Teks Ibanah tentang hadis Nuzul untuk menetapkan Allah


Di antara permasalahan utama wahabi adalah miskin literasi dan suka salah paham pada nukilan ulama. Mungkin juga bukan salah paham tapi sengaja mendistorsi nukilan ulama. Dalam SS di bawah, sebuah akun palsu yang merasa lebih tahu ajaran Imam Asy’ari daripada para pengikut Asy’ariyah berdalil dengan teks Ibanah tentang hadis Nuzul untuk menetapkan Allah bertempat, padahal teks tersebut justru menafikan jismiyah dan tempat dari Allah.

Bagaimana cara menyadarkan wahabi yang menukil Ibanah karya Imam Abul Hasan al-Asy’ariy untuk menyalahkan Asy’ariyah tapi nukilannya tanpa dia sadar justru mendukung Asy’ariyah dan menolak akidahnya sendiri?

Agar jelas berikut ini saya akan urai bagaimana cara memahami teks Imam Abul Hasan al-Asy’ariy tersebut. Abaikan saja terjemahan akun palsu di SS sebab itu salah:

1. Beliau menafsirkan nuzul sebagai نزولا يليق بذاته. Artinya: “Allah nuzul dengan makna nuzul yang sesuai dengan Dzat-Nya”. Maksudnya, Dzat Allah bukan jisim, jadi nuzulnya juga bukan dalam makna nuzulnya jisim. Bila nuzulnya jisim artinya turun berpindah dari tempat atas ke tempat yang lebih rendah, maka nuzulnya Allah bukan begitu.

2. Lalu beliau memperjelas gambaran nuzul yang layak bagi Allah tersebut dengan kalimat: من غير حركة وانتقال. Artinya yang benar adalah: “nuzul tanpa bergerak dan berpindah tempat”. Ini suatu penegasan yang gamblang bahwa nuzulnya Allah bukan dalam makna berpindahnya lokasi Dzat dari atas ke bawah atau dari tempat yang bernama Arasy ke tempat yang bernama langit yang ada di bawahnya. Jadi ini suatu penegasan bahwa nuzulnya Allah bukanlah kata “turun” sebagaimana kita dapati di kamus, tapi makna lain yang Allah ketahui.

3. Kemudian beliau menutup statemen dengan pernyataan: تعالي الله عن ذلك علوا كبيرا. Artinya yang benar: “Allah Maha Suci dari makna turun dan berpindah tempat itu dengan kemahasucian yang Agung”. Ini penegasan bahwa akidah orang yang meyakini bahwa Allah bertempat di sebuah tempat tinggi lalu turun ke tempat yang lebih rendah lalu balik lagi naik ke atas adalah akidah batil. Maha Suci Allah dari penyifatan mereka itu.

Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa akidah beliau sama persis dengan Akidah yang diyakini seluruh Asy’ariyah hingga kiamat. Sama juga dengan akidah Imam Ahmad. Tapi beda jauh dengan akidah bid’ah yang dibawa Hasyawiyah dan Ibnu Taymiyah. Dalam Akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah, Allah tak bertempat, tak bergerak dan tak berpindah lokasi. Kalau Allah bertempat, tentu nuzul akan dimaknai berpindah tempat oleh ulama salaf. Clear ya.

Leave a comment