KEBUTUHAN NGOBROL WANITA PERBANYAK BERBICARA


KEBUTUHAN NGOBROL WANITA

Oleh: Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R. Rozikin, Dosen di Universitas Brawijaya)

Ngobrol itu kebutuhan psikis wanita yang penting.

Seringkali wanita mudah jatuh cinta dengan lelaki yang enak diajak ngobrol. Apalagi jika dikombinasi dengan physical touch.

Dia jadi merasa nyaman.

Tidak pernah ngobrol dengan enak dalam rumah tangga adalah di antara penyebab masalah, pertengkaran dan konflik.

Wanita bisa merasa “being abandoned”, tidak dicintai, diabaikan, tidak penting, atau bahkan merasa hendak disingkirkan!


Barangkali karena memahami betul fitrah wanita seperti ini, atau memang karena mendapatkan wahyu, maka Rasulullah ﷺ hampir selalu menyempatkan untuk ngobrol dengan seluruh istri-istrinya setiap hari. Setelah asar. Dengan disertai physical touch ringan semisal ciuman dan sentuhan.

Dengan segala kesibukan beliau.

Walaupun istri beliau lebih dari satu.

Walaupun istri yang diajak mengobrol bukan waktunya mendapatkan jatah bermalam.

Malahan untuk kasus wanita yang dipoligami, menyempatkan ngobrol dengan yang belum mendapatkan giliran bermalam adalah bentuk “memastikan” bahwa sang istri masih dicintai dan dihargai.

Muslim meriwayatkan,

«فَكَانَ ‌إِذَا ‌صَلَّى ‌الْعَصْرَ ‌دَارَ ‌عَلَى ‌نِسَائِهِ فَيَدْنُو مِنْهُنَّ». «صحيح مسلم» (4/ 185 ط التركية)

Artinya,

“Beliau (Rasulullah ﷺ ) jika sudah salat Asar, maka beliau akan berkeliling kepada istri-istrinya dan mendekat pada mereka” (H.R. Muslim)

Al-Munāwī menjelaskan, maksud Rasulullah ﷺ berkeliling kepada istri-istrinya adalah untuk mencari tahu kabar mereka. Tentu saja yang seperti ini dilakukan dengan obrolan. Al-Munāwī berkata,

«وَإِذا صلى الْعَصْر ‌دَار ‌على ‌نِسَائِهِ لاستقراء أحوالهن ثمَّ يَنْقَلِب لصاحبة النّوبَة». «التيسير بشرح الجامع الصغير» (1/ 533)

Artinya,

“Jika beliau (Rasulullah ﷺ) sudah salat asar maka beliau akan berkeliling kepada istri-istrinya untuk mencari tahu kabar mereka kemudian beliau akan menuju istri yang mendapatkan giliran/jatah bermalam” (al-Taisīr, juz 1 hlm 533)


Nah, karena ngobrol adalah di antara perekat terpenting dalam rumah tangga, seyogyanya pula seseorang menikah dengan yang memiliki kapasitas intelektual seimbang.

Jangan sampai ngobrol, tapi tidak nyambung.

Jangan sampai suami ngomong tinggi, istrinya tidak bisa merespon dengan baik.

Atau sebaliknya, istri ngomong tinggi, ternyata suami tidak bisa mengimbangi.

Kesamaan visi-misi, prinsip hidup, cara memandang kehidupan, watak bahkan sampai hobi, kesenangan, kebiasaan, dan sejumlah perkara mubah yang lain juga akan membantu komunikasi dan ngobrol yang enak.

اللهم اجعلني من خير الناس لأهله

Leave a comment