Al Amal


Al Amal (serial Untukmu kader Dakwah – 3)

 

 Al Amal

Yang kami inginkan dari al-amal adalah :

Buah dari ilmu dan ikhlas seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an Karim: “Dan katakanlah : “Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat amal kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui  akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian amalkan” (QS At Taubah :105)

Adapun urut-urutan amalnya adalah :

  1. Mengoreksi dan memperbaiki diri
  2. Membentuk dan membina keluarga muslim
  3. Memberi petunjuk dan membimbing masyarakat dengan dakwah
  4. Membebaskan tanah air dari penguasa asing
  5. Memperbaiki pemerintahan
  6. Mengembalikan kepemimpinan dunia kepada ummat Islam
  7. Menjadi soko guru dunia dengan menyebarkan dakwah Islamiyah ke seluruh penjuru dunia

Banyak orang merasa telah beramal, tetapi tak ada buah apapun yang ia petik dari amalnya, baik itu perubahan fisik, kelembutan hati ataupun kearifan budi dan ketrampilan beramal. Bahkan tak sedikit diantara mereka beramal jahat tetapi mengira beramal baik. Karenanya Al-Qur’an selalu mengaitkan amal dengan keshalihan, jadilah amal shalih. Kata shalih tidak sekedar bermakna baik, karena untuk makna ini sudah tersedia istilah-istilah khusus, seperti hasan, khair, ma’ruf, birr(kebaikan) dan lain-lain. Sedangkan shalih adalah suatu pengertian tentang harmoni dan tanasuknya (keserasian) suatu beramal dengan sasaran, tuntunan, tuntutan dan daya dukung.amal disebut shalih bila pelakunya mengisi ruang dan waktu yang seharusnya diisi.

Seorang pendusta atau pengikar agama tidak selalu mengambil bentuk penghujat arogan terhadap agama itu. Ia dapat tampil sebagai pengamal yang dermawan atau bahkan pelaku shalat yang khusyu. Namun pada saat yang bersamaan Allah menyebut pendusta agama, karena ia menghardik si yatim dan tidak menganjurkan orang untuk member makan si miskin (QS 107:2-3) Allah telah mengajarkan kita bagaimana bersikap benar, bahkan kepada tetangga yang Yahudi atau Nasrani. Dakwah adalah kerja yang amat mulia, karenanya harus dilakukan dengan memenuhi dua syarat utama yaitu Al Ikhlas was shawab

Ikhlas karena dilakukan semata-mata untuk dan karena Allah. Shawab (benar) karena dilakukan berlandaskan sunnah Rasulullah Saw. Mungkin seseorang menampakkan dirinya berdakwah ke jalan Allah, tetapi ia telah berdakwah ke jalan dirinya, demikian catatan dan komentar syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitabut Tauhid dan Al Allamah Abdullah bin Alawi al Haddad dalam Ad Da’watut Taammah.

Betapa banyak amal menjadi berlipat ganda nilainya oleh niat yang baik dan itu tak akan terjadi bila pelakunya tak punya ilmu tentang hal tersebut. Dan demikian pula sebaliknya. Barangsiapa yang beramal tanpa melandasinya dengan ilmu, maka bahayanya akan lebih banyak daripada manfaatnya, sebagaimana amal tanpa niat jadinya anna (kelelahan) dan niat tanpa ikhlasnya jadinya habaa (debu-kesia-siaan) dan ikhlas tanpa tahqiq (realisasi) jadinya ghutsaa (buih)

Kita tak punya kekuatan apapun untuk melarang orang bekerja dalam lingkup amal Islami. Bahkan mereka yang menjalaninya dengan cara yang kita nilai merugikan perjuangan. Ya pada saatnya kita mendapat penyikapan salah dari masyarakat sebagai reaksi salah atas aksi salah yang dilakukan para aktivis Islami.Qadliyah (Problema) kaum Khawarij dan berbagai gerakan lainya menunjukan fenomena para pengamal, dari ikhlas minus fiqh, sampai yang oportunis dan pemafaat jargon.

Alkisah disuatu masa, seorang alim menyelamatkan seekor beruan yang terhimpit sebatang besar. Sebagai tanda terimakasihnya atas jasa sang syaikh, ia berikrar untuk menjadi pengawal yang setia. Dan memang ia buktikan itu. Suatu hari sang tuan tertidur kelelahan. Sesuai ikrarnya beruang menjaga tuannya dengan setia, agar tak mendapat bahaya atau gangguan. Yang menjengkelkannya yaitu lalat-lalat yang hinggap-pergi di wajah syaikh, membuat tidurnya tak nyaman. Ia angkat batu besar dan dihantamkannya ke seekor lalat yang hinggap didahi tuannya. Pecah kepalanya dan entah kemana larinya sang lalat jahanam itu.

Hama-hama Amal

Sebagaimana tumbuhan, amalpun terancam hama. Riya (beramal untuk dilihat), ujub (kagum diri), sum’ah (beramal untuk popular/didengar), mann(membangkit-bangkit pemberian) adalah hama yang akan memusnahkan amal. Seseorang aktivis yang berkorban dengan semua yang dimilikinya harus mengimunisasi amalnya agar disaat hari perjumpaan kelak tak kecewa karena amalnya menjadi haba-an mantsura (debu yang berterbangan)

mereka membangkit-bangkitkan kepadamu keislaman mereka (sebagai jasa). Katakanlah: janganlah kalian bangkit-bangkit keislaman kalian kepadaku, bahkan sesungguhnya Allah-lah yang telah member karunia besar kepadamu karena Ia telah membimbing kalian untuk beriman, jika kalian adalah orang-orang yang benar.” (qs 49:17)

Tidak serta merta rasa beban berat dalam beramal berubah menjadi kesukaan. Kata kuncinya terletak pada: pemaksaan, pembiasaan dan (akhirnya menjadi) irama hidup. Junaid albaghdadi mengatakan :”selama 40 tahun kusembah Allah, ditahun ke-40 itulah baru kutemukan lezatnya.”

Pelipatgandaan kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan para sahabat tidak dapat dikejar generasi manapun. Bayangkan, hanya dalam dua decade saja telah perubahan yang sangat mendasar pada pola sikap, pandangan hidup dan tradisi bangsa Arab dan bangsa-bangsa muslim lainnya. Kerja besar taghyir (perubahan) ini sukses seperti ungkapan Sayyid Quthb dalam maalim fit Thariq berkat komitmen mereka yang (1) menuntut ilmu bukan sekedar untuk mengoleksi ilmu, (2) putus dari jahiliyah kemarin dan menghayati hidup baru dalam Islam, tanpa keinginan sedikitpun untuk kembali ke kancah jahiliyah dan (3) bersiap siaga menunggu komandi Al –Qur’an seperti prajurit siap siaga menunggu aba-aba komandan.

Kerja Untuk Perubahan Masyarakat

Kecenderungan sufi murung, sudah Nampak sejak zaman Rasulullah Saw, namun selalu mendapat koreksi dari beliau. Suatu masa dalam suatu perjalanan pasukan kecil beliau, seorang mujahid terpesona oleh keindahan wahah (oase) ditengah padang pasir dengan rumpunan kurma, sebongkah lahan produktif dan sumber air yang cukup untuk seumur hidup.

Oh alangkah nikmatnya bila aku tinggal disni beribadah ke Madinah, sehingga aku bebas dari gangguan masyarakat atau mengganggu mereka. Rasulullah Saw segera mengoreksi: “Janganlah lakukan itu, karena kedudukan kalian dijalan Allah sehari saja, menandingi 70 tahun tinggal dan beribadah disini.”

Bahkan Imam Ali bin Abi Thalib ra mengecam para pengikutnya yang loyo dalam memperjuangkan kebenaran dan dan pendirian yang mereka yakini:

Oh alangkah mencengangkan keberanian

Mereka dalam melihat kebatilan

Dan lesu kalian dalam memperjuangkan hak

Oh ajaib nian ketika kalian jadi sasaran tembak

Kalian diserang dan tak balas menyerang

Allah ditentang dan kalian tenang

Hari ini ribuan surat kabar, radio dan televise dunia bekerja sama diberbagai kawasan untuk menyebar fasad (kerusakan). Menyedihkan nasib si miskin, yang mampu beli TV, tetapi tidak bisa makan. Hati mereka dibunuh sebelum jasad mereka dihancurkan senjata pamungkas. Kemana ribuan kader yang hanya menggerutu tanpa berbuat apapun kecuali gerutu? Apakah masyarakat depat berubah dengan gunjingan dari mimbar masjid? Hari ini rumah ummat kebakaran, tidakkah setiap orang patut memberi bantuan memadamkan api walaupun dengan segelas air; dengan pulsa perangko dan kertas surat yang dikirim kepada pedagang kerusakan dan menegaskan pengingkaran terhadap ulah mereka dengan siaran dan penerbitanfasad, sebelum mereka mengirim darah dan nyawa mereka kesana ketika usaha santun tak lagi membawa hasil?

Banyak usaha dilakukan. Sebagian menyentuh kulit tanpa isi. Sebagian memaksakan pekerjaan berpuluh tahun dalam waktu sekejap mata. Sebagian membangun symbol-simbol tanpa peduli subtansi dan tujuan untuk apa wahyu diturunkan. Mereka yang senantiasa tadabur Al Qur’an akan melihat keajaiban ungkapan. Ketika Allah mengisahkan kedunguan Ahli Kitab yang bangga dengan status zahir mereka, ia menyebutkan: “Mereka mengatakan, tak akan masuk syurga kecuali (yang berstatus) Yahudi atau Nasrani. Itulah angan-angan mereka”. Dan ketika Ia mengisahkan sikap keberagaman kaum beriman, disebut prestasi mereka: “Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah seraya berbuat Ihsan, maka baginya ganjarannya disisi Tuhannya dan tiada ketakuatan atas mereka, tiada pula mereka akan bersedih”. (QS Al Baqarah:111-112)

Banyak orang mengandalkan nisbah diri dengan nama besar suatu organisasi atau jama’ah berbangga dengan kepemimpinan tokoh perubah sejarah, namun saying mereka tidak meneladani keutamaan mereka. “Barang siapa lambat amalnya tidak akan cepat karena nasabnya” (HR Muslim)

Apa yang harus dikerjakan ?

Hanya pada saat kekikiran dituruti, hawa nafsu ditaati dan setiap orang kagum hanya kepada dirinya sendiri, maka ummat ini boleh mulai mendaftar koleksi orang-orang khassahnya dan meninggalkan awam yang tenggelam. Orang beramal dihari itu seperti 50 kali kerja kamu hari ini (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i)

Sebagai kerja dakwah memang kata, tetapi dapat dituding sebagai Cuma omong, seperti halnya penyiar dan reporter yang mengisi daftar profesi kerjanya dengan ngomong. Namun perlu dibedakan mana dakwah yang mencukupkan diri dan puas dengan member informasi seram kepada khalayak, atau meninabobokkan khalayak dengan mimpi-mimpi indah atau mengingatkan bahaya seraya member jalan keluar. Mampukah mereka tampil sebagai problem solver, ataukah cukup menjadi problem speaker, lalu peluang terbesarnya hanya jadi problem maker. Dan hari banyak juga orang kayak arena jadi problem trader.

 

Leave a comment