11 Sebab Mendapat Keberkahan Rezeki


11 Sebab Mendapat Keberkahan Rezeki

الحَمْدُ للهِ الذِي تكفَّلَ بأرزاقِ جميعِ الكائناتِ،
وفتحَ لكسبِ الرزقِ أبوابًا ، وجعلَ لحلولِ البركةِ فيهِ أسبابًا ، وأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ القائلُ :]وَمَا مِن دَابَّةٍ
فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا [ (هود : 6) وأشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا
مُحَمَّدًا عبدُ اللهِ ورسولُهُ القائلُ:«أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ
وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ ، فَإِنَّ نَفْساً لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ
رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا ، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى
الطَّلَبِ، خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ»( ) اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ
وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وأصحابِهِ والتابعينَ وتابعِيهِمْ بإحسانٍ
إلَى يومِ الدينِ
.
أمَّا
بعدُ : فأوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ عزَّ وجلَّ فِي السرِّ والعلنِ
، فإنَّهَا وصيةُ اللهِ للأولينَ والآخرينَ ، قالَ تعالَى :]وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاًّ * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ[ الطلاق :2 –
3
Betapa sering kita mengucapkan, mendengar, mendambakan
dan berdo’a untuk mendapatkan keberkahan, baik dalam umur, keluarga, usaha,
maupun dalam harta benda dan lain-lain. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya,
apakah sebenarnya yang dimaksud dengan keberkahan itu? Dan bagaimana untuk
memperolehnya?

Apakah keberkahan itu hanya terwujud jamuan makanan yang
kita bawa pulang saat kenduri? Atau apakah keberkahan itu hanya milik para
kiyai, tukang ramal, atau para juru kunci kuburan, sehingga bila salah seorang
memiliki suatu hajatan, ia datang kepada mereka untuk “ngalap berkah”, agar
cita-citanya tercapai?
Bila kita pelajari dengan sebenarnya, baik melalui ilmu
bahasa Arab maupun melalui dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan
mendapatkan bahwa kata al-barakah memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat
luas dan agung. Secara ilmu bahasa, al-barakah, berarti berkembang, bertambah
dan kebahagian. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata : “Asal makna keberkahan,
ialah kebaikan yang banyak dan abadi”
DAHULU, SABA MERUPAKAN
NEGERI PENUH BERKAH
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang negeri
mereka.
بَلْدَةٌ
طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“(Negerimu
adalah) negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun” [Saba/34
: 15]
Ayat diatas berbicara tentang negeri Saba’ sebelum
mengalami kehancuran lantaran kekufuran mereka kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kisah
bangsa Saba’, suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal shalih,
maka mereka dilingkupi dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama ahli tafsir
mengisahkan, kaum wanita Saba’ tidak perlu bersusah-payah memanen buah-buahan
di kebun mereka. Untuk mengambil hasil buahnya, cukup menaruh keranjang di atas
kepala, lalu melintas di kebun, maka buah-buahan yang telah masak akan
berjatuhan memenuhi keranjangnya, tanpa harus memetik atau mendatangkan pekerja
untuk memanennya.
Sebagian ulama lain juga menyebutkan, dahulu di negeri
Saba’ tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya. Kondisi demikian
itu lantaran udaranya yang bagus, cuacanya bersih, dan berkat rahmat Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa meliputi mereka.
Kisah keberkahan yang menakjubkan pada zaman keemasan
umat Islam juga pernah diungkapkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
:”Sungguh, biji-bijian dahulu, baik gandum maupun yang lainnya lebih besar
dibanding dengan yang ada sekarang, sebagaimana keberkahan yang ada padanya
(biji-bijian kala itu, pent) lebih banyak. Imam Ahmad rahimahullah telah
meriwayatkan melalui jalur sanadnya, bahwa telah ditemukan di gudang sebagian
kekhilafahan Bani Umawi sekantung gandum yang biji-bijinya sebesar biji kurma,
dan bertuliskan pada kantung luarnya :”Ini adalah gandum hasil panen pada masa
keadilan ditegakkan”.
Bila demikian, tentu masing-masing kita mendambakan untuk
mendapatkan keberkahan dalam pekerjaan, penghasilan dan harta. Sehingga kita
bertanya-tanya, bagaimanakah cara agar usaha, penghasilan dan harta saya
diberkahi Allah?
Sesungguhnya jika Allah swt menginginkan kebaikan bagi
hamba-Nya maka Ia akan memberikan keberkahan dalam rezeki hamba-Nya. Allah akan
bukakan berbagai pintu bagi hambanya; diantara sebab-sebab keberkahan dalam
rezeki adalah sebagai berikut :

1. Takwa kepada Allah
SWT

Inilah syarat pertama dan terpenting agar rizki kita
diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan merealisasikan keimanan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Andaikata
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A’raf/7 :
96]
Demikian, balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman, dan sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang
kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya tidak akan pernah merasakan
keberkahan dalam hidup.
Di antara perwujudan iman kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang berkaitan dengan penghasilan, ialah senantiasa yakin dan menyadari
bahwa rizki apapun yang kita peroleh merupakan karunia dan kemurahan Allah
Subhanahu wa Ta’ala , bukan semata-mata jerih payah atau kepandaian kita. Yang
demikian itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan kadar rizki
setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.
Bila kita pikirkan diri dan negeri kita, niscaya kita
bisa membukukan buktinya. Setiap kali kita mendapatkan suatu keberkahan, maka
kita lupa daratan, dan merasa keberhasilan itu karena kehebatan kita. Dan
sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana, maka kita menuduh alam
sebagai penyebabnya, dan melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bila demikian, maka mana mungkin Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan memberkahi kehidupan kita? Bukankah pola pikir semacam ini yang
telah menyebabkan Qarun mendapatkan adzab dengan ditelan bumi? Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman.
قَالَ
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ
قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً
وَأَكْثَرُ جَمْعًا
“Qarun
berkata : “Sesunguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”.
Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan
umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak harta
kumpulannya ..” [Al-Qashah/28: 78]

2. Doa dan istighfar

Sebagaimana
perbuatan dosa menjadi salah satu penyebab terhalangnya rizki dari pelakunya,
maka sebaliknya, taubat dan istighfar merupakan salah satu faktor yang dapat
mendatangkan rizki dan keberkahannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan
tentang Nabi Hud Alaihissallam bersama kaumnya.
وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا
مُجْرِمِينَ
“Dan
(Hud berkata) : Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu lalu bertaubatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat deras, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuta dosa” [Hud/11 : 52]
 قالَ
تعالَى علَى لسانِ نوحٍ عليهِ السلامُ :] فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَاراً *
وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل
لَّكُمْ أَنْهَاراً [ نوح :10 – 12
Allah
berfirman melalui lisan Nuh as : “Maka aku katakan kepada mereka mohonlah
ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia maha pengampun, niscya Ia akan
mengirimkan hujan yang lebat kepadamu, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu
dan mengadakan untukmu kebun-kebundan mengadakan pula untukmu
sungai-sungai.” (Nuh: 10-12)
مَنْ
لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجاً ، وَمِنْ
كُلِّ هَمٍّ فَرَجاً ، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ » أبو داود : 1518

.
“Barang
siapa yang senantiasa beristighfar, Allah akan menjadikan dari setiap
kesempitannya jalan keluar, dan dari setiap kesusahannya kemudahan dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Abu Dawud)
Akibat kekufuran dan perbuatan dosa kaum ‘Ad –berdasarkan
keterangan para ulama tafsir- mereka ditimpa kekeringan dan kemandulan,
sehingga tidak seorang wanita pun yang bisa melahirkan anak. Keadaan ini
berlangsung selama beberapa tahun lamanya. Oleh karena itu, Nabi Hud
Alaihissallam memerintahkan mereka untuk bertaubat dan beristighfar. Sebab,
dengan taubat dan istighfar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan
hujan, dan mengaruniai mereka anak keturunan.

3. Mengambil sebab,
sempurna dalam bekerja dan mencari yang halal.

Merupakan
syarat mutlak bagi terwujudnya keberkahan harta, ialah memperolehnya dengan
jalan yang halal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لاَ
تَسْتَبْطِئُوْا الرِّزْقَ ، فَإِنَّهُ لَنْ يَمُوْتَ الْعَبْدُ حَتَّى يَبْلُغَهُ
آَخِرُ رِزْقٍ هُوَ لَهُ، فَأَجْمِلوُاْ فِيْ الطَّلَبِ: أَخْذِ الْحَلَالِ،
وَترَكِ الْحَرَامِ
.
“Janganlah
kamu merasa bahwa rizkimu datangnya terlambat. Karena sesunguhnya, tidaklah
seorang hamba akan meninggal, hingga telah datang kepadanya rizki terakhir
(yang telah ditentukan) untuknya. Maka, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari
rizki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram” [HR
Abdur-Razaq, Ibnu Hibbanm dan Al-Hakim]
Salah
satu yang mempengaruhi keberkahan ini ialah praktek riba. Perbuatan riba
termasuk faktor yang dapat menghapus keberkahan.
يَمْحَقُ
اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
“Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah/2 : 276]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata :”Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan bahwa Dia akan memusnahkan riba. Maksudnya, bisa saja
memusnahkannya secara keseluruhan dari tangan pemiliknya, atau menghalangi
pemiliknya dari keberkahan hartanya tersebut. Dengan demikian, pemilik riba
tidak mendapatkan manfaat dari harta ribanya. Bahkan dengan harta tersebut,
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membinasakannya dalam kehidupan dunia, dan kelak
di hari akhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyiksanya akibat harta
tersebut” [12]
Bila mengamati kehidupan orang-orang yang menjalankan
praktek riba, niscaya kita dapatkan banyak bukti bagi kebenaran ayat dan hadits
di atas. Betapa banyak pemakan riba yang hartanya berlimpah, hingga tak
terhitung jumlahnya, akan tetapi tidak satu pun dari mereka yang merasakan
keberkahan, ketentraman dan kebahagiaan dari harta haram tersebut.
Begitu pula dengan meminta-minta (mengemis) dalam mencari
rizki, termasuk perbuatan yang diharamkan dan tidak mengandung keberkahan.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
sebagian dampak hilangnya keberkahan dari orang yang meminta-minta.
(ما يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ). متفق عليه
“Tidaklah
seseorang terus-menerus meminta-minta kepada orang lain, hingga kelak akan
datang pada hari Kiamat, dalam keadaan tidak ada secuil daging pun melekat di
wajahnya” [Muttafaqun alaih]

4. Jujur dan
meninggalkan kecurangan

الْبَيِّعَانِ
بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا ، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا
فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا » متفق
عليه
.
“Penjual
dan pembeli keduanya bebas memilih selagi keduanya belum berpisah. Maka jika
keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada
bisnis keduanya. Namun jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah
keberkahan jual beli tersebut. (HR. Bukhari – Muslim)

5. Menjalin silaturrahim

Di
antara amal shalih yang akan mendatangkan keberkahan dalam hidup, yaitu
menyambung tali silaturrahim. Ini merupakan upaya menjalin hubungan baik dengan
setiap orang yang akan terkait hubungan nasab dengan kita. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ . ( متفق عليه
)
“Barangsiapa
yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rizkinya, atau ditunda
(dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim” [Muttafaqun ‘alaih]
Yang dimaksud dengan ditunda ajalnya, ialah umurnya
diberkahi, diberi taufiq untuk beramal shalih, mengisi waktunya dengan berbagai
amalan yang berguna bagi kehidupannya di akhirat, dan ia terjaga dari
menyia-nyiakan waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau menjadikan nama
harumnya senantiasa dikenang orang. Atau benar-benar umurnya ditambah oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. Berbuat baik kepada
orang lemah dan gemar membantu mereka

 ابْغُونِى
الضُّعَفَاءَ( ) فَإِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُمْ» أبو داود
Rosulullah
bersabda: Pintalah kepadaku orang-orang lemah, sesungguhnya kalian diberi rezki
dengan orang-orang lemah divantara kalian. (HR. Abu Dawud)
 مَا مِنْ يَوْمٍ
يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا :
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقاً خَلَفاً ، وَيَقُولُ الآخَرُ : » متفق عليه

.
Rosulullah
bersabda: Tidaklah setiap hari ketika seorang hamba memasuki waktu paginya,
kecuali ada dua malaikat yang turun, maka berkata salah seorang dari keduanya:
” Salah satunya mengatakan: “Ya Allah, berikanlah pengganti kepada
orang yang dermawan.” Dan Malaikat yang lain berkata: “Ya Allah,
berikanlah kerusakan kepada orang yang kikir”. (HR. Bukhori- Muslim)
وفِي
الحديثِ القدسيِّ الجليلِ :« قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : أَنْفِقْ أُنْفِقْ
عَلَيْكَ» متفق عليه
.
Di
dalam hadist Qudsi Allah berfirman : “Berinfaklah kamu, maka Aku akan
berifak kepadamu” (HR. Bukhori- Muslim)

7. Selalu bersyukur atas
segala yang Allah berikan

Tiada kenikmatan, apapun wujudnya yang dirasakan menusia,
melainkan datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas dasar itu, Allah
Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Dengan cara senantiasa mengingat bahwasanya kenikmatan tersebut datang dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala, diteruskan mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya
menafkahkan sebagai kekayaannya di jalan-jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Seseorang yang telah mendapatkan taufik untuk bersyukur, ia akan mendapatkan
keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah akan senantiasa melipatgandakan
kenikmatan baginya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [Ibrahim/14 : 7]
Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَمَنْ
شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan
barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan)
dirinya sendiri” [An-Naml/27: 40]
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata
:”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri.
Dengan itu, ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia
dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur,
juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai
kenikmatan yang belum
dicapaiقال

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ
بِى مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ
الشُّكْرُ. فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ
يُمْسِى فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ» أبو داود
Rosulullah
bersabda : “Barangsiapa yang ketika pagi membaca zikir di atas sungguh
telah menunaikan kesyukuran harinya, barangsiapa seperti itu juga pada sore
harinya telah menunaikan kesyukuran pada malamnya. (HR. Abu Dawud)
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ … شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ
عِبَادَتِكَ» الترمذي : 3407
Dan
Rosulullah membaca dalam doanya: “Ya Allah aku memohon kepadamu untuk
mensyukuri nikmatmu dan benar dalam beribadah kepadamu.” (HR. Tirmizi)

8. Qona’ah (merasa
cukup) dan tidak tamak

Serakah
Sifat
qona’ah dan lapang dada dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala, merupakan
kekayaan yang tidak ada bandingannya. Dengan jiwa yang dipenuhi dengan qona’ah,
dan keridhaan dengan segala rizki yang Allah turunkan untuknya, maka keberkahan
akan datang kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
(إن اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَبْتَلِيْ عَبْدَهُ بِمَا
أَعْطَاهُ. فَمَنْ رضي بِمَا قَسَمَ الله لَهُ بَارَكَ الله لَهُ فِيْهِ
وَوَسَّعَهُ . وَمَنْ لم يَرْضَ لم يُبَارِكْ لَهُ وَلَمْ يَزِدْهُ عَلَى مَا
كُتِبَ لَهُ) رواه أحمد والبيهقي وصححه الألباني
“Sesungguhnya
Allah Yang Maha Luas Karunia-nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap
hamba-Nya dengan rizki yang telah Ia berikan kepadanya. Barangsiapa yang ridha
dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah akan memberkahi dan
melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan barangsiapa yang tidak ridha (tidak
puas), niscaya rizkinya tidak akan

diberkahi” [HR Ahmad]
 قالَ لهُ :«يَا حَكِيمُ إِنَّ
هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ
فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ ، وَكَانَ
كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ» متفق عليه
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada shahabatnya Hakim bin
Hizaam: “Wahai Hakim! Sesungguhnya harta ini indah dan manis, maka barang
siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik, niscaya mendapat keberkahan, dan
barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang tamak, niscaya tidak mendapat
keberkahan, dan ia seperti orang yang makan tetapi tidak pernah kenyang, dan
tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah . (HR. Bukhori-Muslim)
Al-Munawi rahimahullah menyebutkan : “Penyakit ini (yaitu
tidak puas dengan apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan
kepadanya, pent) banyak dijumpai pada pemuja dunia. Hingga engkau temui salah
seorang dari mereka meremehkan rizki yang telah dikaruniakan untuknya ; merasa
hartanya sedikit, buruk, serta terpana dengan rizki orang lain dan
menganggapnya lebih bagus dan banyak. Oleh karena itu, ia akan senantiasa
membanting tulang untuk menambah hartanya , sampai umurnya habis, kekuatannya
sirna ; dan ia pun menjadi tua renta (pikun) akibat dari ambisi yang digapainya
dan rasa letih. Dengan itu, ia telah menyiksa tubuhnya, menghitamkan lembaran
amalannya dengan berbagai dosa yang ia lakukan demi mendapatkan harta kekayaan.
Padahal, ia tidak akan memperoleh selain apa yang telah Allah Subhanahu wa
Ta’ala tentukan untuknya. Pada akhir hayatnya, ia meninggal dunia dalam keadaan
pailit. Dia tidak mensyukuri yang telah ia peroleh, dan ia juga tidak berhasil
menggapai apa yang ia inginkan”
Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar
senantiasa menjaga kehormatan agama dan diri dalam setiap usaha yang
ditempuhnya guna mencari rizki. Sehingga, seorang muslim tidak akan menempuh,
melainkan jalan-jalan yang telah dihalalkan dan dengan telah menjaga kehormatan
dirinya.

9. Memperbanyak Amal
Shalih

Yang dimaksud dengan amal shalih, ialah menjalankan
perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan syari’at yang diajarkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah hakikat ketakwaan yang menjadi
syarat datangnya keberkahan sebagaimana ditegaskan pada surat Al-A’raf ayat 96
diatas.
Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang
Ahlul Kitab yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلَوْ
أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ
رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
“Dan
sekiranya mereka benar-benar menjalankan Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang
diturunkan kepada mereka, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas
mereka dan dari bawah kaki mereka” [Al-Ma’idah : 66]
Para ulama tafsir menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan
“mendapatkan makanan dari atas dan dari bawah kaki”, ialah Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan meielimpahkan kepada mereka rizki yang sangat banyak dari langit
dan dari bumi, sehingga mereka akan mendapatkan kecukupan dan berbagai
kebaikan, tanpa susah payah, letih, lesu, dan tanpa adanya tantangan atau
berbagai hal yang mengganggu ketentraman hidup mereka.
Di antara contoh nyata keberkahan harta orang yang
beramal shalih, ialah kisah Khidir dan Nabi Musa bersama dua orang anak kecil.
Pada kisah tersebut, Khidir menegakkan tembok pagar yang hendak roboh guna
menjaga agar harta warisan yang dimiliki dua orang anak kecil dan terpendam di
bawah pagar tersebut , sehingga tidak nampak dan tidak bisa diambil oleh orang
lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَأَمَّا
الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ
كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا
أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun
dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan dibawahnya
ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
shalih, maka Rabbmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu” [Al-Kahfi/18 : 82]
Menurut penjelasan para ulama tafsir, ayah yang
dinyatakan dalam ayat ini sebagai ayah yang shalih itu bukan ayah kandung dari
kedua anak tersebut. Akan tetapi, orang tua itu ialah kakeknya yang ketujuh,
yang semasa hidupnya berprofesi sebagai tukang tenun.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Pada kisah ini
terdapat dalil bahwa anak keturunan orang shalih akan dijaga, dan keberkahan
amal shalihnya akan meliputi mereka di dunia dan di akhirat. Ia akan memberi
syafa’at kepada mereka, dan derajatnya akan diangkat ke tingkatan tertinggi,
agar orang tua mereka menjadi senang, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an
dan Sunnah’ [6]
Sebaliknya, bila seseorang enggan beramal shalih, atau
bahkan malah berbuat kemaksiatan, maka yang ia petik juga kebalikan dari apa
yang telah disebutkan di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
(إن الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ)
رواه أحمد وابن ماجة والحاكم وغيرهم
“Sesungguhnya
seseorang dapat saja tercegah dari rizkinya akibat dari dosa yang ia kerjakan”
[HR Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim dll]

10. Bekerja Saat Waktu Pagi.

Di antara jalan untuk meraih keberkahan dari Allah, ialah
menanamkan semangat untuk hidup sehat dan produktif, serta menyingkirkan sifat
malas sejauh-jaunya. Caranya, senantiasa memanfaatkan karunia Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan hal-hal yang berguna dan mendatangkan kemaslahatan bagi hidup
kita.
Termasuk waktu yang paling baik untuk memulai bekerja dan
mencari rizki, ialah waktu pagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah memanjatkan do’a keberkahan.
اللَّهُمَّ
باَرِكْ لِأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا ( رواه أبو داود والترمذي والنسائي وابن
ماجة وصححه الألباني

)
“Ya
Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka” [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi,
An-Nasa-i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

11. Membayar Zakat (Sedekah)

Zakat, baik zakat wajib maupun sunnah (sedekah),
merupakan salah satu amalan yang menjadi faktor yang dapat menyebabkan turunnya
keberkahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
يَمْحَقُ
اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
“Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah/2 : 276]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَا
مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ
أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُولُ الْآخَرُ:
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. متفق عليه
“Tiada
pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun, kemudian salah satunya
berkata (berdo’a) : “Ya Allah, berilah pengganti bagi orang yang berinfak”,
sedangkan yang lain berdo’a :”Ya Allah, timpakanlah kepada orang yang kikir
(tidak berinfak) kehancuran” [Muttafaqun alaih]
Masih banyak lagi amalan-amalan yang akan mendatangkan
keberkahan dalam kehidupan seorang muslim. Apa yang telah dipaparkan di atas
hanyalah sebagai contoh
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan
taufiq dan keberkahan-Nya kepada kita semua. Dan semoga pemaparan singkat ini
dapat berguna bagi saya pribadi dan setiap orang yang mendengar atau
membacanya. Tak lupa, bila pemaparan diatas ada kesalahan, maka hal itu datang
dari saya dan dari setan, sehingga saya beristighfar kepada Allah. Dan bila ada
kebenaran, maka itu semua atas taufik dan inayah-Nya.
Wallahu a’lam

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

diolah dari beberapa sumber.

IKADI KEC NGUTER KAB SUKOHARJO

☘Sekretariat : Jl Raya Solo Wng Km 22 Sukoharjo

☘Butuh Khatib Dai Wilayah Nguter Sukoharjo 📞 081-2261-7316

Gabung channel telegram.me/ikadi_nguter

💈webinfo : http://www.ceramahsingkat.com

💈IG : @ikadi_nguter

💈Telegram : @ikadi_nguter

💈Fb.: Tausiyah Singkat

Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kec. Nguter Kab. Sukoharjo
Menebar Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 
Toko Busana Keluarga Muslim

Leave a comment