Khutbah Jum'at : Rasulullah SAW adalah Tauladan Umat Islam


Khutbah Jum’at : Rasulullah SAW adalah Tauladan Umat Islam

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اْلأَكْبَرِ، خَلَقَ
الْكَوْنَ وَدَبَّرَ، خَلَقَ اْلإِنْسَانَ ثُمَّ أَمَاتَهُ ثُمَّ أَقْبَرَ،
وَأَرْسَلَ الرُّسُلَ وَأَخْبَرَ، وَأَنْزَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ فِيْهِ
الْعِظَاتُ وَالْعِبَرُ، فَهَدَى وَأَحَلَّ وَأَمَرَ، وَنَهَى وَحَرَّمَ وَزَجَرَ،
فَقَالَ فِيْ سُوْرَةَ الْكَوْثَرِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ
.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ
اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي
النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ
خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
.
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ
.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
.

Kaum
muslimin jamah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Marilah
kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT. Takwa dengan makna yang sesungguhnya, selalu berupaya mengabdi pada Allah
dalam setiap aktivitas kita dengan penuh keikhlasan dan mengharapkan
keridhoan-Nya semata. Juga selalu merasa khawatir dan takut jika perbuatan yang
kita lakukan membawa kita kepada kemurkaan Allah SWT.
Sholawat
dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat,
tabiin dan tabiut tabiin.
Hadirin
sidang jumat yang berbahagia
Rasulullah
Saw, adalah teladan hidup atau idola utama bagi umat Islam. Pasalnya, dalam
diri Rasulullah Saw, terdapat keteladanan nyata yang dapat memancarkan cahaya
hidayah. Menerangi kehidupan umat manusia menuju cahaya kebenaran dan
kemenangan. Sungguh, pribadi Rasulullah sangat menggagumkan dan penuh pesona.
Hal ini disebabkan karena keteladanan indah yang menghiasi hidupnya. Oleh
karena itu kita harus mempelajari sejarah panjang kehidupan Rasulullah dan
berusaha menemukan mutiara indah yang penuh pesona dari kepribadiannya. Yang
terpenting lagi bagaimana kita mampu menerapkan nilai-nilai keteladanan
Rasulullah dalam kehidupan kita.. Rasa kecintaan untuk meneladani kehidupan Rasulullah
masih bergelorah di dalam dada. Semangat untuk mendalami kehidupan keseharian Rasulullah
yang penuh kesederhanaan semakin membakar setiap jiwa insan yang mengaku
sebagai umat beliau.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ
“Tidaklah
Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat sekalian alam”
(Al-Anbiyah: 107)
Rasulullah
bukan hanya menjadi rahmat buat kaum muslimin yang menjadikan beliau sebagai
panutan dan contoh sejati dalam merealisasikan ketaatan kepada Allah, dalam
bersosialisasi sehari, menjadi ayah, menjadi suami, menjadi kakek bahkan
menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rasulullah juga adalah rahmat untuk alam sejagat
ini, yang di sana hidup manusia-manusia yang tak pernah tahu dan mau tahu buat
apa mereka diciptakan oleh Allah. Dengan diutusnya Rasulullah saw ke dunia,
dengan membawa cahaya islam, Islam telah mampu merubah kehidupan umat manusia
ke arah kehidupan yang penuh makna, menerangi denagn ilmu pengetahuan dan
kemakmuran.
Kaum
Muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Saat
zaman sekarang ini sedang mencari seorang panutan yang ideal yang patut
dicontoh, Al-Quran sejak 14 abad yang lalu telah menegaskan bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah insan yang terbaik, memiliki budi pekerti
yang paling luhur, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. al-Qalam/68:4)
maka
dalam pandangan seorang Mukmin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah sebaik-baik teladan (uswah hasanah) dalam semua keadaan beliau, kecuali
dalam hukum-hukum yang memang dikhususkan bagi beliau SAW semata.
Allâh
Azza wa Jalla berfirman menjelaskan kaedah yang sangat agung ini dalam
firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]
Ulama
tafsir mengaitkan turunnya ayat di atas secara khusus dengan peristiwa perang
Khandaq yang sangat memberatkan kaum muslimin saat itu. Nabi dan para Sahabat
benar-benar dalam keadaan susah dan lapar, sampai-sampai para Sahabat
mengganjal perut dengan batu demi menahan perihnya rasa lapar. Mereka pun
berkeluh kesah kepada Nabi. Adapun Nabi, benar-benar beliau adalah suri teladan
dalam hal kesabaran ketika itu. Nabi bahkan mengganjal perutnya dengan dua buah
batu, namun justru paling gigih dan sabar. Kesabaran Nabi dan perjuangan beliau
tanpa sedikitpun berkeluh kesah dalam kisah Khandaq, diabadikan oleh ayat di
atas sebagai bentuk suri teladan yang sepatutnya diikuti oleh ummatnya. Sekali
lagi ini adalah penafsiran yang bersifat khusus dari ayat tersebut, jika
ditilik dari peristiwa yang melatar belakanginya. [lihat Tafsir al-Qurthubi:
14/138-139]
Adapun
jika dikaji secara lebih mendalam, ayat di atas -di mata para ulama- merupakan
dalil bahwasanya teladan Nabi berupa perbuatan dan tindak tanduk beliau bisa
menjadi landasan atau dalil dalam menetapkan suatu perkara, karena tidak ada
yang dicontohkan oleh Nabi kepada ummatnya melainkan contoh yang terbaik. Hal
ini dijelaskan oleh Imam ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’adi dalam kitab
tafsirnya yang terkenal, Tafsir Kariimir Rahmaan. Beliau berkata (hal. 726 Cet.
Darul Hadits):
Seorang
sosok pribadi yang mulia, yang begitu mencintai umatnya, saat kematian akan
menjemput beliau yang beliau ingat dan pikirkan adalah umatnya. Hari-hari Rasulullah
pun semasa hidupnya adalah memperhatikan bagaimana umatnya mendapat
kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akherat.
Kaum
muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia
Saat
ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang mana bukan hanya
pada bulan ini saja Rasulullah dilahirkan tetapi pada bulan ini juga beliau
diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu menyayat hati kalau kita
mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rasulullah sungguh akan menggugah
jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas walaupun sudah 14 abad berlalu jika
kembali untuk dikenang.
Seorang
sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rasulullah mendekati ajalnya,
beliau mengumpulkan kami di rumah ‘Aisyah. Beliau memandang kami tanpa sepata
kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu beliau bersabda:
“Semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kalian.
Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu berlaku sombong
terhadap Allah. Kalau sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang memandikan aku,
Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka
berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua
menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian sedang memandikan
aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan
liang kuburku nanti. “
Mendengar
itu, seketika para sahabat menjerit histeris, menangis pilu, sambil berkata:
” Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan
jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami, kalau Engkau
sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan kami!?”
Rasulullah
Saw bersabda: “Aku sudah tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas
jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan dua penasehat, yang satu
pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yaitu Al-Qur’an, dan
yang diam ialah kematian. Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka
kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu,
maka lenturkan dia dengan mengingat kematian.”
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Semenjak
hari itu, sakit Rasulullah saw bertambah parah, selama 18 hari beliau
menanggungnya. Smpailah tiba hari senin di hari beliau menghadap Rabbnya.
Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri pintu Rasulullah Saw seraya
mengucapkan salam.
Dari
dalam rumah Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal, dan ia
membertahukan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan sakit.
Bilal
pun kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang sedang Rasulullah saw belum
juga datang, Bilal kembali menghampiri pintu Rasulullah. Mendengar suara Bilal,
Rasulullah memanggilnya, lalu bersabda: ”Masuklah wahai Bilal, penyakitku
rasanya semakin bertambah, suruhlah Abu Bakar agar menjadi imam shalat dengan
orang-orang yang hadir.”
Kemudian
bilal memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau menjadi imam dalam
sholat tersebut. Ketika Abu Bakar melihat ke mihrab Rasulullah saw yang kosong,
ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu ia menjerit dan akhirnya jatuh
pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi bising sehingga
terdengarlah oleh Rasulullah saw.
Rasulullah
lalu memanggil fathimah lalu berkata: ”Wahai Fathimah, ada apakah dengan
jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu gaduh?” Fathimah menjawab: ”Itu
karena engkau tidak hadir mengimami wahai Rasulullah.”
Maka
Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah beliau masuk ke
masjid, Rasulullah kemudian shalat bersama-sama mereka . Setelah salam beliau
menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum muslimin, kalian
masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah. Untuk itu bertaqwa-lah
kepada-Nya dan taatilah Dia, sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini, dan
hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia.”
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Kisah
ini semakin membuat kita menjadi sedih saat Rasulullah pulang kembali ke
rumahnya, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya turun menemui Rasulullah
saw dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian menyuruh Malaikat Maut mencabut
nyawa Rasulullah saw dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya
masuk, maka dia dibolehkan masuk. Tetapi jika Rasulullah tidak mengizinkannya,
hendaklah dia kembali.
Maka
turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Sesampainya di
depan pintu kediaman Rasulullah saw, Malaikat Maut berkata:
“Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan
risalah!”
Fatimah
pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya: “Wahai hamba Allah,
Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit.”
Kemudian
Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum, bolehkah saya
masuk?”
Rasulullah
saw mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya kepada puterinya
Fatimah: “Siapakah yang ada di luar pintu itu?”
Fatimah
menjawab: “Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda
dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan suara yang
menggetarkan sukma.”
Rasulullah
saw bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia?”
Fatimah
menjawab: “Tidak wahai baginda.”
Lalu
Rasulullah saw menjelaskan: “Wahai Fatimah, dia itu adalah melaikat maut
yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang
memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan
kuburan.”
Mendadak
Fathimah menangis, lalu berucap: “Wahai Ayahku, sesungguhnya aku takkan
mendengar sabdamu lagi, juga tak kan mendengarkan ucapan salam darimu sesudah
hari ini.”
Rasulullah
berkata: “Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, sebab sesungguhnya hanya
engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa denganku.”
Kemudian
Rasulullah saw bersabda: “Masuklah, wahai Malaikat Maut.” Maka
masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: “Assalamualaika ya
Rasulullah.”
Rasulullah
saw pun menjawab: “Waalaikassalam wahai Malaikat Maut. Engkau datang untuk
berziarah atau untuk mencabut nyawaku?
Malaikat
Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika
tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang.”
Rasulullah
saw bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan
Jibril?”
Jawab
Malaikat Maut: “Saya tinggalkan dia di langit dunia.”
Baru
saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril datang lalu duduk disamping
Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah berkata: “Wahai Jibril, tidakkah
engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?”
Jibril
menjawab: “Ya, wahai kekasih Allah.”
Rosul
melanjutkan ucapannya: “Beritakan kepadaku akan kemuliaan yang menggembirakan
aku di sisi Allah.”
Jibril
menjawab: “Semua pintu-pintu telah terbuka. Dan para malaikat sudah berbaris
menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah terbuka, dan
bidadari-bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.
Rasulullah
saw berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku kabar gembira
mengenai umatku kelak di hari kiamat!”
Jibril
menjawab: “Aku beritahukan kepadamu wahai Rasulullah, bahwa sesungguhnya Allah
Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku larang semua Nabi masuk ke
dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan Aku larang semua umat
sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)
Dengan
tersenyum Rasulullah berkata: ”Sekarang sudah tenang hatiku dan hilanglah
kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat maut, mendekatlah
kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati beliau dan mulailah mencabut ruh Rasulullah.
Ketika
sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril, alangkah pahitnya rasa
sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan wajahnya. Ketika itu Nabi Saw
berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku!” Jibril
menjawab: ”Wahai kekasih Allah, siapa kiranya yang sampai hati melihat wajahmu,
dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“
Anas
ra berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku
berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang
menjadi tanggungjawabmu” sampai perkataan beliau putus.
Kaum
Muslimin yang dimuliakan Allah
Rasulullah
telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tersenyum. Anas bin Malik
melanjutkan ucapannya: “Ketika aku di depan pintu rumah Aisyah, aku
mendengar Aisyah sedang menangis dengan kesedihan yang mendalam sambil
mengatakan, “Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera, wahai orang
yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum,
wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang yang
jarang tidur di waktu malam karena takut Neraka Sa’ir.”
Kaum
Muslimin jamaah Sholat jumat yang di muliakan Allah
Begitulah
ungkapan Aisyah seorang istri Rasulullah yang menyadarkan kita bahwa begitulah
keseharian Rasulullah tatkala beliau masih hidup. Padahal beliau adalah orang
yang telah dijamin Allah untuk masuk surge. Kini sudah 14 abad berlalu saat Rasulullah
meninggalkan umatnya, tetapi ajaran beliau selalu hidup dan akan selalu
menghidupkan hati orang-orang beriman. Ada beberapa hal yang hendaklah selalu
diingat dan diwujudkan, sebagai wujud kecintaan kita kepada Rasulullah saw:
Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan
Rosululllah dalam beribadah
Hal
ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firmannya:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
[الكهف:110
]
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)
Rasulullah
saw bersabda:
عائشة رضي الله عنها من أحدث في أمرنا هذا ما
ليس منه فهو رد . أخرجه الشيخان
Barang
siapa melakukan amalan bukan sesuai dengan tuntunanku maka ia ditolak. (HR.
Bukhori Muslim)
Kedua : Konsisten dalam ketaatan
kepada Allah SWT
Kaum
Muslimin yang dimuliakan Allah
Saat
Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan sambil menghunus
pedangnya sambil mengucapkan: “Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad
telah mati akan aku tebas lehernya”.
Setelah
Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi wajah Rasulullah yang
mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya, ia kemudian
bangun dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasan Umar yang tidak
dapat menerima kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang bergelut dengan kesedihan
yang amat dalam. Lalu dia pun berseru dengan nyaring. Seruan itu ditujukan
kepada semua yang hadir terutama kepada Umar. “Barang seiapa menyembah
Nabi Muhammad, sesungguhnya Rasulullah benar-benar telah wafat. Dan barang
siapa menyembah Allah,maka Allah tidak pernah mati dan abadi
selama-lamanya.”
Kemudian
beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ
قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ
وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي
اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“Dan
tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul lain
sebelumnya. Kerana itu, Apakah jika Muhammad meninggal dunia atau terbunuh,
kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang kamu? Sungguh barang
siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak sedikit pun menimbulkan
kerugian kepada Allah SWT. Dan Allah akan menganjarkan pahala bagi orang-orang
yang bersyukur.” (Ali Imran:144)
Tiba-tiba
Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya menjulur kebawah bagaikan
kehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh badanya. Bagaikan baru hari
itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan oleh Rasul kepada mereka.
Kini hatinya benar-benar tersentak. “Benarlah baginda telah pergi untuk
selama-lamanya. Kau pergi meninggalkan kami yang amat mencintaimu,” rintih
hati Umar.
Dan
tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan ke seluruh
hati umat sehingga akhir zaman. Kecintaan orang beriman kepada Rasulnya yang
tidak pernah putus sekalipun oleh kematian karena kecintaan atas dasar iman itu
tetap lestari dan abadi.
Walau
Rasulullah telah tiada, ketaatan kepada Allah harus terus adalah selamanya.
Ketiga : Meneladani kehidupan Rasulullah
Banyak
sisi dari kisah kehidupan Rasulullah yang mesti diteladani oleh umat islam,
apalagi pada saat sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan pemimpin yang
dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari krisis global, tapi yang
lebih penting dari pada itu seorang pemimpinyang juga dapat membimbing bangsa
hingga mereka selamat di akherat kelak.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh
terdapat dalam diri Rasulullah suri tauladan yang baik” (Al-Ahzab: 21)
Keempat : Mencintai Rosullullah
Mencintai
Rasulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rasulullah merupakan keharusan,
karena itu adalah tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam
hadist shahih:
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ
يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ
أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
.
“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada
seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) hendaknya Allah
dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. (2) Apabila ia mencintai
seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia tidak suka untuk kembali
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagai-mana ia tidak mau
untuk dilemparkan ke dalam api.” [ HR. Al-Bukhari (no. 16), Muslim (no. 43
(67)), at-Tirmidzi (no. 2624), an-Nasa-i (VIII/96) dan Ibnu Majah (no. 4033),
dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.]
Kelima: Berpegang teguh kepada
Kitabullah dan Sunah
Umat
saat ini sangat dituntut untuk benar-benar kembali kepada Al-Quran dan Sunah
sebagaimana pesan Rasulullah ketika akan wafat, itulah yang akan membimbing
mereka menuju keselamatan di dunia dan akherat.:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً
فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [الأنعام:153
].
“Ini
adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Al-An’am
: 153)
بارك الله لي ولكم
في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بهدي سيد المرسلين. أقول قولي هذا وأستغفر الله

لي ولكم ولجميع المسلمين، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم
.

 

sumber : Ikadi.com

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

IKADI KEC NGUTER KAB SUKOHARJO

☘Sekretariat : Jl Raya Solo Wng Km 22 Sukoharjo

☘Butuh Khatib Dai Wilayah Nguter Sukoharjo 📞 081-2261-7316

Gabung channel telegram.me/ikadi_nguter

💈webinfo : http://www.ceramahsingkat.com

💈IG : @ikadi_nguter

💈Telegram : @ikadi_nguter

💈Fb.: Tausiyah Singkat

Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kec. Nguter Kab. Sukoharjo
Menebar Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 
Toko Busana Keluarga Muslim

Leave a comment