Mereka tidaklah berbuat syirik sampai mati.”
(Hilyatul Auliya’, 3: 300)
6- Ketika kita berubah, hiasi diri pula dengan
akhlak yang mulia.
Orang yang ibadahnya telah baik, juga wanita
yang telah menutup aurat sempurna, tunjukkanlah akhlak dan tingkah laku yang
mulia di hadapan orang lain. Karena tidak sedikit wanita yang berjilbab dan
orang yang sudah rajin ibadah, namun akhlaknya jelek terhadap sesama.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ
دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang mukmin yang akhlaknya
baik akan mengejar kedudukan mulia dari orang yang gemar puasa dan gemar
shalat.” (HR. Abu Daud no. 4798 dan Ahmad 6: 132. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Secara lebih lengkap download Naskah Khutbah
Idul Fitri 1436 H.
1 Syawal 1436 H dini hari, @ Darush Sholihin
Panggang Gunungkidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment