Mungkin kita yang Bangkrut


Barusan MPwalking, menemukan sebuah MP yang isinya berisi fitnahan terhadap beberapa calon pemimpin kita. Memang suhu politik yang sedikit memanas, bisa memicu berbagai komentar entah negatif atau positif. Sebagai pembaca, pendengar, pemerhati, kadang memang sedikit menyesakkan melihat para komentator, pelaku politik yang saling menjatuhkan dengan berita-berita tidak benar. Tidaklah elok, demi sesuatu kepentingan dunia, kita mengorbankan akhirat kita.

Dalam surat Al Hujurat, Allah melarang kita mencari-cari kesalahan sesama muslim, seperti manusia pemakan bangkai.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat: 12)

Dalam ayat tersebut Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari su’uzhan / prasangka buruk terhadap orang-orang beriman. Jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari saudaranya yang mukmin maka kalimat itu harus diberi tanggapan dan ditujukan kepada pengertian yang baik, jangan sampai timbul salah paham, apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Kemudian Allah SWT menerangkan penyebab wajibnya orang mukmin menjauhkan diri dari prasangka yaitu karena sebagian prasangka itu mengandung dosa.

Allah melarang pula ghibah,namimah, dan mencari-cari aib orang lain. Mengenai definisi ghibah, Rasulullah saw bersabda, “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci. “Si penanya kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila yang diceritakannya itu benar ada padanya? “Rasulullah menjawab, “Kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar engkau berbuat buhtan (dusta).”(HR.Muslim,Tirmizi,Abu Daud, dan Ahmad). Sedangkan namimah dapat dibagi menjadi hamz (mencaci maki) dan lamz (mencela).(QS.Al-Humazah: 1)

Rasulullah mengecam orang yang suka ghibah dan mencari-cari kesalahan orang. Diriwayatkan oleh Abi Barzah al-Islami, sabda Rasulullah saw,

“Wahai orang-orang yang beriman dengan lidahnya, tetapi iman itu belum masuk juga dalam hatinya, jangan sekali-kali kamu berghibah (bergunjing) terhadap kaum muslimin dan jangan sekali-kali mencari noda atau auratnya. Karena barang siapa mencari-cari noda mereka, maka Allah akan membalas pula dengan membuka noda-nodanya. Dan barang siapa yang diketahui kesalahannya oleh Allah, niscaya Dia akan menodai kehormatannya dalam lingkungan keluarganya sendiri.”

Jangan sampai nanti di akhirat kita merasa membawa amalan dunia yang begitu banyak, lalu dengan mudahnya kita menyakiti, mengghibah, walaupun dengan tidak sengaja, ketika dilakukan perhitungan ternyata kita termasuk orang yang bangkrut/muflis. Kita dengan terlalu banyak dan mudahnya menyakiti saudara muslim baik fisik maupun non fisik. Na’udzubillah.

Dalam sebuah riwayat, bahwa Nabi SAW., bertanya kepada para sahabatnya:

“Tahukah kalian tentang orang yang bangkrut?” Mereka menjawab: Wahai Rasulullah, mereka dalam pandangan kami adalah orang yang tak punya satu dirham pun dan tak punya barang atau harta. Rasulullah SAW., bersabda: “Al Muflis atau orang yang bangkrut itu bukan demikian, melainkan orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala amal) kebaikannya sebesar gunung. Namun, ia datang, sedangkan pernah menganiaya, menempeleng orang, dan melanggar kehormatan (memperkosa dsb.). Lalu pihak-pihak yang dizalimi ini mengambil seluruh kebaikannya (untuk menutupi dosa-dosa keburukan mereka), maka ia akan mengambil (dosa-dosa) keburukan mereka (yang telah didzaliminya) untuk ditanggungnya. Lalu ia benar-benar dihantam dengan keras ke neraka.” (dalam kitab Syakhshiyyah Islamiyyah, karya An Nabhani).

Tentu saja, kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan terhadap manusia harus segera dimintakan maafnya. Mumpung masih hidup dan untuk memperingan siksa di akhirat nanti.

Abu Hurairah r.a. berkata: “Bersabda Nabi SAW.,:

“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf)nya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim).

Ada sebuah kisah, apabila saya membaca dan mendengarnya selalu bergetar hati saya, nanar mata saya. Kisah bagaimana seorang pemimpin kita, idola kita, qudwah kita, beliau memberi contoh untuk menghindari berbuat dzalim, dan segera meminta qishash apabila tanpa sengaja melakukan kedzaliman.

Ketika Rasulullah saw dalam keadaan sakit di akhir hayatnya, Nabi berkata kepada seluruh istri-istrinya, Fatimah Az Zahra putrinya, sahabat-sahabatnya yang ada di sekelilingnya, “Jika aku pernah melakukan kezaliman kepada kalian walau sebesar biji zarrah (biji sawi), balasnya kepadaku saat ini. Janganlah kalian datang kelak di hari kiamat kepada Allah SWT untuk menuntutku sesuatu perbuatan yang merugikan kalian di dunia ini.”

Seluruh yang hadir hanya terdiam. Dalam suasana keheningan tersebut, seorang sahabat berkata. “Ya Rasulullah, izinkan aku menuntut balas darimu. Ketika aku dahulu masih kafir, dalam perang Badar, Engkau tanpa sengaja menarik bajuku hingga robek dan memukul pundakku dengan pedang. Aku ingin membalasnya ya Rasulullah.”

Semua yang hadir terkejut . Ketika itu Umar bin Khatab marah dan berkata, “Biarkan aku membawanya keluar ya Rasulullah, ia telah berlaku tidak sopan terhadap Engkau. Tidak pernah kami merasakan suatu kezalimanpun walau kecil yang Engkau lakukan terhadap kami.”

Rasulullah tersenyum. Rasulullah saw melonggarkan bajunya sehingga terlihatlah dadanya yang bersih. Rasulullah berkata, “Lakukanlah wahai sahabatku. Aku ridha.”

Semua yang hadir menangis melihat kejadian itu. Sahabat itu mendekati Rasulullah dan dengan tiba-tiba ia langsung memeluk Rasulullah sambil berurai airmata. “Wahai Rasul Allah, kulakukan ini karena sepanjang hidupku, aku ingin sekali memeluk dirimu. Hari ini aku bahagia telah melakukannya. Maafkan aku ya Rasulullah.”

Ia menangis tersedu dan Rasulullah menghiburnya. “Temui aku kelak di telaga Al Kautsar wahai sahabatku.”
Rasulullah aku juga ingin memelukmu.(Bang Navre)

2 thoughts on “Mungkin kita yang Bangkrut

Leave a comment